Wednesday, July 30, 2025

2025

Kabar dari Bukit, Minggu 18 Mei 2025

Kabar Dari Bukit

 

 DIBIMBING UNTUK MENGERTI (Kis. 8:26-40)

 

 “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” (Kis.  8:30b-31)

 

 

 

Jika kita berbicara tentang umat Yahudi maka akan timbul banyak pertanyaan. Mengapa mereka banyak yang menjadi orang hebat, seperti penemu, pencipta lagu unggul, pemikir ulung, dan bahkan sampai kini menjadi orang-orang menonjol, seperti Albert Einstein, Mark Zuckerberg dan lainnya. Apakah memang mereka bangsa pilihan Allah, atau ada faktor lain, misalnya, penderitaan mereka yang panjang sejak pengungsian ke Mesir hingga holokaus yang membuat mereka menjadi manusia tangguh. Atau, cara mendidik anak sejak kecil? Mungkin semua faktor itu dan lainnya mempengaruhi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kis. 8:26-40. Ini kisah Diaken Filipus yang diminta oleh malaikat Allah untuk berangkat ke Selatan Yerusalem arah Gaza (ay. 26). Saat itu ada seorang Yahudi Etiopia, sida-sida, kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang baru pulang beribadah dari Yerusalem. Ia naik kereta pejabatnya dan sedang membaca kitab Yesaya. Atas tuntunan Roh Kudus, mereka pun bertemu dan Filipus diajak naik ke kereta. Dalam perbincangan tersebut, Yahudi Etiopia tersebut diyakinkan bahwa maksud ayat 32-33 (Yes. 53:7) tersebut adalah Yesus Kristus. Pembesar Etiopia tersebut menerimanya dengan iman dan bersedia dibaptis.

 

 

 

Ada beberapa pengajaran yang kita dapatkan dari nas minggu ini. Pertama, perlu ada kesukaan membaca firman Tuhan. Dengan rasa suka tersebut maka Tuhan akan membuka jalan untuk kita lebih memahami firman-Nya; secara otomatis lebih mengenal Dia dan rencana-Nya dalam hidup kita.

 

 

 

Kedua, membaca firman Tuhan perlu pembimbing, sebagaimana dikatakan sida-sida Etiopia tersebut: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” (ay. 31). Oleh karena itu jangan kita cepat-cepat merasa "pintar" tentang firman Tuhan padahal itu memerlukan penafsiran hermeneutika dan konteks ayat. Diperlukan kerendahan hati untuk memahami isi Alkitab dengan baik dan benar. Dengan demikian, hidup kita pun dipakai efektip seperti Filipus.

 

 

 

Kedua, peneguhan iman perlu bahwa kita menerima Kristus sebagai Tuhan, Anak Allah dan Juruselamat. Alkitab menjelaskan baptisan adalah cara paling efektip memperlihatkan hal itu. Tidak perlu mempersoalkan baptis selam atau percik. Alkitab memang banyak menceritakan baptisan selam, namun harus dilihat konteks masa itu. Umumnya yang mengaku percaya saat itu adalah orang dewasa dan juga ada perpindahan iman. Zaman dulu pengertian baptis selam juga dilakukan pada air yang mengalir karena pemahaman ada pembersihan. Maka sepanjang peneguhan iman dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka itu adalah sah meski untuk bayi dan anak-anak yang diwakilkan oleh orangtuanya dengan membuat janji.

 

 

 

Ketiga, Tuhan punya rencana bagi setiap orang. Dalam hal ini ada keterkaitannya dengan ketaatan. Filipus adalah Diaken namun dia taat mengikuti perintah Roh Kudus untuk berangkat ke suatu tempat. Ia awalnya tidak tahu tujuannya, namun pasti Tuhan akan membukakan rencana-Nya. Demikian juga sida-sida Etiopia tersebut, Tuhan memakai hidupnya untuk menjadi alat kemuliaan-Nya (ay. 40).

 

 

 

Terakhir, mukjizat selalu ada dalam kehidupan. Ayat 39-40 menjelaskan, setelah pembaptisan, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sudah berada di Asdod, tempat lain. Mukjizat adalah sesuatu yang mesti diterima dengan iman, bukan dengan akal pikiran. Kita percaya kuasa Allah bekerja saat diperlukan khususnya bagi orang yang berkenan kepada-Nya dan menjadi alat untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Jangan pernah meragukan kuasa-Nya yang besar dan berdaulat.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 SALING MEMPEMULIAKAN DEMI KASIH (Yoh. 13:31-35)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 11:1-18; Mzm. 148; Why. 21:1-6)

 

 

 

Pendahuluan

 

Memasuki minggu ke-V Paskah ini kita masih diberikan gambaran pelayanan Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke sorga. Nats minggu ini menceritakan percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di kamar atas, setelah di pasal sebelumnya Ia memperlihatkan praktek kasih dan kerendahan hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Perbuatan Yesus ini merupakan simbol dan keteladanan kerendahan hati sekaligus kesiapan untuk melayani orang bagi murid-murid-Nya. Sungguh perbuatan mulia.

 

Dari nats ini kita diberikan beberapa hal hikmat sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Yesus telah dipermuliakan (ayat 31-32)

 

Dalam mengemban misi-Nya Yesus telah membuktikan ketaatan-Nya pada Bapa. Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada setiap orang bahkan kepada yang mengkhianati, mencela, menghukum dan menyalib-Nya. Dia merendahkan hati-Nya kepada Bapa dan kepada semua orang demi untuk kemenangan. Apa yang bagi manusia merupakan kehinaan yakni mati digantung di kayu salib serta bersama dua penjahat besar, Dia terima dalam ketaatan. Salib yang hina di mata manusia kini menjadi lambang kemuliaan bagi Dia dan bagi kita semua. Kematian di kayu salib merupakan penggenapan rencana Bapa. Oleh karena itulah, Allah Bapa mempermuliakan Dia dengan kebangkitan dan kemenangan. Allah mempermuliakan Dia karena penugasan yang selesai tuntas dan sempurna (band. Yoh. 17:1, 5). Kemuliaan Yesus disempurnakan ketika Ia naik ke sorga sebagai puncak dari pelayanan dan kebesaran-Nya di dunia ini sebagai manusia. Itulah yang dimaksudkan kata "segera" dalam ayat 31 itu.

 

 

 

Pemuliaan Yesus ini memberikan dua gambaran kepada kita dalam menjalani kehidupan ini. Yang pertama, kerendahan hati sebagaimana Tuhan Yesus teladankan, tidak akan membuat kita hina, tidak menjadikan kita lebih tidak berharga. Banyak orang berpendapat dan melankoni bahwa untuk merasa bisa dihormati mereka berlagak sombong atau menempatkan posisi dirinya di atas. Mereka berpikir, dengan jalan demikian orang lain akan melihat bahwa mereka adalah "orang yang spesial", orang yang besar dan harus dihormati, meski sebenarnya mereka tidak memiliki apa-apa atau memiliki andil dalam hidup orang lain. Hal ini jelas salah! Justru biasanya orang yang dianggap besar dan dihormati adalah mereka yang mampu merendahkan dirinya, menempatkan dirinya berguna dan berkorban bagi orang lain. Oleh karena itu, di dalam pekerjaan atau pelayanan sehari-hari, marilah kita selalu memperlihatkan kerendahan hati, mengutamakan apa yang bisa terbaik kita berikan bagi pekerjaan dan pelayanan, serta kerelaan kita berkorban untuk itu, sehingga orang lain bahkan pemberi tugas (atasan) akan menghormati kita lebih besar dari yang kita harapkan.

 

 

 

Hal kedua, hendaklah penugasan yang kita terima kita selesaikan dengan sempurna dan dalam ketaatan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita menerima penugasan, bukan hanya dari “pimpinan” tetapi juga sebagai bagian dari keberadaan kita. Kita sebagai suami pasti ada penugasan. Kita sebagai istri pasti memiliki tugas dan tanggungjawab. Kita sebagai anak juga pasti memiliki kewajiban dan tugas. Tugas yang paling sederhana paling tidak bertanggungjawab bagi dirinya sendiri. Orang yang lalai memelihara kesehatan pribadinya merupakan kelalaian dalam penugasan Allah untuk menjaga tubuhnya. Inilah yang harus kita selesaikan dengan baik. Dalam mencapai kesempurnaan penugasan itu, persyaratannya diperlukan ketaatan. Seorang suami yang taat untuk menjadi sempurna harus memelihara dirinya dengan baik: dalam kesehatan, dalam berhubungan dengan Pemberi Kehidupan, dalam mencari penghasilan untuk kebutuhan keluarga, dalam mengayomi istri dan anak-anak serta keluarga, dalam hubungan dengan sesama dan masyarakat. Apabila kita lakukan dengan taat dan kedisiplinan, maka kita akan sempurna dalam penugasan. Sebagaimana Yesus dihormati dan dimuliakan oleh Bapa, maka kita niscaya juga akan memerima hormat dari pemberi tugas. Kita dipermuliakan dengan apa yang kita lakukan, itulah pesan pertamanya.

 

 

 

Kedua: Allah dipermuliakan melalui Yesus (ayat 31-32)

 

Apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus memperlihatkan ketaatan dan hormat pada Bapa. Yesus tidak pernah meniadakan Bapa dalam keberadaan-Nya, bahkan Ia selalu mengatakan bahwa diri-Nya adalah utusan Allah Bapa yang di sorga. Ia tetap mengungkapkan bahwa kuasa yang diperoleh-Nya adalah kuasa yang berasal dari Bapa, dan Ia melaksanakan semua itu atas kehendak Allah, Bapa-Nya di sorga.

 

 

 

Dengan demikian Tuhan Yesus memang berkehendak memuliakan Allah Bapa-Nya. Pemuliaan ini dilakukan dengan menggenapi seluruh rencana Allah dalam hidup-Nya. Dipermuliakan berarti menggenapi apa yang menjadi misi utama-Nya (band. Flp 2:11). Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya" (Yoh. 17:1-4).

 

 

 

Oleh karena itu, dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagaimana di bagian atas tadi, apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita hendaklah kita selesaikan dengan baik dan sesempurna mungkin. Sempurna bukan dalam pengertian tidak ada kekurangan, tetapi sempurna dalam pengertian semua dilaksaknakan dengan sepenuh hati dan tanggungjawab. Untuk kita yang dalam tugas, apakah di kantor atau di lapangan atau kedinasan, marilah kita laksanakan penugasan itu dengan sempurna dan ketaatan.

 

Apabila tugas dan tanggungjawab itu kita selesaikan dengan baik, niscaya kita akan mengangkat nilai dan apresiasi orang lain terhadap pimpinan, institusi kantor atau lembaga pelayanan kita. Apabila kita melaksanakan tangungjawab sebagai kepada rumah tangga, niscaya seluruh keluarga akan mendapat rasa hormat dari siapa saja. Demikianlah adanya Tuhan Yesus yang telah melaksanakan tugas-Nya dengan baik, maka Allah dipermuliakan dalam nama-Nya. Dengan demikian, hikmat atau pesan kedua yang diberikan kepada kita dalam ayat ini adalah: kita akan mempermuliakan pemberi tugas, apabila kita melakukan tugas tersebut dengan baik dan ketaatan.

 

 

 

Ketiga: tempat yang belum bisa kita lihat (ayat 33-34)

 

Orang Yahudi selalu berusaha mengikuti-Nya. Murid-murid pun terus berusaha agar Dia tidak masuk ke dalam bahaya. Pengharapan besar pada Yesus begitu kokoh sehingga mereka merasa Yesus harus terus ada ditengah-tengah mereka. Kebersamaan tiga tahun lebih tentu tidak mudah dilupakan. Mereka masih berharap terus mendengar pengajaran dan melihat kuasa-kuasa mukjizat yang diperlihatkan-Nya.

 

Pikiran inilah yang dibaca oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata: "Hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu." Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa mereka akan berusaha mencari Dia dalam pengertian agar selalu melihat kehadiran Tubuh Yesus sebagai simbol, tetapi itu akan sia-sia. Yesus tahu, oleh karena itu Dia menekankan bahwa walaupun tidak bersama dengan mereka, tetapi akan ada yang menggantikan Dia, yang sama memiliki kuasa dan hakekat seperti Dia, menjadi penolong dan penghibur mereka, yakni Roh Kudus. Tapi saat itu para murid tidak bisa menangkap maksud-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus berkata ke tempat Ia akan pergi, murid-murid-Nya tidak mungkin mereka datang. Ini bisa menggambarkan dua pilihan. Pertama, Yesus akan pergi melalui jalan penderitaan ke kayu salib dan tidak seorang pun dapat menggantikan Dia. Kedua, Yesus menggambarkan bahwa Ia kembali ke tempat Bapa di sorga ke tempat-Nya bertakhta. Tentu bagi murid-murid yang masih hidup, tidak mungkin bisa bersama Yesus ke sana. Tetapi Yesus menjanjikan bagi setiap orang yang tetap percaya dan setia kepada-Nya, maka tempat itu akan menjadi tempat kita juga, bersama dengan Tuhan Yesus, ke tempat mana yang Dia sudah sediakan bagi kita. Yesus membuka dan merintis jalan baru itu bagi kita.

 

 

 

Keempat: perintah baru agar semua orang harus tahu (ayat 35)

 

Tuhan Yesus memberi perintah baru yakni saling mengasihi dengan dasar karena mereka ada di dalam Kristus. Mengasihi bukan karena kepentingan atau kelompok. Kasih yang lebih ditekankan Yesus adalah kasih yang rela berkorban, rela memberikan yang terbaik kepada pihak lain dan itu akan menjadi kesaksisan bagi dunia. Meski hukum kasih ini sudah ada pada perjanjian lama (Ul. 19:18), tetapi bagi umat Yahudi saat itu mereka hanya mendengar cerita-cerita bagaimana Allah Mahakasih membebaskan bangsa mereka dari tanah Mesir. Mereka tidak mengalaminya. Kini mereka yang hadir saat itu langsung melihat bagaimana wujud kasih itu dilaksanakan. Ini bagaikan kasih yang revolusioner mereka saksikan.

 

Kasih Yesus yang berkorban dan melayani sebagaimana dicontohkan-Nya menjadi patokan, menjadi standar dan referensi bagi kita ketika memperlihatkan kasih bagi orang lain. Kasih Yesus menjadi kasih yang berkesinambungan dan berlipat ganda mekar berbuah dan berbuah. Inilah maksud kata-kata Yesus, "sama seperti Aku telah mengasihi kamu."

 

 

 

Kesaksian kita bukanlah dengan penampilan kita, bukan pula dengan pengakuan di mulut atau nyanyian lagu kita, tetapi karena saling mengasihi di antara kita dan kasih yang kita berikan kepada orang lain, itulah yang akan menjadi kesaksian bagi kemuliaan Kristus. Kasih yang kita persaksikan tidak hanya menguatkan kita dan membawa kita lebih dekat kepada Kristus, tetapi juga membawa dunia ini saling mengasihi dan tidak saling membenci. Kebencian akan sirna. Yesus akan menjadi contoh yang hidup bagi siapa saja, kalau kita menjadi contoh yang hidup ditengah-tengah dunia.

 

 

 

Mengasihi bukan sekedar ungkapan perasaan senang atau hangat, melainkan sikap yang harus tampak dalam perbuatan. Memberi pertolongan pada saat orang lain di saat yang tidak menguntungkan, memohon maaf walau tidak pasti bersalah, memberi waktu kepada orang yang membutuhkan dukungan, memberi pengampunan bagi yang menyakiti kita dan bukan berniat membalasnya, itulah kasih sejati. Ini memang sulit, tetapi justru itulah kita harus belajar, mau memulai dan mempraktekkannya sesuai kasih dalam 1Kor. 13.

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita belajar dari firman Tuhan bagaimana Tuhan Yesus dipermuliakan Allah dan sekaligus Dia mempermuliakan Allah Bapa. Semua itu terjadi karena penugasan Bapa kepada Yesus dilaksanakan dengan ketaatan dan tuntas sempurna. Ini memberi pelajaran kepada kita bagaimana menjalani sebuh tugas dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pelaksanaan tugas yang tuntas dan baik, kita akan dipermuliakan dan sekaligus kita juga mempermuliakan pemberi tugas. Ada yang menanti, sebagaimana Tuhan Yesus mengatakan ke tempat indah Dia pergi, kesanalah kita juga akan pergi. Akan tetapi, hendaklah semua itu kita lakukan dengan dasar mengasihi, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah (3) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 PUJILAH TUHAN YANG SEJATI (Mzm.148:1-14)

 

 Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta (Mzm. 148:5)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu V setelah Paskah diambil dari Mzm. 148, dengan judul: Langit dan bumi, pujilah TUHAN! Lho, kenapa “benda mati” langit dan bumi ikut memuji Tuhan? Pemazmur tampaknya ingin melawan pendapat bangsa-bangsa lain di saat itu, yang masih menjadikan benda-benda langit atau makhluk sebagai allah yang mereka sembah. Mazmur ini lantas memerintahkan, selain makhluk hidup menyembah Tuhan, semua “benda mati” lainnya ikut menyembah, seperti bulan, bintang terang, air yang di atas langit, ular-ular naga dan segenap samudera raya, api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai, dan lainnya.

 

 

 

Jika kita membaca buku History of Religion dari Prof. Allan Menzies, maka kita mengetahui mengapa sejak awal peradaban, manusia mulai menyembah benda-benda mati dan menjadikan mereka sebagai allahnya. Mereka membutuhkan kekuatan yang lebih tinggi, yang tidak dipahaminya dan melampaui kemampuan mereka. Menurut Menzies, motif ibadahnya adalah “ketakjuban, tidak diragukan lagi, selalu hadir di dalamnya....”

 

 

 

Memang dalam hal ini ada unsur kepercayaan dan proses intelektual, yang membawa mereka sampai pada titik kesimpulan, perlu menyembah benda mati tersebut. “Ketidakmampuannya untuk membantu dirinya sendiri atau untuk memenuhi kebutuhannya sendiri-lah yang mengantarkan penyembah kepada tuhannya (catatan: berupa benda-benda), yang memiliki daya yang ia sendiri tidak punya." Benda-benda seperti tanah atau bumi dan langit atau matahari, misalnya, memberikan kesuburan tanah dan hasil panen yang baik membuat mereka menyembah benda langit dan bumi.

 

 

 

Padahal, kepercayaan PL dan kita semua, langit dan bumi adalah ciptaan Allah, sehingga langit dan bumi tidak layak untuk disembah. Bumi dengan pohon yang besar atau gunung yang tinggi, dapat musnah hilang seketika oleh kuasa Allah dengan mematikan pohon itu atau meletuskan gunung sehingga hilang dari muka bumi. Demikianlah kuasa Allah, sehingga segala ciptaan-Nya tidak layak disembah, termasuk manusia dan nabi-nabi.

 

 

 

Pemazmur mengajak kita dengan iman percayanya, bahwa Allah berkuasa atas seluruh bumi dan carkawala dengan segala isinya, dan mengajak seluruh malaikat dan bala tentara surgawi untuk memuji dan menyembah-Nya. Semua raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; para taruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda (ayat 2, 11-12). Maka, lengkap sudah, penghuni surga, cakrawala dan isi bumi semua diajak, serta kita pun orang percaya, “baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta” (ayat 5). "Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kaulihat dengan matamu sendiri (Ul. 10:21).

 

 

 

Nas mazmur kita menekankan bahwa ibadah dan pujian terhadap Allah yang benar dan sejati, merupakan sentral kehidupan kita ke depan. Pujian tidak harus dengan mulut atau nyanyian, tetapi juga melalui perbuatan. Semua yang kita lakukan ke depan hendaklah merupakan ibadah kepada Tuhan (Kol. 3:23). Jangan lagi ada kegiatan kita yang sia-sia, apalagi hal yang tidak disukai-Nya (2Kor. 6:1; Ef. 4:17). Allah kita di dalam Tuhan Yesus adalah Roh dan kita pun menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Dia telah menjadi daging dan turun ke dunia, tetapi kembali naik ke surga menjadi Roh.

 

 

 

Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit (ayat 13). Allah yang benar dan sejati, telah berkarya bagi umat Israel dengan meninggikan tanduk umat-Nya, serta membawa mereka kembali dari pembuangan (ayat 14). Kita pun telah ditinggikan dengan kasih Allah yang begitu besar, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Itulah dasar kita memuji-Nya. Haleluya.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 TEMBOK DAN JEMBATAN (Kis. 11:1-18)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yoh. 13:31-35; Mzm 148; Why 21:1-6)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Paskah ini diambil dari Kis. 11:1-18. Nas ini menceritakan upaya Rasul Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem. Kaum Yahudi yang sejak awal bersunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:11), masih merasa sebagai umat khusus, umat pilihan. Mereka yang kemudian percaya dan mengikut Kristus, sebagian merasa keselamatan dari Tuhan Yesus hanya untuk kaum Yahudi saja, sehingga kabar sukacita tersebut dan bahkan baptisan tidak perlu diberikan kepada "orang asing", orang yang tidak bersunat. Tetapi Rasul Petrus melakukannya dan membaptis Kornelius, seorang tentara Romawi. Maka ia pun ditentang.

 

 

 

Allah menciptakan manusia yakni Adam dan Eva, dan kemudian setelah ribuan tahun menyebar ke seluruh penjuru bumi. Faktor alam dan campuran genetika membuat terjadinya keragaman manusia dengan ras, suku, bangsa, tempat, bahasa dan lainnya. Begitu juga dengan sifat, karakter, warna kulit, tradisi, kepercayaan, dan lainnya. Tidak ada manusia yang sama. Pengelompokan manusia terjadi atas kesamaan tersebut, atau oleh kepentingan dan tujuan yang sama, meski itu dapat sesaat.

 

 

 

Alkitab mengatakan, keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Banyak orang menyembah Tuhannya yang tidak mereka kenal, tetapi kita menyembah Allah yang kita kenal yakni dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang memang bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Kita mengenal Allah dalam Pribadi Yesus karena ada gambaran utuh-Nya: hidup, kuasa, teladan, pelayanan, dan terutama kasih-Nya. Tidak ada agama lain di dunia ini yang bisa lebih baik menggambarkan Allah yang seperti Dia. Tawaran jalan keselamatan kekal yang diberikan-Nya, sungguh luar biasa. Kita memang layak memuji, menyembah, dan mengikuti-Nya.

 

 

 

Kabar sukacita itulah yang mesti disebarkan. Kita tidak perlu meributkan legalisme kaku dengan meributkan hal yang tidak prinsip, seperti makanan bercampur darah (ayat 9), baptisan air yang benar (ayat 16), hari raya Kristiani, atau format tata ibadah. Semua menjadi tidak produktif. Merasa unggul juga - seperti "bersunat" dalam nas ini, harus ditiadakan yang semua itu justru membangun tembok pemisah dan perbedaan. Apalagi, bila kepentingan pribadi sebenarnya dibungkus menjadi kepentingan kelompok, atau dalam nama agama dan bahkan demi nama Tuhan.

 

 

 

Perbedaan selalu ada. Di tengah hubungan sesama, perbedaan terus ada termasuk dalam iman dan kepercayaan, termasuk dalam ritualnya. Sungguh sangat disayangkan kalau perbedaan itu sampai membuat polarisasi terjadi dan tembok terbangun,

 

 

 

Tetapi melalui kasih yang menjadi ciri khas orang percaya, kita perlu membangun jembatan bagi mereka yang merasa seolah ada ketidakadilan dan kalah/tersisihkan. Memang tidak mudah membangun kembali relasi antar manusia. Tetapi kita harus siap menerima mereka dengan hati yang penuh kasih. Upaya mesti terus dilakukan, terutama oleh kita anak-anak Tuhan. Mencari buah dan Roh Kudus akan bekerja (ayat 17). Seperti ayat penutup dalam nas Minggu V Paskah ini: karunia itu diberikan kepada segala bangsa, pertobatan, atau perubahan yang terus memimpin kepada hidup (ayat 18). Itulah utamanya, intinya, bangunlah selalu jembatan, bukan tembok.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 11 Mei 2025

Kabar Dari Bukit

 GUSTI MBOTEN SARE (Kis. 4:5-12)

 Tuhan Tidak Tidur

 

 “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--, namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis.  4:11)

 

Membaca nas minggu ini saya jadi teringat saat diadili dan dipenjara karena melawan rezim Presiden Suharto di tahun 1978-1979. Saat itu gerakan mahasiswa memang langsung menyerang Suharto, memintanya turun karena dianggap sebagai sumber permasalahan bangsa. Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) sebelumnya, hanya menyerang dominasi Jepang dan peran Ali Murtopo yang dianggap otak pengerdilan partai politik, ormas dan juga mahasiswa. Meski banyak yang mendukung gerakan mahasiswa, namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa yang kita lakukan adalah sia-sia. Penguasa kuat, militer dan partai politik kokoh mendukung Suharto. Pengadilan mahasiswa pun termasuk terhadap saya nyatanya berjalan tidak adil. Tuduhannya pasal karet. Saya dan kawan-kawan pemimpin mahasiswa akhirnya dipenjara setahun. Namun sejarah membuktikan, sepuluh tahun kemudian, Suharto jatuh! Keputusan pengadilan terdahulu bahwa kami bersalah, akhirnya dianulir. Kebenaran memang sering mengambil jalan yang panjang dan berliku.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kis. 4:5-12. Ini kisah pengadilan terhadap Rasul Petrus dan Yohanes yang dianggap penghasut oleh pemimpin-pemimpin Yahudi bersama Imam Besar yang mengadakan sidang Mahkamah Agama di Yerusalem (ay. 5). Petrus dan Yohanes memang sebelumnya menyembuhkan seorang laki-laki lumpuh di Bait Suci (Kis. 3:1-10) dan berkhotbah tentang Yesus. Tuduhannya: dengan kuasa apa mereka melakukannya?

 

 

 

Petrus dengan lantang menjawab: “Ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati--bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu." Petrus berani mengatakan hal itu karena ia penuh dengan Roh Kudus (ay. 8-10).

 

 

 

Petrus dan Yohanes beruntung saat itu, setelah melihat penampilan mereka (ay. 13), keputusan sidang hanyalah menegur dan meminta agar mereka tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ternyata, hal itu tidak membuat para murid takut, malah terus mengabarkan Injil hingga ke seluruh dunia.

 

 

 

Dalam kehidupan keseharian kita, hal seperti ini sering terjadi. Perbuatan baik, tidak selamanya dapat diterima pihak tertentu. Ada saja dibuat alasannya. Tapi ini tidak membuat kita untuk takut berbuat baik. Resiko selalu ada, ya tidak apa-apa. Kadang buah kebaikan tidak langsung kelihatan, atau tidak dihargai, itu adalah ujian ketulusan dan kesabaran kita. Tapi satu prinsip, tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Tuhan tidak tidur, Gusti Mboten Sare. Semua ada dalam kendali-Nya dan Ia Mahamelihat dan Mahatahu. Perlu kita sadari juga, Gusti Mboten Sare mengingatkan kita agar berpikir bijak sebelum bertindak.

 

 

 

Oleh karena itu jangan mudah menyerah. Tetaplah berbuat baik, dan lakukan dengan konsisten, tulus, penuh kasih, dan percaya itu adalah panggilan orang percaya. Bila buah keberanian dan pengorbanan kita tidak langsung kelihatan, bukan berarti Tuhan tidak bekerja. Kita hanya perlu meneguhkan hati dengan percaya pada rencana-Nya, mengingat janji-Nya, berpatokan keteladanan dalam Alkitab, dan berdoa serta berserah. Sebagaimana Yesus, lihat, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan..., namun ia telah menjadi batu penjuru (ay. 11).

 

Selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 28 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12535330
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
510
2470
510
12481664
510
0
12535330

IP Anda: 216.73.216.194
2025-07-31 04:44

Login Form