2025
2025
Khotbah (3) Minggu III Paskah - 4 Mei 2025
Khotbah (3) Minggu III Paskah - 4 Mei 2025
BERTOBAT (Kis. 9:1-6)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III Paskah ini diambil dari Kis. 9:1-6. Nas ini bercerita tentang pertobatan Paulus dan kemudian dipakai Tuhan demikian dahsyat. Kita tahu ada banyak cara dan jalan yang dialami orang percaya untuk mengikut Kristus, selain karena mengikuti orang tua dan dibaptis di masa kecilnya. Tetapi ada juga, meski sudah percaya sejak kecil, kemudian mengalami pembaruan budi, pertobatan, lalu lahir baru menjadi manusia baru (Yoh. 3:3; 2Kor. 5:17).
Pertobatan adalah meninggalkan kehidupan lama yang penuh kegelapan, masuk ke dalam kehidupan terang di dalam Tuhan Yesus. Dalam ilmu teologi, pertobatan dibahas dalam Teologi Sistimatika. Louis Berkhof dalam bukunya Teologi Sistimatika menuliskan, bahwa pertobatan merupakan tindakan khusus Roh Kudus yang membawa kelahiran kembali dan panggilan efektif kepada pertobatan. Pertobatan bisa bersifat pribadi, tetapi bisa massal seperti pengalaman bangsa Israel di zaman Raja Hizkia, Yosia, dan bangsa Niniwe yang dikisahkan di kitab Yunus. Pertobatan bisa tidak permanen dan bersifat sementara, sebagaimana kisah benih yang ditabur di pinggir jalan atau di atas batu (Mat. 13:1-22).
Henry C. Thiessen dalam bukunya Teologi Sistimatika yang sering menjadi pegangan dalam kuliah tentang keselamatan, mengatakan pertobatan merupakan tindakan berbalik kepada Allah, dan tindakan tersebut merupakan tanggapan manusia terhadap panggilan Allah. Jadi menurut Thiessen, ada peran reaktif dari manusia yang membawanya kepada Allah. Hal ini membuat tidak perlu mempersoalkan proses terjadinya pertobatan dan keselamatan, sebab urutan dan proses terjadinya bisa berbeda pada tiap orang. Demikian juga tentang kapan imannya mulai dibenarkan dan dikuduskan, semuanya tidak terlalu relevan didiskusikan. Kita syukuri saja, pertobatan itu berlangsung terus menerus, semakin hari semakin baik dan seturut firman-Nya, sebagaimana proses pengudusan yang kita terima.
Tetapi yang jelas, baik Berkhof maupun Thiessen, menyatakan ada unsur atau elemen yang menyangkut pikiran (intelektual), perasaan hati (emosional), dan kehendak (keputusan), di dalam terjadinya pertobatan. Kunci semuanya adalah adanya penyesalan karena dosa-dosa, berpaling dan berbalik kepada jalan yang benar sesuai dengan kehendak Allah.
Jika kita melihat peristiwa yang terjadi pada Saulus, unsur Roh Kudus lebih dominan berinisiatif dan memanggilnya untuk bertobat. Saulus begitu bersemangatnya, dengan hati berkobar-kobar mengancam, dan membunuh murid-murid Tuhan Yesus. Ia bahkan menghadap Imam Besar, meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (ayat 1-2).
Hal yang kita lihat kemudian adalah ketika umat-Nya dianiaya dan disakiti, Tuhan Yesus juga merasakan penderitaan itu. Allah peduli dengan setiap hal yang kita alami dan rasakan sepanjang semua itu karena mengikut Dia. Sama seperti Stafanus dalam pasal 8 yang mati karena dilempari batu, Tuhan Yesus memberi kasih khusus dan menyambut roh Stafanus dengan berdiri (Kis. 7:54-60).
Melalui nas ini kita diajak untuk terus membarui iman dan pertobatan, agar kita semakin sesuai dengan firman dan kehendak-Nya. Melalui karya kesaksian, kita pun akan semakin menyenangkan hati-Nya. Dan itulah tanda pertobatan, yakni berubah dan berbuah.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 27 April 2025
Kabar Dari Bukit
KEPEDULIAN DAN KEBERSAMAAN (Kis. 4:32-35)
“Tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka” (Kis. 4:34, TB2)
Dua bulan lalu saya berwisata ke Russia, ingin melihat fenomena alam aurora berupa cahaya indah berwarna-warni di langit yang hanya ada di kutub Utara dan Selatan. Dalam perjalanan tersebut saya berkesempatan bertanya kepada para pemandu wisata: Enakan mana, era saat dikuasai Partai Komunis dengan sekarang yang terbuka liberal? Umumnya mereka menjawab lebih enak dulu. Meski untuk mendapatkan makanan harus memakai kupon dan antri, tetapi dulu hal lain seperti pendidikan anak-anak lebih terjamin; semua gratis. Saat ini mereka banyak tidak mampu membayar mahal untuk mendapatkannya.
Firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu ini adalah Kis. 4:32-35. Judul perikopnya: Cara hidup jemaat. “Kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (ay. 32). Ini bagaikan sistim ekonomi sosialis, berciri kepemilikan bersama alat produksi, pemerataan ekonomi, pendidikan gratis, dan kesenjangan sosial dan ekonomi yang rendah. Memang ada harga untuk itu, yakni kebebasan pribadi berkurang, kebersamaan yang utama, dan semua diatur dari pusat. Namun kekristenan dasarnya adalah kasih dan kesediaan berkorban, bukan paksaan dengan ancaman hukuman seperti sosialisme.
Kembali kepada nas, cara hidup jemaat ini memberi dampak positif bagi semua. “Tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka. Sebab, semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki para rasul, lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya” (ay. 34-35).
Tentu kita bisa berdalih, itu jemaat kecil di masa mula-mula. Jemaat besar pasti susah menerapkannya. Betul, namun semangat kepedulian dan kebersamaan baiknya dipertahankan. Tuhan Yesus berkata, "Sebab orang-orang miskin selalu ada padamu" (Mat. 26:11a; Mrk. 14:7). Pada bagian lain dituliskan, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, segala sesuatu yang telah kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).
Jemaat mula-mula di tengah keterbatasannya, malah misi penginjilan tetap berjalan bagus. Bersama dukungan jemaat dan “Dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam anugerah yang melimpah-limpah” (ay. 33). Inilah melengkapi tiga misi gereja dan kita orang percaya, yakni persekutuan (koinonia), pelayanan sosial (diakonia), dan pekabaran Injil (marturia), yang mesti dilakukan berimbang. Bila fokus pada ibadah dan persekutuan saja, dengan mengabaikan dua misi lainnya, maka gereja tidak utuh keberadaannya.
Prinsip berimbang hanya dapat diukur dari sumber daya yang dipakai, seperti tenaga pelayan, waktu, dan dana. Gereja yang baik tentunya sumber daya yang diperoleh dari persembahan jemaat, dipakai berimbang untuk ketiga misi tersebut. Sayangnya, dari penelitian disertasi saya untuk S3, gereja-gereja arus utama (seperti HKBP, GKI, GPIB, dll.) hanya mengalokasikan dana persembahan sekitar 10-15% untuk pelayanan sosial dan pekabaran Injil; sementara gereja-gereja kharismatik lebih kecil umumnya dibawah 5%.
Mari kita tingkatkan kepedulian dan kebersamaan. Cakupan gereja bukanlah sebatas dinding gedung, tetapi semua anggota jemaat dengan sekeliling rumahnya dan tempat kerjanya, bahkan lebih luas. Kita ingat pernyataan Alkitab: “karena siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” (1Yoh. 4:20). Tetaplah peduli.
Selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu II Paskah - 27 April 2025
Khotbah (2) Minggu II Paskah - 27 April 2025
SAKSI KRISTUS (Kis. 5:27-32)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II Paskah ini diambil dari Kis. 5:27-32. Nas ini menceritakan betapa dahsyatnya kuasa pemberitaan Injil yang dilakukan para murid setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka semakin berani menghadapi tantangan, bahkan tidak memperlihatkan rasa takut ketika dihadapkan pada Mahkamah Agama. Mereka diciduk dari Bait Allah dan saat ditanyai Imam Besar Yahudi, jawaban Petrus dan rasul-rasul itu tegas: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia (ayat 29b, band. 4:19).
Keberanian memang mendorong energi keluar secara lebih besar. Yang tadinya terpendam tidak kelihatan, tiba-tiba keluar tak terbendung. Itulah yang terjadi pada para murid, saat mereka mengetahui Yesus ternyata bangkit dari kubur (dan kemudian naik ke sorga). Mereka berani memberitakan-Nya dan siap menanggung risiko meski ditangkap dan diadili.
Para murid juga berani menyerang para pemimpin Yahudi, menuduh mereka bertanggungjawab atas kematian Yesus, yang membunuh-Nya dengan menggantung-Nya di kayu salib (ayat 30). Tetapi Allah Bapa dan Allah Abraham, Ishak dan Yakub telah membangkitkan-Nya untuk membuktikan, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa."
Sebaliknya dengan para pemimpin Yahudi. Mereka ketakutan, sebab pemberitaan Yesus memberikan dampak luar biasa. Para murid pun terus memperlihatkan kuasa mukjizat seperti Tuhan Yesus semasa hidup-Nya. Para pemimpin Yahudi ketakutan karena ketika diberi pilihan oleh Pontius Pilatus, mereka menantang dengan mengatakan: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Mat. 27:25). Itu yang membuat para murid terus dilarang mengajarkan Nama Yesus kepada semua orang. Padahal, ketakutan para Imam pun tidak beralasan, sebab Yesus tidak mencari kekuasaan politik, tetapi perubahan rohani.
Kita pengikut Kristus pun harus berani untuk memberitakan-Nya. Membiarkan seseorang dalam kesalahan dan dosa sama dengan membiarkannya masuk neraka. Kita tidak mesti menghakimi, tetapi menyatakan pilihan dan kebenaran yang lebih baik. Tugas kita menyampaikan dan Roh Kudus yang bekerja. Kita telah melakukan panggilan menjadi duta Kristus, dan pengampunan berlaku bagi semua orang bagi yang mau bertobat. Lakukanlah sesuatu untuk bisa menjadi saksi bagi kebangkitan-Nya. Ambil peran sesuai talenta dan kemampuan kita. Larangan beribadah di komplek rumah, larangan membangun rumah ibadah, sesuatu yang perlu dilawan. Tidak perlu terlalu takut terhadap risiko penderitaan, sebab Tuhan Yesus yang hidup akan terus menjaga kita. Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia, akan setia memberkati kita sama seperti memberkati para rasul-Nya. Haleluya. Terpujilah DIA.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu II Paskah - 27 April 2025
Khotbah Minggu II Paskah - 27 April 2025
MEYAKINKAN SANG PERAGU (Yoh 20:24-29)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 5:27-32; Mzm 150; Why 1:4-8
Pendahuluan
Minggu ini kisah pelayanan Tuhan Yesus dimulai pasca kebangkitan-Nya. Setelah bertemu dengan Maria Magdalena, Yesus kemudian mendatangi tempat murid-murid-Nya yang sedang berkumpul. Yesus masuk menembus pintu dengan tubuh kemuliaan-Nya yang membuat murid-murid semakin percaya akan ke-Allah-an Yesus. Dalam pertemuan itu, Yesus memperlihatkan bekas luka-Nya dan mengembusi mereka dengan Roh Kudus untuk tugas pengutusan. Sayangnya, Tomas tidak berada di tempat itu, sehingga ketika murid-murid menceritakan bertemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit, ia tidak percaya.
Kisah keraguan dan ketidakpercayaan Tomas merupakan Nats minggu ini dan kita mendapatkan beberapa pengalaman hidup sebagai berikut.
Pertama: sisi buruk Tomas
Gambaran Tomas di Alkitab tidak banyak. Kita bisa menarik kesimpulan yang salah jika hanya memandang satu sisi saja. Sebagaimana kita umumnya, Tomas memiliki sisi buruk tetapi juga memiliki sisi baik. Kita lihat sisi buruknya lebih dahulu dari kisah yang dituliskan di Alkitab.
Kekurangan pertama pada diri Tomas, ia tidak tampak pada saat-saat terakhir Tuhan Yesus ditangkap dan diadili. Ada dugaan dia dan murid-murid lain menghindar menyembunyikan diri, mungkin alasan takut ditangkap atau mungkin alasan strategis. Kekurangan kedua, Tomas juga belum muncul pada saat murid-murid sudah berkumpul lagi setelah bangkitnya Yesus. Alkitab tidak memberi penjelasan mengapa hanya Tomas yang tidak hadir, dan ini menjadi dugaan Tomas telah sibuk dengan urusan dirinya, atau mengurung diri, hingga melupakan persekutuan dengan murid-murid lainnya.
Tomas ragu karena punya alasan untuk belum percaya. Ia dengan jelas telah melihat - walau mungkin dari jauh, bagaimana Yesus telah dipukuli, disiksa, disalibkan, mati dan dikuburkan. Jadi dalam pikirannya, bagaimana mungkin Yesus yang telah dikuburkan itu dikatakan hidup lagi?! Oleh karena itu ia meminta bukti, ia ingin melihat dan menjamah langsung. Tapi disinilah sisi kekurangan lainnya dari Tomas, karena sebenarnya Tomas sudah harus memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebelumnya, bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga (Mat 16:21; 17:22-23; 20:18-19; 26:2; band. Yoh 2:18-22). Tomas juga sudah melihat kuasa dan ke-Allah-an Yesus dengan berbagai mukjizat yang dilakukan-Nya, sehingga ia seharusnya sudah bisa memahami bahwa Yesus akan menggenapi janji-Nya bahwa Dia pasti bangkit. Dalam hal ini Tomas tidak bisa melihat dengan hatinya, kurang mengenal pribadi Yesus sebagaimana Yohanes, yakni ketika melihat ke kubur langsung percaya bahwa Yesus telah bangkit. Kedekatan hubungan pribadi antara Yohanes dengan Yesus berbeda dengan hubungan pribadi Tomas dengan Tuhannya.
Keraguan dan ketidakpercayaan Tomas juga tidak perlu, sebab ia pasti tahu dalam Perjanjian Lama banyak kisah kebangkitan orang mati (1Raj 17:17-24; 2Raj 4:18-37). Ia juga sudah melihat bagaimana Tuhan Yesus beberapa kali membangkitkan orang mati (Mrk 5:21-43; Luk 7:11-17; Yoh 11:11-44). Bahkan Alkitab pun menceritakan, pada saat Yesus bangkit banyak orang kudus yang bangkit dari kubur (Mat 27:52-53).
Kedua: sisi baik Tomas
Di antara kekurangan yang disebutkan di atas, Tomas bukanlah seseorang yang pengecut atau munafik! Dia juga bukan seorang yang bodoh. Dalam peristiwa membangkitkan Lazarus, ketika orang lain menjadi ragu saat Tuhan Yesus "terancam", Tomas dengan tegas dan bersemangat mengatakan kepada murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh 11:16). Artinya, iman dan keyakinan Tomas kepada Yesus sangat kuat.
Sebagai salah satu murid Yesus, kekuatan Tomas adalah bersikap teguh, meski kadang ragu. Tapi ia jujur terhadap situasi yang dihadapinya. Dia peragu, tapi dengan tujuan yakni mengetahui dan memastikan kebenaran. Tidak ada kepentingan pribadi atau maksud yang terselubung. Tomas juga tidak kaku dengan keraguannya, pikirannya tetap terbuka untuk fakta dan bukti kebenaran. Keraguan Tomas mungkin hanya cara untuk merespons suatu fakta dan bukan merupakan cara pandang permanen pribadinya.
Mungkin Tomas adalah seorang skeptis yang tidak mudah percaya. Tapi ia bukan seorang yang pesimis dalam arti tak berpengharapan. Ia sama dengan murid yang lain yang perlu melihat langsung ketika Maria Magdalena di pagi buta mengatakan bahwa ia telah melihat Yesus. Imannya terhadap Yesus tetap kuat, pengharapannya masih ada. Tomas dalam hal itu kita berikan respek atas iman dan pengharapannya.
Sebagaimana Tomas, kita boleh ragu atas sesuatu informasi, tetapi hendaklah itu jangan menjadi cara pandang atau cara kita melihat masalah. Kita jangan menjadi orang yang pesimis. Kalau kita ragu, sebaiknya itu hanya mendorong kita untuk berfikir ulang, atau mencari kebenaran yang lebih hakiki, untuk kemudian mengambil kesimpulan dan tindakan. Keraguan haruslah merupakan penajaman pikiran bukan untuk merubah sesuatu keyakinan yang sudah bagus. Keraguan dalam hal ini hanya menjadi alat untuk pemahaman dan pengenalan yang lebih dalam.
Ketiga: belajar dari pribadi Tomas
Itulah yang dilakukan Tomas sehingga ketika Tuhan Yesus menjawab kerinduannya akan kebenaran, Yesus datang kepadanya dan menawarkan tangan-Nya disentuh. Tomas langsung percaya meski Alkitab tidak menceritakan bahwa Tomas perlu untuk menyentuh bekas lobang paku itu. Maka ketika kita dalam keraguan, belajarlah dari Tomas. Jangan diam dan pasif, melainkan nyatakan keinginan, sehingga Yesus mendengar dan kemudian memberi jawaban seperti Yesus memberi jawaban kepada Tomas. Jangan mandeg, tetapi berusahalah. Hal ini dapat dilakukan dengan menemui orang-orang yang sudah mengalami, membaca Alkitab dan buku-buku, sebab Tuhan Yesus selalu siap hadir untuk memberi jawaban atas keraguan kita, sepanjang kita juga rindu untuk mengenal dan mengetahui kebenaran-Nya. Keraguan yang didiamkan tidak akan membawa hasil apa-apa.
Pada saat iman kita terhadap Yesus mungkin jatuh atau turun, maka kerinduan untuk memulihkannya jangan hilang. Iman adalah sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Artinya iman itu memang bisa turun naik, mengecil dan membesar. Allah bisa membesarkan iman kita itu, membangun iman kita, sepanjang kita tidak menidurkannya sehingga tidak bekerja. Yohanes Calvin menyebutkan, dalam peristiwa Tomas, Allah membangunkan imannya.
Setan terus bekerja setiap saat untuk mengikis iman kita. Kadang kita digoda untuk meragukan yang berhubungan dengan kuasa dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan keseharian kita. Tapi di lain pihak, setan justru menuntun kita untuk mudah mempercayai hal-hal mistik, bahkan gosip yang membawa kita ke dalam dosa. Di sinilah kita perlu waspada dan tetap menempatkan keraguan sebagai dasar untuk mencari kebenaran, tanpa melepaskan hubungan kita dengan Allah.
Keempat: belajar dari situasi yang dihadapi Tomas
Tomas tidak hadir pada persekutuan para murid yang menyebabkan ia tidak menerima sukacita yang diterima oleh murid-murid lain, saat Tuhan Yesus menyapa mereka. Oleh karena itu, Alkitab berkata, jangan menjauhkan diri dari ibadah dan persekutuan (Ibr 10:25), sebab selalu ada berkat dan mukjizat yang menanti. Peristiwa Tomas menjadi pelajaran penting bagi kita.
Pelajaran lainnya yang dapat kita ambil hikmatnya adalah, Tuhan Yesus tidak membenci keraguan, sepanjang itu dengan niat jujur dan bertujuan untuk menguatkan keyakinan. Dalam bahasa lain, lebih baik keraguan yang diungkapkan dari pada ketidakpercayaan yang didiamkan. Pengalaman Thomas mungkin pengalaman kita semua. Kita mungkin pernah dirundung masalah yang berat dan kemudian bertanya tentang keberadaan Tuhan atau meragukan kasih dan kuasa-Nya. Maka ungkapkanlah kepada Yesus.
Atau, kita masih kurang percaya dengan kebangkitan dan kuasa-Nya, sehingga kita terus menunggu untuk bertemu, menyentuh dan mendengar suara Yesus langsung agar kita percaya kepada-Nya? Jangan lagi berpikiran seperti itu. Allah memiliki rencana yang indah dengan tidak mengutamakan kehadiran fisik, Dia tidak lagi membatasi diri-Nya dengan kedagingan dan tubuh. Justru Allah menginginkan kita bisa selalu bersama-Nya sepanjang waktu, melalui Roh Kudus yang disediakan bagi kita orang percaya. Kita bisa berbicara dengan Yesus, berbicara dengan Roh Kudus melalui doa, mendengar sapaan-Nya melalui firmam dalam Alkitab atau khotbah di gereja. Allah menjadi nyata dalam semua wujud itu. Kita tidak perlu berpura-pura percaya padahal masih ragu. Allah membenci ketidakjujuran, tetapi menyukai ketulusan dan kerinduan mencari kebenaran. Kita bisa juga dapatkan keteguhan iman melalui teman-teman seiman yang sudah merasakan hadirnya Allah dalam hidup mereka. Kita yang ragu akan diteguhkan. Melalui persekutuan dengan mereka, iman kita semakin dikuatkan, sehingga kita dapat berkata sama seperti yang Tomas katakana kepada Yesus: "Ya Tuhanku dan Allahku".
Kesimpulan
Apa yang terjadi pada Tomas memberi kita pelajaran berharga, yakni pentingnya untuk memelihara keaktifan dalam persekutuan dengan teman-teman seiman. Banyak berkat yang akan diperoleh. Terlebih lagi pada saat iman kita sedang digoyang oleh iblis, maka kejujuran dan ketulusan kepada Tuhan diperlukan, sehingga Tuhan akan memberi jawaban. Belajar dari masalah Tomas, Allah tidak membenci keraguan. Persoalannya, maukah kita percaya sekalipun tidak melihat? Firman Tuhan berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu II Paskah - 27 April 2025
Khotbah (3) Minggu II Paskah - 27 April 2025
HALELUYA DAN MELAYAKKANNYA (Mzm. 150)
“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mzm. 150:6)
Firman Tuhan di hari MInggu ini untuk kita dari Mzm. 150. Judul perikopnya: Haleluya; (Hallelu + YAH) berarti Pujilah Tuhan. Bagi umat Israel, kata ini sering diucapkan dalam doa; bagi kita umat percaya, ini adalah ungkapan pujian kepada Tuhan.
Ada 13 kali memuji Tuhan disebut dalam enam ayat Mazmur ini. Bila pasal 1 kitab Mazmur dibuka dengan pengajaran tentang “jalan orang benar dan jalan orang fasik”, maka pasal penutup Mazmur minggu ini merupakan ekspresi sukacita besar, keyakinan teguh, dan mengajak orang lain. Dan memang begitulah kehidupan, yang mengikuti petunjuk benar, pasti buahnya sukacita dan berpuas hati di akhirnya.
Mazmur ini juga memberi kita pijakan dalam memuji Tuhan. Pertama, Allah ada di tempat kudus-Nya (ay. 1a). Allah kita kudus maka memuji Tuhan hendaklah kita juga kudus (baca: dikuduskan) terlebih dahulu (band. Musa, Kel. 3:5). Kita perlu hormati kekudusan tersebut dan menjaganya. Mereka yang hidup masih dalam rasa kebencian terhadap orang lain, ada permusuhan, keinginan jahat, ini adalah hati yang kotor, dan sebaiknya merenung kembali sebelum mengucapkan haleluya. Sama seperti censura morum sebelum menerima perjamuan kudus, bertanya: apakah kita layak untuk bersekutu dengan Tuhan jika hidup kita masih jauh dari firman-Nya? Alkitab juga mengajarkan, tidak boleh datang memberi persembahan kepada Tuhan, jika masih ada hal yang tidak beres dalam hubungan kita dengan sesama manusia (Mat. 5:23-25).
Tempat kedua Allah adalah cakrawala (Ibrani: raqia), sorga tempat Dia bertakhta (ay. 1b, bdk. Doa Bapa Kami Luk. 11:2; Mzm. 11:4). Langit atau cakrawala menaungi seluruh bumi, dan Allah Mahahadir. Tangan dan penglihatan-Nya tidak kurang jauh untuk menjangkau dan menuntun kita menjalani kehidupan ini. Memuji Tuhan memang tidak mengenal tempat, tetapi mensyaratkan hati yang bersih dan benar.
Memuji Tuhan perlu dasar, alasan. Mazmur ini mengatakan, Allah itu perkasa dan hebat kebesaran-Nya (ay. 2). Pengalaman pribadi akan menguatkan hal ini. Mereka yang melihat dengan kerendahan hati, dan merasakan anugerah keselamatan dalam hidupnya, akan lebih mudah mengakui Allah kita yang besar dan perkasa. Karya-Nya berupa bumi dan alam semesta, kompleksitas tubuh manusia, serta perbuatan dan pemeliharaan-Nya yang ajaib sepanjang sejarah. Jangan sampai persoalan yang kita alami dan hadapi saat ini, membuat kita ragu tidak melihat keperkasaan Allah. Lihatlah dengan mata rohani dan iman, persoalan yang kita alami, pasti akan berlalu dengan pertolongan-Nya. “Allahku lebih besar dari persoalanku”, itulah prinsip orang Kristen. Keraguan adalah provokasi iblis.
Berikutnya tentang cara memuji Tuhan. Pada ayat 3-5 digambarkan sejumlah peralatan musik, seperti tanduk sangkakala, gambus, kecapi, rebana, seruling dan ceracap. Irama ini diiringi tari-tarian. Semua untuk menekankan, Allah menyukai sukacita dan keindahan sebagaimana ciptaan-Nya selalu indah. Keindahan dan harmoni selalu menyenangkan hati. Namun alat musik hanyalah alat ekspresi, intinya seluruh kemampuan kita perlu dipakai. Setiap orang telah Tuhan beri talenta dan karunia rohani. Mari kerahkan itu sebagai alat untuk memuji Tuhan. Menjadi pribadi yang menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan; satunya kata dan tindakan.
Bagian terakhir, hendaklah kita mengajak orang lain seperti pemazmur menuliskan, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya! (ay. 6). Dengan kita berusaha layak memuji, Tuhan yang memang layak dipuji, dengan kelayakan atas berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita, kita pun layak sebagai saksi yang baik, menjadi bagian dari kerajaan sorgawi. Maka, nama Tuhan semakin ditinggikan dan dimuliakan. Terpujilah Dia, haleluya!
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 TUAIAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah (2) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 IMAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025Khotbah (3) Minggu Keempat Setelah Pentakosta - 6 Juli 2025 TABUR...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 54 guests and no members online