2025
2025
Khotbah Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
Khotbah Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
HARGA MENGIKUT YESUS (Luk 9:51-62)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: 2 Raj 2:1-2, 6-14; Mzm 16; Gal 5:1, 13-25
Pendahuluan
Pada minggu ini bacaan kita tentang perjalanan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya yang akan pergi ke Yerusalem sebab saat Yesus dimuliakan dan ditinggikan sudah hamper tiba. Mereka berniat untuk melintasi wilayah Samaria sebab rutenya akan lebih dekat. Namun sikap permusuhan yang selama ini terjadi antara orang Yahudi dan orang Samaria membuat rombongan Tuhan Yesus tidak diperkenankan untuk melewati wilayah itu, sehingga timbul respon dari beberapa murid. Dari nats tersebut kita mempelajari beberapa hal dalam kehidupan ini sebagai berikut.
Pertama: dendam kesumat lama (ayat 51-53)
Suku Samaria sering disebut sebagai Setengah Yahudi sebab mereka merupakan campuran antara orang Yahudi dengan bangsa Assyria. Hal ini berawal ketika kerajaan Assyria mengalahkan kerajaan Israel Utara pada tahun 721 sM dan rajanya menempatkan serdadu-serdadu mereka di Palestina (2Raj 17:24-41). Pergaulan yang terjadi membuat mereka saling kawin dan juga sekaligus merubah kebiasaan termasuk ritual agamanya. Bagi orang Samaria yang sudah tercampur, Yerusalem bukan lagi menjadi pusat ibadah, melainkan mereka lebih menyukai gunung Garizim sebagai tempat pemujaan dan pemberian persembahan kurban-kurban. Maka bagi orang Yahudi, suku ini dipandang tidak murni lagi dan murtad sehingga membenci mereka. Sebaliknya, suku Samaria karena sikap dan perbedaan itu juga tidak menyukai orang Yahudi dan membuat kedua suku ini menjadi bermusuhan.
Orang Yahudi dari Galilea apabila ingin melakukan perjalanan menuju Yerusalem atau wilayah Yudea selatan termasuk dalam melakukan ziarah, sebenarnya bisa langsung melalui wilayah Samaria ini. Oleh karena sikap bermusuhan tadi, maka orang Yahudi biasanya menghindar dan berjalan memutar ke utara terlebih dahulu sehingga jarak yang ditempuh lebih jauh. Akan tetapi Yesus berpikiran berbeda, Ia berusaha mendekatkan diri pada mereka, sebagaimana kisah Yesus beristirahat di tepi sumur dan berdialog dengan perempuan Samaria (Yoh 4:1-26). Oleh sebab itu ketika hendak kembali ke Yerusalem, Yesus mengirimkan utusan untuk menanyakan apakah mereka boleh melewati wilayah tersebut, namun sambutan orang Samaria ini tertutup dan tidak bersahabat.
Pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah tidak ada gunanya membuat permusuhan, sebab buah permusuhan selalu merugikan dan tidak pernah menguntungkan. Sikap bermusuhan ini karena adanya dendam yang bersemayan di hati, padahal dendam itu hanya merupakan beban kepahitan yang merusak diri sendiri. Bermusuhan terhadap orang yang "jahat" sekalipun pasti merugikan, apalagi bermusuhan terhadap orang-orang baik, maka itu akan lebih merugikan lagi. Sikap bermusuhan akan menutup dialog dan interaksi, sekaligus tidak dapat mengembangkan peluang adanya kerjasama atau sinergi. Padahal, sinergi hanya bisa terjadi apabila ada kesatuan dan kesejajaran, sehingga untuk membangun sinergi semua pihak harus mengutamakan sikap terbuka dan kebersamaan dan bukan egoisme. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita tetap rendah hati dan mengasihi musuh yang membenci kita dan dengan demikian maka tujuan kita untuk menyampaikan kabar baik dari Tuhan Yesus akan tercapai.
Kedua: penghakiman dan penghukuman hak Tuhan (ayat 54-56)
Dalam ayat sebelumnya diceritakan bagaimana sikap kita apabila suatu rumah atau kota tidak menerima kita dengan ramah dan baik, maka sebagai pemberita Injil kita diajarkan agar keluar dari kota itu dan mengkebaskan debu dari kaki kita sebagai peringatan terhadap mereka (Luk 9:4-5). Artinya, kita tidak perlu memaksa atau beradu argumentasi akan maksud baik kita dalam mengunjungi mereka. Demikianlah yang terjadi pada rombongan Tuhan Yesus, suku Samaria tidak bersedia memberikan izin kepada mereka untuk melintasi wilayah tersebut dalam tujuan mereka menuju Yerusalem. Penolakan ini membuat reaksi keras pada murid-murid Tuhan Yesus.
Rasul Yohanes dan Yakobus rupanya belum memahami perkataan Tuhan Yesus tersebut, sehingga mereka berdua berpikir lain dan ingin menghukum penduduk Samaria dengan cara menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka. Yohanes dan Yakobus terpengaruh akan perbincangan sebelumnya (ayat 8, 19 dan 30), bahwa Yesus itu sama dengan Elia, sebagaimana Elia pernah melakukannya pada pelayan raja yang jahat (2Raj 1). Yakobus dan Yohanes merasa tersinggung dengan menganggap penolakan itu merupakan penghinaan terhadap Tuhan Yesus. Kedua murid ini merasa sombong dan berpikir seharusnya Tuhan Yesus harus diperlakukan dengan hormat dan tidak perlu melarang mereka melintasi wilayah Samaria tersebut dan ingin langsung menghukum orang Samaria tersebut.
Ini cara berpikir yang salah, yakni kita yang menjadi hakim dan pelaksana hukuman. Semangat dan hasrat yang berkobar-kobar serta kesetiaan pada Kristus tidak perlu menjadikan kita pelaku tindak kekerasan pada orang yang hidup di dalam dendam dan kegelapan. Kita harus mengendalikan roh mana yang menguasai diri kita sehingga tidak terjerembab dalam dosa dan akibatnya tujuan mulia yang kita emban malah tidak akan tercapai. Kita dipanggil bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkan mereka. Firman Tuhan mengatakan biarlah penghakiman dan penghukuman itu menjadi milik dan hak Allah (Rm 12:19; Ibr 10:30; Ul 32:35-36) dan Allah tidak pernah memberi kuasa atau wewenang kepada kita untuk melakukan hal itu.
Ketiga: jangan mencari alasan untuk tidak mengikut Dia (ayat 57-61)
Dengan banyak melakukan kebaikan kasih dan mukjizat, maka semakin banyak orang yang ingin mengikuti Tuhan Yesus, meski dengan motivasi yang beragam. Ada yang terpanggil memang untuk melayani dan siap berkorban meninggalkan segala kehidupan lamanya, namun tidak sedikit yang ingin untuk kepentingan diri sendiri seperti penonjolan diri, kehebatan, keuntungan atau kesombongan. Tuhan Yesus mengetahui motivasi mereka ini, sehingga hal yang diungkapkan oleh-Nya adalah akan kemiskinan-Nya atas harta benda duniawi, dan Ia mengatakan yang sebenarnya kepada seseorang yang ingin mengikut Dia, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Yesus secara tidak langsung mengungkan bahkan orang Samaria juga menolak kehadiran-Nya.
Tetapi kepada orang lain Yesus mengajak agar dia mengikut Dia, orang tersebut bersedia namun dengan syarat, agar ia bisa pulang terlebih dahulu untuk menguburkan ayahnya. Respon Tuhan Yesus cukup keras dengan mengatakan, "Biarlah orang mati menguburkan orang mati." Dalam hal ini kita perlu hati-hati menafsiran ucapan Tuhan Yesus ini. Tafsiran pertama mengatakan tidak jelas persis apakah memang ayah orang ini benar-benar sudah meninggal atau dalam keadaan sakit kritis, sehingga ia hanya berdalih saja. Tafsiran kedua mengatakan bahwa pengertian orang mati dalam hal ini adalah mereka yang mati rohani, yang tidak merasa terpanggil untuk mengikut Dia, maka biarlah orang yang mati rohani juga mengurusnya. Tafsiran lainnya menyebutkan mungkin ayahnya memang sudah meninggal dan ia hanya ingin melakukan tugasnya sebagai anak untuk menguburkannya. Tetapi Yesus bukan berarti mengajarkan agar kita mengabaikan tanggungjawab kepada keluarga, melainkan Ia menyadari sering kali orang melepaskan tanggungjawab melayani dan mengabarkan Injil atau perbuatan kasih hanya dengan alasan keluarga.
Tuhan Yesus menekankan bahwa mereka yang siap mengikut Dia haruslah memiliki respon cepat dalam sikap dan tindakan, tidak ragu-ragu dan memberi alasan-alasan tertentu yang tidak benar dan prinsip. Tuhan Yesus dengan segala kebenaran dan panggilan-Nya haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama dan kita harus bersedia membayar harga untuk itu, termasuk mengorbankan kepentingan keluarga. Yesus mengatakan demikian kepada orang ini sebab Ia tahu bahwa orang ini hanya mencari-cari alasan agar terhindar dari panggilan untuk melayani Dia dan memberitakan kerajaan Allah. Mengikut Yesus berarti menyadari konsekuensi dan harga yang harus kita bayar dan kita harus siap dengan hal itu. Itulah pelajaran ketiga yang diberikan kepada kita.
Keempat: jangan melihat ke belakang (ayat 51 dan 62)
Pada ayat 51 disebutkan Yesus pergi ke Yerusalem, meski Ia tahu akan penderitaan dan kematian yang menantinya. Yesus menatap terus ke depan akan tanggungjawab dari Bapa yang diemban-Nya. Kita seharusnya juga demikian, panggilan Tuhan kepada kita untuk melayani harus kita sikapi dan bersedia membayarnya dengan rasa sakit dan penderitaan, bukan menghindari atau menyurutkannya. Kalau kita menginginkan mahkota maka kita harus siap dengan memikul salib sekaligus. No gain without pain. Kalau kita berhitung untung dan buahnya saja tanpa bersedia membayar dan menanggung resiko, maka akan mudah terjadi penyesalan dan kita kembali melihat ke belakang.
Tuhan Yesus memberi perumpamaan dengan menyebut, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah", maksudnya agar kita selalu menatap ke depan. Seorang yang membajak tanah apabila menoleh ke belakang maka hasil bajakannya pasti akan bengkok-bengkok dan sangat sulit untuk ditanami maksimal. Apabila kita fokus pada arah, maka tidak akan mudah pihak lain untuk menarik kita dari tujuan yang ingin kita capai.
Inilah harga yang diminta oleh Yesus dari kita yakni komitmen total dan bukan setengah hati. Jangan mudah sebentar-sebentar melihat ke belakang dan berpikir mengapa kita mengambil jalan yang sekarang ini. Kita jangan memilih jalan salib yang kita sukai saja, dan menghindar dari jalan susah dan tidak senangi. Kita harus memiliki prinsip sebagaimana Rasul Paulus nyatakan, "berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." Rasul Paulus melupakan yang ada di belakangnya yang dahulu dianggap keuntungan, tetapi sekarang dianggap rugi karena telah mendapatkan Kristus" (Flp 3:7-14).
Kesimpulan
Minggu ini kita diberkati dengan firman Tuhan yang mengajarkan betapa tidak bermanfaatnya permusuhan dan memelihara dendam. Semua itu akan merugikan. Demikian juga dalam sikap kita yang berbeda dengan orang lain, kita tidak diberi hak untuk menghakimi apalagi untuk menghukum, sebab itu adalah hak dan milik Allah. Yang paling utama adalah kita diminta untuk berkomitmen penuh dan total dalam melayani Dia dan jangan melihat ke belakang dalam pengertian seolah-olah terjadi penyesalan. Sebab dengan sikap menerima salib demikianlah kita tahu harga yang harus kita bayar untuk mengikuti Dia sebelum kita menerima mahkota dari-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
Khotbah (2) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
JABATAN DAN PELAYANAN (2Raj. 2:1-14)
“Anakku…, jadilah engkau seperti emas, sebab bila ada pun yang melontarkanmu ke lumpur atau selokan, engkau tetaplah emas” (Abel Kaswol Silalahi)
Hal di atas itu adalah pesan ayah kepada saya sebelum saya berangkat melanjutkan sekolah ke Bandung. Dan saya berusaha tetap memegangnya. Sebab saya sadar, jika itu bekal dasar, maka kita tidak takut lagi menghadapi jalannya kehidupan. Kita akan berusaha terus untuk menjadi berkat emas berharga bagi banyak orang dan sekaligus melayani Tuhan. Memang tidak sempurna, tapi upaya menjadi lebih baik tetaplah dilakukan.
Jabatan dan pelayanan adalah tema firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini, yakni 2Raj. 2:1-14. Kisahnya tentang nabi Elia yang akan terangkat ke sorga, dan penggantinya nabi Elisa telah ditunjuk (ay. 3, 5). Namun ada kekhawatiran nabi Elisa, apakah dia akan mampu seperti Elia? Elia telah membuktikan kuasanya dengan memukulkan jubahnya ke atas air sungai Yordan, dan air itu terbelah sehingga mereka dapat melewatinya. Elisa kemudian meminta khusus, agar Elia mau memberikan dua bagian dari "kuasa" yang dimilikinya (ay. 9).
Elia dengan penuh hikmat berkata: “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi” (ay. 9-10). Elia tahu bahwa kuasa yang dimilikinya berasal dari Tuhan dan hanya DIA yang berhak memberi. Tapi Elia memberi tanda, jika Elisa melihat ia terangkat ke sorga, maka kuasa itu akan ada padanya. Dan puji Tuhan, suksesi pelayanan berjalan baik.
Rasa takut di awal pasti ada ketika hendak memegang jabatan, sebagaimana Elisa ingin ada kepastian memiliki kuasa yang sama dengan Elia. Untuk itu Elisa tetap setia mengikuti Elia kemana pun ia pergi hingga melihat Elia terangkat ke sorga. Dan akhirnya kuasa yang sama diberikan Tuhan kepada Elisa, ia dapat membelah sungai Yordan (ay. 14). Elisa pun dapat merasakan kedahsyatan Allah yang dia sembah dan layani.
Jabatan adalah sesuatu yang dibuat manusia dalam organisasi untuk tempat mengabdi dan melayani. Oleh karena itu, kita senang melihat orang ingin memiliki jabatan. Mungkin agar ia lebih optimal dalam melayani. Tetapi hati kita miris jika melihat suksesi dan pelayanan seperti bergelut jabatan. Ada yang ingin tetap mempertahankan, ada yang membuat jabatan dengan membentuk organisasi baru. Malah ada yang menghalalkan segala cara demi meraih jabatan: sikut kiri kanan, meninggalkan teman, menyebar info bohong, dan sebagainya.
Firman Tuhan minggu ini mengajarkan kita hal penting tentang jabatan dan pelayanan, dengan meneladani Elisa. Pertama, Elisa setia terus mengikuti Elia. Kedua, Elisa terus meningkatkan kemampuan dirinya. Ia semangat ingin belajar dan tidak membiarkan dirinya tanpa persiapan. Ketiga, mendapat dukungan dari kelompoknya, sebagaimana Elisa memperolehnya dari nabi-nabi yang lain (ay. 5-6).
Seperti pesan ayah saya di atas, keberhasilan menjalani kehidupan menjadi emas dibentuk oleh empat faktor: kemauan, kemampuan, karakter, dan kesempatan. Kemauan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik, didasari motivasi yang tulus dan siap melayani sesama dan Tuhan; kemampuan juga terus diasah dan dikembangkan. Karakter sangat menentukan, menjadi orang yang selalu berpikir positif, memiliki integritas satunya kata dan perbuatan, penuh kasih dan pengampunan. Dan terakhir, kesempatan selalu Tuhan yang memberi, dan jalan Tuhan mestinya penuh damai.
Saudaraku, jika saat ini telah memiliki atau rindu akan jabatan, atau tidak memegang jabatan dan rindu melayani, ujilah dan belajarlah dari nabi Elisa. Jangan sampai peran yang dipegang bukan lagi sebagai berkat dan teladan bagi banyak orang. Dan tetaplah percaya, sepanjang motivasi memang baik dan dijalankan penuh kasih, Tuhan akan membuka jalan untuk kita dapat melayani lebih baik, lebih sungguh dan menyenangkan hati-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 22 Juni 2025
Kabar dari Bukit
UPAH DAN KEDAULATAN ALLAH (Yes. 65:1-9)
“Aku akan menakar ke dalam jubah mereka upah untuk perbuatan-perbuatan mereka yang dahulu!” (Yes. 65:7b)
Ada beberapa doktrin utama kekristenan selain percaya kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebut saja misalnya, kekuasaan dan kedaulatan Allah, keselamatan kekal adalah anugerah bukan hasil usaha dan perbuatan baik (Ef. 2:8-9). Kemudian percaya penghakiman akhir zaman yakni setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia (Gal. 6:5; Rm. 14:12). Lalu ada pemberian upah; dan ini memunculkan pertanyaan: bagaimana kata Alkitab tentang penetapan upah?
Firman Tuhan di hari Minggu berbahagia ini adalah Yes. 65:1-9. Judul perikopnya: “Jawab Allah: Hukuman bagi orang berdosa dan keselamatan bagi orang saleh.” Nas ini merupakan jawaban Allah atas doa permohonan Nabi Yesaya di pasal 63-64 sebelumnya. Allah kecewa terhadap ketidaksetiaan bangsa Israel. Banyak pelanggaran dilakukan sebagaimana Yesaya menuliskannya: ibadah yang munafik, kejahatan dan kekerasan, penyembahan berhala (ay. 3-5), kesombongan, dan ketidakadilan sosial (Yes. 1:10-14; 15-17; 2:8-9; 2:11-17; 3:14-15; 5:7-10).
Lalu Allah menegaskan kuasa-Nya, dapat mengambil inisiatif kepada mereka yang tidak mencari-Nya, Ia mau memberi petunjuk dan berkata: "Ini Aku, ini Aku!" (ay. 1). Kepada mereka yang memberontak, Allah bersedia mengulurkan tangan-Nya (ay. 2). Tetapi Allah tidak akan tinggal diam, tetap akan mengadakan pembalasan atas segala kesalahan mereka sendiri, maupun atas kesalahan nenek moyangnya (ay. 6-7). Namun Allah melihat masih ada yang setia, diibaratkan “tandan buah anggur masih terdapat airnya". Mereka ini tidak akan ikut dimusnahkan, malah akan dibangkitkan, sebab di dalamnya masih ada berkat! (ay. 8-9).
Allah Mahaadil dan itulah dasar orang fasik dihukum. Ia memberi perintah agar menjauhi dosa yang hukumannya kematian dan derita berkepanjangan (Rm. 6:23; Why. 20:10,15). Allah juga meminta manusia menghormati dan memuliakan-Nya (Mzm. 29:2; Rm. 15:6), melakukan yang baik dan menjadi berkat (Mzm. 34:14; Rm. 12:9). Maka pilihan ada pada manusia jalan yang akan ditempuh: lebar atau sempit (Mat. 7:13).
Nas minggu ini menjelaskan hukuman, "Tuhan akan menakar ke dalam jubah mereka upah untuk perbuatan-perbuatan mereka yang dahulu!” (ay. 7b). Artinya, ada takaran yang dipakai seturut kesalahannya. Tentunya, dalam menetapkan pembalasan positif (upah) pun, seperti berkat (Ul. 28:2), hadiah (Mzm. 127:3), warisan (Ef. 1:18), dan mahkota (2Tim. 4:8), tentu ada takaran-Nya.
Iman kadang di luar jangkauan pikiran; tidak bertentangan, dan tidak diminta mengabaikannya. Maka jika Allah menetapkan hukuman atas dasar keadilan, maka prinsip keadilan juga berlaku bagi upah. Memang Alkitab tidak menjelaskan bagaimana ukuran dan takarannya, meski kadang takaran yang kita pakai di dunia itulah kelak yang akan dikenakan di sorga (Luk. 6:38).
Dengan takaran, meski diberi pengampunan dan anugerah keselamatan, dosa dan kesalahan manusia tidak begitu saja diabaikan. Kita dapat melihatnya dari katagori dosa kecil/besar (Mat. 12:31-32; 1Yoh. 5:16-18), penyesalan/ pertobatan, dosa temporal dan api penyucian (doktrin Katholik). Namun semuanya diimani mutlak kedaulatan Allah.
Melalui nas ini kita diingingatkan bahwa perbuatan baik dan jahat kepada Tuhan dan sesama, akan berdampak pada upah yang akan kita terima. Untuk itu mari kita berlomba-lomba setia dan saleh, berbuah melakukan yang baik, agar kiranya Tuhan memperhitungkan sebagai "air dalam tandan" yakni belas kasihan kepada kita dan keturunan kita (ay. 8-9). Ada kemauan maka ada jalan, yang tidak sia-sia bagi-Nya (1Kor. 15:58).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025
KEMERDEKAAN KRISTEN (Gal. 5:1, 13-25)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV setelah Pentakosta ini diambil dari Gal. 5:1, 13-25. Nas ini berbicara tentang kemerdekaan Kristen. Nas sebelumnya, pada Minggu III setelah Pentakosta menekankan, dengan Taurat manusia mengenal dosa dan di mana ada Taurat di situ ada dosa. Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Hukum Taurat mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, dan menjadi belenggu yang mengikat. Manusia tidak mungkin bisa menjalankan hukum Taurat yang dibuat menjadi rumit oleh para pemimpin Yahudi.
Tetapi kini orang Kristen adalah orang merdeka. Kita telah dipanggil untuk merdeka tetapi diingatkan, janganlah mempergunakan kemerdekaan itu untuk kesenangan diri sendiri. Kebebasan dari ritual-ritual keagamaan Yahudi jangan dipakai untuk kesenangan pribadi. Justru kebebasan itu harus dipakai untuk membangun iman sesama, melayani seorang akan yang lain dengan kasih. Seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (ayat 13-14, Rm. 13:9). Artinya, kita dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya hidup dalam kasih dan mempraktikkan kasih dengan melayani kepada sesama. Inilah kebenarannya, dan kebenaran yang memerdekakan orang percaya (Yoh. 8:32, 36).
Mungkin itu tidak mudah. Tetapi nas pada Minggu IV setelah Pentakosta ini memberikan arahan jelas, yakni "hiduplah oleh Roh." Dengan hidup yang dipimpin Roh Kudus, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging, sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan (ayat 16-17). Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (ayat 25). Apakah bisa? Bisa, kalau kita katakan bisa. Tidak bisa, jika kita katakan tidak bisa. Jadi semua kembali kepada diri kita masing-masing.
Mereka yang hidup dalam daging berarti masih mengikuti hawa nafsu, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, penyembahan berhala (dunia), perseteruan, perselisihan, kedengkian, kemabukan dan sejenisnya (ayat 19-21a). Maka mereka yang masih melakukannya, tidak layak mengklaim telah mendapat anugerah keselamatan dan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (ayat 21b).
Hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh, tentu akan berbuah baik. Ayat 22 dan 23 menuliskan buah-buah Roh, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Buah Roh tersebut tampak, ada yang bersifat ke dalam diri kita, bersifat ke luar berupa pelayanan, dan ada yang bersifat kontrol. Jadi untuk mengukur diri kita apakah sudah merdeka dalam kebenaran Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus, mari kita periksa kesembilan buah itu dalam diri kita, dan teruslah berusaha diperbarui, semakin hari semakin lebih baik. Itu tuntutan Kristiani. Tidak ada yang sempurna, tetapi kita terus menuju kesempurnaan.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025
Khotbah Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025
MENGALAHKAN SETAN LEGION (Luk 8:26-39)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: 1Raj. 19:1-4, (5-7), 8-15a dan Mzm. 42 dan 43; Gal. 3:23-29; Yes. 65:1-9 and Mzm. 22:19-28
Pendahuluan
Pada minggu V setelah Pentakosta ini kita diberikan bacaan tentang pemahaman akan setan yang dalam nats ini disebut dengan Legion. Kisah ini juga dituliskan dalam Mat 8:28-34 dengan versi sedikit berbeda, yakni adanya dua orang yang dirasuki setan. Kita sangat penting mengetahui siapa itu setan sekaligus iblis sebab mereka adalah musuh utama orang percaya. Meskipun mereka tidak terlihat kasat mata, mereka memiliki kepribadian dan kuasa yang dapat mengalahkan kita manusia. Dalam nats ini, diceritakan mereka menguasai atau merasuki seorang laki-laki dan memberi dampak buruk bagi orang itu. Dari nats tersebut kita memperoleh pemahaman dan pengajaran sebagai berikut.
Pertama: setan dan Legion itu roh jahat (ayat 26-30)
Setan atau setan-setan dalam kamus Alkitab yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) didefinisikan sebagai kuasa jahat yang dapat merasuki orang sehingga orang itu menjadi sakit. Setan-setan adalah makhluk roh. Sementara roh-roh jahat adalah kuasa yang menguasai, memasuki, dan mempengaruhi seseorang sehingga ia melakukan dosa atau sakit. Sementara iblis (kadang disebut dengan Beelzebul) adalah kepala setan-setan adalah si (kuasa) jahat yang melawan Allah serta rencana keselamatan-Nya.
Dalam nats ini setan memperkenalkan diri sebagai Legion yang berasal dari pengertian ribuan pasukan (Romawi). Memang pada dasarnya setan-setan itu merupakan laskar malaikat yang jatuh dan tidak taat pada Allah, dengan maksud dapat menguasai manusia agar tunduk kepadanya. Setan-setan bergabung dengan iblis untuk menipu dan meyesatkan manusia. Setan-setan adalah makhluk roh yang memiliki akal dan kepribadian. Mereka memiliki kuasa yang kuat untuk menghancurkan manusia. Dalam bacaan nats ini digambarkan bagaimana orang itu telah diikat dengan rantai dan dibelenggu, namaun mereka mampu melepaskannya. Sebagai bagian dari kerajaan Iblis dan musuh Allah dan manusia, mereka itu sangat jahat dan kejam (Mat 12:43-45).
Alkitab banyak memperlihatkan manusia yang menderita karena pengaruh Iblis. Ada berbagai wujud dan ekspresi orang yang dibelenggu setan, demikian juga atas hewan-hewan. Kita bisa melihat hal itu pada acara-acara alam gaib di televisi atau acara-acara adat tradisional yang masih dipenuhi sinkritisme. Tetapi umumnya setan-setan tinggal di dalam tubuh orang yang tidak percaya (band. Mrk 5:15; Kis 16:18). Mereka kadang berbicara dengan suara orang lain, bertindak laku aneh-aneh dan ada yang sakit tanpa kejelasan medis, seperti dikisahkan dalam nats minggu ini (band. Mat 9:32-33; 12:22; Mrk 9:20-22; Luk 13:11). Semua itu terjadi sebab ada setan atau roh jahat yang tinggal di dalam diri mereka, meski tidak semua penyakit datang dari roh jahat (Mat 4:24; Luk 5:12-13). Oleh karena itu, penting bagi kita menyadari bahwa kita tidak berperang melawan darah dan daging, tetapi melawan roh dan kuasa kejahatan (Ef 6:12).
Kedua: mengalahkan dan membelenggu setan (ayat 31-34)
Beberapa contoh dalam Alkitab memberitahu kita bagaimana setan menggoda manusia, tetapi kita tidak tahu bagaimana persisnya seseorang itu bisa kerasukan setan. Kerasukan setan berarti roh manusia itu total dikuasai terus menerus oleh setan yang memang rohnya lebih kuat. Terus menerus berarti roh seseorang itu tidak lagi berfungsi sama sekali. Setan dan iblis juga sangat tahu bahwa dengan mereka diam merasuki di dalam kepribadian seseorang, maka itu cara yang efektip untuk memperluas kuasanya. Dengan jalan itu setan-setan dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan orang tersebut agar tidak menuruti pimpinan Roh Kudus (2Kor 11:3,14).
Iblis sebagai penghulu para setan ingin menguasai pikiran dan tindakan manusia memiliki organisasi yang besar dan efektip dalam tujuannya untuk menghancurkan rencana Allah (Yoh 7:7; 15:18; Yak 4:4). Mereka telah bekerja sejak awal manusia pertama Adam yang jatuh ke dalam dosa. Sebagaimana disebutkan, dalam alam semesta ini hanya ada tiga roh, yakni roh manusia, roh jahat (iblis dan setan), dan Roh Kudus. Roh manusia memiliki kelemahan sebab manusia memiliki daging dan egoisme berkehendak. Meski roh manusia itu kuat, tetapi daging itu lemah dan itu yang menjadi sasaran iblis. Oleh karena itu dapat disebutkan roh jahat (iblis dan setan) itu lebih kuat, sebab mereka tidak memiliki daging. Satu-satunya cara untuk mengalahkan roh jahat hanyalah meminta pertolongan Roh Kudus, sebab Roh Kudus yang Mahakuasa, meski ada cara-cara yang diusahakan manusia dengan menghilangkan keinginan daging dan kehendak melalui tapa atau sejenisnya.
Allah tidak menghendaki manusia kalah oleh roh jahat itu. Yesus datang untuk menyelamatkan kita agar tidak dikuasai oleh roh-roh jahat dan kedagingan. Kita harus memilih tunduk pada setan, iblis, kedagingan atau tunduk pada Allah. Pada saat kita sadar dan berjuang melawan pengaruh roh jahat itu bersama dengan Roh Kudus, maka setan akan lari dari kita (Yak 4:7). Ketika kita lemah maka kita kalah dan dikuasainya. Saat sadar, kita dapat memohon kepada Roh Kudus agar kita menjadi menang kembali. Tetapi ketika kita terus menerus lemah dalam iman dan pikiran sadar, maka setan dan iblis dapat merasuki hingga kemudian kita tampak seperti orang tidak waras atau sakit yang berkepanjangan dengan tidak jelas medisnya.
Maka satu-satunya cara mengalahkan setan dan iblis hanyalah dengan memiliki hubungan yang erat dengan Roh Kudus. Orang yang imannya kuat akan didiami oleh Roh Kudus dan orang ini tidak akan mungkin kerasukan setan, sebab Roh Kudus dan setan-setan tidak dapat tinggal bersama-sama dalam diri seseorang (2Kor 6:15-16). Sebagaimana digambarkan dalam nats minggu ini, ketika setan atau Legion bertemu Allah maka mereka selalu ketakutan dan memohon agar tidak langsung dikirim disiksa di neraka. Neraka adalah tempat siksaan yang telah dipersiapkan Tuhan Yesus bagi Iblis dan setan-setan (Mat 8:29;25:41; band. Why 20:10). Oleh karena itu, setan takut dan tunduk pada Tuhan Yesus dan Roh Kudus. Tetapi orang yang dirasuki setan tentu tidak mempunyai kemampuan lagi untuk memohon kepada Allah. Mereka telah hilang kesadarannya. Namun belas kasihan Yesus kepada orang yang dirasuk Legion tersebut membuat Ia memerintahkan setan itu keluar dari orang itu, dan memindahkan ke babi-babi yang sedang mencari makan di daerah itu. Sebagaimana kita ketahui, wilayah Gerasa ini banyak dihuni oleh orang bukan Yahudi karena itu banyak peternakan babi.
Ketiga: lebih berharga jiwa atau harta? (ayat 35-37)
Melihat kejadian itu, penduduk Gerasa lantas keluar melihat apa yang telah terjadi dan kemudian mereka sangat ketakutan. Bagaimana mungkin orang yang kerasukan itu telah sehat kembali dan mereka melihat babi-babi mereka akhirnya harus jatuh ke jurang karena setan telah merasuki hewan-hewan itu. Di satu sisi mungkin mereka senang orang itu sembuh ditinggalkan setan-setan, duduk di kaki Yesus dan telah berpakaian, tetapi di sisi lain mereka kehilangan babi- babi mereka sehingga mengalami kerugian besar. Sikap mereka menjadi mendua.
Seringkali Alkitab menceritakan bahwa peristiwa atau kejadian atas seseorang adakalanya dimaksudkan juga untuk kepentingan menyadarkan orang lain. Contoh ini dapat kita lihat pada kisah anak yang lahir buta (Yoh 9:1-3). Dalam cerita di nats ini juga Yesus melakukan penyembuhan orang yang kerasukan tersebut sekaligus menguji iman para penduduk. Ternyata mereka tidak suka melihat Yesus karena dianggap tidak memperdulikan dan mengorbankan harta benda mereka. Sukacita akan kesembuhan dan gangguan dari orang yang kerasukan setan itu menjadi hilang, karena mereka lebih memikirkan harta benda mereka yang hilang. Hitung-hitungan ekonomi seperti itu jelas tidak berkenan bagi Tuhan.
Yesus memiliki belas kasihan dan tidak akan membiarkan orang dalam kondisi dirasuk setan. Bagi Tuhan Yesus satu jiwa lebih berharga dari pada harta benda. Kiasan ini diungkapkan dalam mencari domba yang hilang dan meninggalkan 99 domba lainnya. Setan sangat pintar membuat berhala baru bagi mereka yang tidak percaya. Kuasa berhala itu dapat berupa kuasa akan harta benda dan lebih mengutamakan dan menyembahnya. Inilah yang terjadi pada penduduk Gerasa itu, mereka ketakutan bahwa Yesus akan mengorbankan banyak hewan piaraan mereka, oleh karena itu mereka mereka meminta Dia pergi. Bagaimana dengan sikap kita? Apakah kita mengutamakan harta kita dan membuatnya menjadi berhala?
Keempat: menceritakan kekalahan setan (ayat 38-39)
Salah satu tujuan kedatangan Yesus ke dunia ini adalah untuk membuktikan bahwa Iblis dapat dikalahkan dan Ia siap menuntun yang percaya kepada-Nya untuk membebaskan mereka yang diperbudak oleh iblis (Mat 12:29 -30: Mrk 1:27; 3:20-30; Luk 4:18; 11:14-23). Dalam mukjizat yang diperlihatkan, Yesus seringkali langsung menyerang kuasa iblis dan setan-setan. Kadang istilah yang dipakai adalah mengikat dan mengusir mereka, agar tidak mengganggu dan menyusahkan manusia. Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa kerajaan dan kuasa Allah jauh lebih dahsyat dari pada kuasa yang dimiliki oleh iblis dan setan-setan. Dengan mengetahui hal tersebut, maka manusia tidak tunduk lagi pada kuasa iblis dan setan, melainkan mempercayai kuasa kerajaan Allah yang membawa kepada pemulihan dan sukacita.
Yesus menginginkan agar semakin banyak orang dibebaskan dari kuasa setan. Sebagaimana laki-laki tersebut, dari kebiasaan tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah melainkan di pekuburan, kini ia memiliki kesadaran dan tanggungjawab akan dirinya dan ingin mengikut Yesus. Tuhan Yesus telah mengubahnya secara total dan menjadikan ia manusia baru dan ingin berbuat sesuatu bagi Dia. Tetapi sebagai penduduk Gerasa, sebagai penduduk bukan Yahudi, Yesus pada saat itu tidak menyetujui agar ia mengikuti-Nya melainkan meminta ia pergi dan memberitakan peristiwa itu kepada orang lain (yang bukan Yahudi).
Yesus kadang kala tidak menginginkan perbuatan-Nya disebarkan untuk diketahui oleh orang lain, tetapi khusus dalam peristiwa ini, Yesus mengatakan secara khusus: "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Maka kita dapat menarik pelajaran bahwa perbuatan kasih-Nya kadang kala tidak perlu diutarakan secara spesifik melainkan dalam buah tindakan kita saja, tetapi ada kalanya perbuatan kasih-Nya berupa mukjizat kita perlu menceritakan detailnya sebagaimana Ia perintahkan kepada orang tersebut. Semua orang yang telah menerima kasih dan anugerah-Nya, wajib menjadi saksi bagi-Nya agar semakin banyak orang yang dibebaskan dari kuasa si jahat. Sebagaimana orang itu dalam nats ini, ia pun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya. Demikianlah juga kita adanya.
Kesimpulan
Melalui nats bacaan kita minggu ini kita diberikan pelajaran akan kuasa Tuhan Yesus terhadap setan-setan yang ingin menghancurkan rencana Allah bagi manusia. Kita perlu waspada akan kuasa setan yang begitu kuat sementara kita manusia memiliki titik lemah yang membuat setan mudah memperdayakan kita. Apabila titik lemah itu mencapai nadirnya, maka kita akan dirasuki oleh setan si jahat itu. Tetapi dengan pertolongan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, kerajaan setan dan iblis dapat ditaklukkan. Bagi mereka yang sudah kehilangan kesadaran, apakah itu melalui kerasukan atau sakit, maka tugas kita untuk memohon agar kiranya Yesus mau mengasihinya dan membebaskan dia dari kuasa yang jahat, sebagaimana laki-laki yang digambarkan dalam kisah minggu ini. Marilah kita berbuat dan bersaksi atas perbuatan-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025Khotbah Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025 HARGA...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025Khotbah (2) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025 JABATAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025 KEMERDEKAAN...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 31 guests and no members online