2025
2025
Khotbah Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025
Khotbah Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025
YERUSALEM, ENGKAU YANG MEMBUNUH NABI-NABI (Luk 13:31-35)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 15:1-12, 17-18; Mzm 27; Flp 3:17-4:1
Pendahuluan
Pada minggu kedua pra-paskah ini perjalanan Tuhan Yesus menuju Yerusalem semakin mendekat. Semenjak Tuhan Yesus menubuatkan bahwa Ia akan dibunuh dan mati namun akan bangkit pada hari ketiga tampaknya tidak ada lagi kekuatiran dalam diri Yesus akan apa yang terjadi pada-Nya dalam menggenapi nubuatan tersebut. Dalam nats ini juga Yesus menubuatkan bahwa Ia akan mati di Yerusalem. Yesus percaya bahwa jalan itu harus Ia tempuh, meski Ia tahu bahwa jalan itu tidak mudah sebab akan penuh dengan penderitaan.
Bagaimana persis detail jalan penderitaan itu mungkin Yesus belum mengetahuinya. Akan tetapi suatu kali Yesus sempat "mengeluhkan" beratnya jalan itu sehingga berdoa kepada Bapa-Nya: Jikalau Engkau mau, Ambillah cawan ini dari pada-Ku (Luk 22:42).
Pertama: Jangan menyamaratakan (ayat 31)
Dalam nats ini diceritakan beberapa orang Farisi mengingatkan Yesus agar pergi meninggalkan daerah (Galilea) itu karena Herodes bermaksud akan membunuhnya. Ia tidak disukai Herodes karena dianggap membuat keonaran dan permusuhan khususnya dengan para imam dan orang Farisi lainnya. Hal menarik yang mengingatkan Yesus adalah beberapa orang Farisi yang kita ketahui secara umum mereka tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Meski ada kemungkinan pemikiran bahwa beberapa orang Farisi ini meminta Yesus pergi agar mereka tidak pusing, tetapi kita lebih menafsirkannya sebagai rasa kesetujuan mereka terhadap Tuhan Yesus atas langkah-langkah pemberitaan-Nya tentang pertobatan dan kerajaan sorga yang sudah dekat. Kisah ini sama kejadiannya dengan Nikodemus yang datang bertanya diam-diam kepada Yesus tentang lahir baru, yang memperlihatkan simpatinya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:1-dab).
Pelajaran yang dapat kita tarik dari peristiwa ini adalah jangan kita mudah menyamaratakan segala hal dan menarik kesimpulan yang salah. Kalau selama ini kita ketahui betapa jahatnya kaum Farisi dan para Imam kepada Yesus, tetapi fakta-fakta cerita di atas memperlihatkan adanya beberapa orang atau sekelompok orang yang sebenarnya mendukung atau bersimpati terhadap Yesus. Menyamaratakan berarti berpotensi berbuat kesalahan dan dosa. Kira tidak mungkin mengatakan semua pegawai negeri atau pejabat itu koruptor, sebab banyak yang tidak melakukannya. Hal inilah yang harus kita hindari dalam pergaulan dengan lingkungan dan masyarakat. Kita tidak boleh membuat stereotype penghakiman bagi seseorang atas sifat-sifat sekelompok orang atau suku, terlebih hal itu menyangkut sifat-sifat yang kurang baik. Bahkan kita harus mencari pola yang umum dari kebaikan suatu kelompok atau suku sehingga menimbulkan simpati dan damai sejahtera dalam pergaulan, yang secara otomatis kita menjadi garam dan terang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa manusia itu pada dasarnya baik, meski ia memiliki kecendrungan berbuat dosa. Namun kecendrungan “jahat” tersebut bisa dikalahkan dengan kebaikan dan pendekatan sehingga hasilnya tetap kebaikan. Menilai buku dari cover adalah sebuah kesalahan. Menilai rasa makanan dari bungkusnya jelas bisa fatal. Maka dengan itu kita diminta untuk lebih berhati-hati dalam membuat kesimpulan penilaian terhadap seseorang berdasarkan pendekatan stereotype tersebut. Untuk menghindarinya hanya bisa dilakukan dengan hikmat yakni membersihkan pikiran kita dari prasangka-prasangka, dan terus berusaha menarik kesimpulan dari pembuktian yang kuat dan sah.
Kedua: Ancaman dan sikap yang teguh (ayat 32-33)
Perjuangan selalu membutuhkan keberanian. Tuhan Yesus menyadari perjuangan-Nya bukanlah jalan yang mudah melainkan via dolorosa, jalan penderitaan. Oleh karena itu informasi dan saran yang diberikan oleh orang Farisi tersebut ditanggapi-Nya dengan sikap yang konsisten atas jalan itu. Ancaman pembunuhan atau pengusiran tidak digubris-Nya. Sikap Yesus tersebut juga berdasar karena mengetahui tidak mungkin Ia terbunuh di Galilea, melainkan harus di Yerusalem sebagaimana disebutkan dalam ayat 35. Oleh karena itu Ia tidak takut.
Ia juga tidak mengambil jalan kompromi dengan berusaha menyenangkan hati Herodes. Ia mengambil sikap tegas. Yesus mengetahui cara berfikir Herodes yang lebih kepada safety player - bermain aman - tidak mau mengambil resiko. Herodes juga berpikiran bahwa mungkin saja Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit (band. Luk 9:7). Oleh karena itu Yesus menjawab orang Farisi tersebut dengan menyebut Herodes adalah serigala. Binatang serigala adalah gambaran kelicikan dan kepengecutan. Yesus tidak perlu memenuhi ancamannya. Sebab bisa saja informasi itu sengaja disebarkan Herodes dengan tujuan agar Yesus menyingkir dari wilayahnya. Membunuh Yesus secara langsung juga tidak mudah bagi Herodes karena akan menimbulkan kericuhan.
Hikmat yang bisa kita tarik dari nats ini adalah bahwa dalam memperjuangkan sesuatu, tantangan dan ancaman selalu ada. Ancaman tersebut bahkan dapat menyangkut nyawa kehidupan. Akan tetapi, Yesus tidak takut. Abraham tidak takut karena memegang janji Allah (Kej 15:1-12). Hal yang membuat Yesus tidak takut adalah karena Ia sudah mengetahui akhirnya. Ia tidak kuatir karena arahnya sudah jelas. Ini bisa diibaratkan dengan nasehat Stephen Covey dalam bukunya yang terkenal tentang Seven Habit, begin from the end. Kalau kita sudah tahu ujung kepastiannya maka kita biasanya lebih kuat dan semangat dan tidak takut. Hal demikian juga bagi seseorang yang menderita sakit parah, dengan iman yang kuat kepada Yesus, orang tersebut tidak akan takut lagi pada kematian, sebab ia sudah mengetahui bahwa ia akan menuju sorga kekekalan bersama Yesus. Oleh karena itu, usahakanlah mengetahui konsekuensi akhir jalan atau perbuatan kita, maka kita lebih dikuatkan dan akan teguh konsisten menuju tujuan kita. Sebagaimana Yesus memperlihatkan sikapnya, Ia tidak mau pergi dan tetap menyelesaikan tugas-Nya.
Ketiga: Penyesalan yang menyedihkan (ayat 34)
Tuhan Yesus selama hidup dan pelayanan-Nya sudah beberapa kali mengunjungi Yerusalem. Sebagai orang Yahudi, Yesus selalu merindukan Yerusalem dan melihat kota itu sebagai lambang kota suci dan Bait Allah ada disana. Ia juga mengetahui dari sejarah bahwa nabi-nabi besar zaman perjanjian lama banyak dibunuh di Yerusalem. Namun Yesus tidak menghindari bahwa Allah Bapa telah memintanya untuk ke Yerusalem menuntaskan pelayanan-Nya. Oleh karena itu Yesus meratap menangisi kota tersebut dengan rasa sedih yang dalam. Mengapa sejarah buruk mesti berulang? Mengapa tempat yang kita sayangi dan kasihi itu kembali dikotori oleh perbuatan jahat dengan mengorbankan para nabi dan diri-Nya sendiri?
Kita jadi ingat beberapa peristiwa di zaman sekarang terjadinya pertikaian massal karena sekelompok orang mencemari tempat suci, apakah itu gereja, kuil, kelenteng, mesjid dan lainnya. Bahkan kejadian menamai restoran dengan tokoh Buddha tentu sangat disesalkan. Itulah sifat-sifat yang perlu kita hilangkan dalam bermasyarakat. Kita harus saling menghormati dan tidak melecehkan pihak lain. Semua Tuhan keragaman berikan demi keunikan dari persaudaraan. Keberhasilan dalam mempertahankan damai dan sukacita bersama itu yang diminta dari kita sekalian.
Tuhan Yesus sangat memberikan kasih-Nya kepada bangsa Israel. Tapi umat Israel tidak menerima-Nya. Ada pepatah Batak yang mengatakan: Hancit tangan mulak manedek, humacittan dope tangan mulak mangalean. Artinya, kurang lebih, menyakitkan hati apabila tangan meminta kembali hampa, tetapi lebih menyakitkan lagi kalau tangan kembali karena pemberian ditolak. Inilah yang dialami Yesus sehingga ratapan-Nya demikian menyedihkan. Bahkan Yesus menyatakan telah berkali-kali Ia rindu untuk mengumpulkan anak-anakNya, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi tidak mau (ayat 34). Kasih Yesus kepada Yerusalem hanyalah melambangkan kasih-Nya kepada Israel. Ratapan Yesus adalah ratapan buat umat Yahudi. Sayangnya, hanya sedikit yang dapat diselamatkan. Inilah pesan yang diberikan melalui ayat ini yang sejalan dengan bacaan lain yakni Flp 3:17-4:1, bagaimana kita bisa terus mengikuti keteladanan Yesus dalam perbuatan kasih.
Keempat: Hukuman bagi Yerusalem (ayat 35)
Kasih yang diberikan Tuhan kepada umat Israel tidak secara otomatis menghilangkan Maha Adilnya Allah, sehingga segala hal yang tidak berkenan kepada Allah akan dikenai hukuman. Ayat 35 jelas merupakan hukuman yang diberikan bagi Yerusalem atas semua yang terjadi di kota tersebut. Tuhan Yesus berkata: "Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi."
Dan itulah memang yang terjadi. Hanya sekitar 40 tahun setelah ucapan Tuhan Yesus tersebut, pada tahun 70M kota Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh Kaisar Titus dan Nero serta dilanjutkan dengan pengusiran umat Yahudi dari kota tersebut pada tahun 135 M oleh Kaisar Hadrian. Kota Yerusalem akhirnya diluluh-lantakkan beserta seluruh keberadaan umat Yahudi di tanah kecintaan mereka.
Namun Tuhan Yesus mengutip Mzm 118:26 dalam nats ini: "Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" Apa yang dimaksudkan-Nya adalah bahwa Ia adalah Mesias dan akan kembali ke Yerusalem dengan penuh berkat kemuliaan, dan Yerusalem menjadi Yerusalem baru dengan semua orang menyambut kedatangan-Nya.
Allah kita adalah Allah yang Maha Perkasa yang kerajaan-Nya tidak tergoyahkan. Sebagaimana Mazmur 27 yang juga bacaan kita minggu ini mengatakan: Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! (27:13-14)
Penutup
Firman Tuhan Minggu ini menyampaikan beberapa pesan penting, agar kita tidak menyamaratakan seseorang dengan anggapan umum atau berpikir stereotype yang dapat membuat kesalahan dan berakibat dosa. Kita juga diingatkan bahwa dalam memperjuangkan sesuatu ancaman selalu ada dan untuk itu kita diminta untuk tetap teguh dengan langkah yang sudah diambil. Mengetahui akhir dari perjuangan berikut konsekuensinya merupakan alat yang ampuh untuk memegang konsistensi tersebut.
Meski keinginan kita berbuat kasih namun tidak selamanya itu ditanggapi atau diterima dengan baik. Hati kita mungkin menjadi sedih. Meratap. Namun kesabaran Allah terhadap Yerusalem sebagai lambang umat Israel tetap menerima kemahaadilan Allah sehingga Yerusalem (umat Israel) dihukum, sampai tiba nanti Tuhan Yesus datang dengan berkat kemuliaan-Nya. Itulah pengharapan Kristiani kita.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025
KHOTBAH (2) MINGGU II PRAPASKAH 16 Maret 2025
TERANG DAN KESELAMATAN (Mzm. 27)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II Pra-Paskah ini diambil dari Mzm 27. Mazmur ini merupakan mazmur Daud ketika berada di pembuangan dengan kesusahan yang dihadapinya. Tetapi Daud meluapkan hatinya dengan keyakinan bahwa ia tetap aman dalam perlindungan Allah, yang dibuat oleh Lembaga Alkitab Indonesia sebagai judul pasal 27 ini.
Ayat 7 dan 13 sering dipakai umat Yahudi sebagai doa dalam ibadah mereka: "Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! ....Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!"
Kesusahan lumrah datang dalam kehidupan. Penyebabnya bahkan kadang-kadang tidak kita ketahui; bisa jadi itu semata-mata ulah orang lain. Kita merasa sebagai korban, sebagaimana Daud yang difitnah oleh lawan dan musuh-musuhnya. Tetapi Daud memiliki keyakinan bahwa Tuhan adalah terang dan keselamatannya, benteng hidupnya, sehingga ia tidak perlu merasa takut dan gemetar. Pada saat ia merasa tiada lagi perlindungan dan tempat yang aman, tidak berdaya, ia tetap menaruh percaya kepada Tuhannya. Pertolongan manusia terbatas, namun kuasa Tuhan sungguh tidak terbatas.
Keyakinan seperti itu tentu didasarkan pada perilaku yang selalu berusaha hidup di dalam kebenaran. Ia hidup dalam terang firman Tuhan. Tiada kegelapan. Ia merindukan diam di rumah TUHAN seumur hidupnya, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya (ayat 4, band. Mzm. 23). Ini melambangkan iman akan kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam setiap detik dan denyut langkah hidupnya. Ada perlindungan, ada keselamatan. Ini juga yang disebutnya sebagai "tempat persembunyian di dalam kemah-Nya" (ayat 5). Haleluya.
Daud bukan tidak pernah salah. Ia tidak bebas dari perbuatan kegelapan dosa. Kadang hasrat kedagingannya mengalahkan kekuatan rohnya dan Roh Allah. Tetapi, ketika kita sudah memiliki keyakinan bahwa hidup kita milik-Nya dan Ia adalah Bapa serta kita anak-anak-Nya, pintu permohonan pengampunan selalu terbuka. Kasih Bapa melebihi segalanya. Ia akan menegakkan kita, seperti buluh yang patah terkulai akan ditegakkan-Nya kembali (Yes. 42:3).
Jangan berhenti mencari wajah-Nya. Perasaan puas mengenal Allah bukanlah sikap yang diminta dari kita (ayat 8). Terus belajar dari firman-Nya dan membuat hidup kita semakin berkenan bagi-Nya (ayat 9).
Selalu ada rencana Tuhan yang indah dan tersembunyi bagi kita; rencana Tuhan untuk membentuk dan memakai hidup kita secara besar dan bahkan lebih dahsyat lagi. Padang gurun tantangan sesuai talenta perlu dirancang dan dilewati bersama-Nya dengan tekad kemenangan. Tetapi, jangan menguji Tuhan (ayat 11-12). Kita harus tetap di dalam kerendahan hati. Tetap bertekun dalam karya dan doa, seperti yang dikatakan Daud di ayat penutup: "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" Hosiana....
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 9 Maret 2025
Kabar dari Bukit
LAIN DI MULUT LAIN DI HATI (Rm. 10:8-15)
"Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm. 10:10)
Rano Karno yang saat ini sebagai Wakil Gubernur Jakarta, pernah membawakan lagu yang sangat populer berjudul "Lain di Bibir Lain di hati". Lagu ini juga dibawakan banyak penyanyi lain. Liriknya bernada sakit hati dan mengekpresikan rasa benci terhadap kekasih, yang tega membagi cinta, pandai bersandiwara, lain dibibir dan lain pula di hati.
Firman Tuhan hari Minggu ini Rm. 10:8-15 berbicara tentang hubungan erat dan berkaitan antara firman, iman dan pengakuan. Paulus mengutip hal yang disampaikan Nabi Musa kepada umat Israel, yakni “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu” (ay. 8; Ul. 30). Artinya, firman perintah Allah itu telah diberikan melalui Musa dan juga Yesus membuat sangat dekat, menyatu dengan diri kita sehingga kita dengan mudah menerima dan memahaminya. Tidak ada alasan untuk mengabaikannya, yang tentunya memiliki konsekuensi kita kehilangan arah dan masuk terjerumus ke dalam kematian kekal dan penghakiman.
Iman berarti percaya dalam hati bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Paulus menjelaskan iman ini yang membawa kepada keselamatan (ay. 11-12). Dalam hal ini tidak ada perbedaan bagi Yahudi dan yang lain, "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan" (ay. 13).
Namun juga diingatkan bahwa iman yang sudah dekat di hati tersebut, tidak cukup hanya dengan pengucapan dalam ibadah melalui Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari; mewujudnyatakan firman dalam kehidupan sehari-hari yang membuat hidup kita sesuai dengan kehendak Allah. Pengakuan juga perlu diberitakan, disebarluaskan agar orang lain juga menerima dan pengakuan iman tersebut menghasilkan buah. Nas minggu ini memberi alasan yang kuat, "Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? (ay. 14-15).
Dengan dasar yang sama kitab Yakobus menuliskan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin" (Yak. 1:22-23). Bahkan kemudian ditegaskan, "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yak. 2:26).
Kita boleh saja tidak peduli atas keselamatan orang lain; berpikir yang penting saya selamat. Namun semua itu memperlihatkan bahwa sebenarnya kita tidak mengenal Allah yang Firman hidup. Ini menunjukkan kita tidak dekat dan memahami dasar kita diselamatkan oleh anugerah. Seperti ayat pembuka di atas, "dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (ay. 10). Janganlah lain di mulut lain pula di hati. Resikonya, tidak akan ada upah dan damai sejahtera sejati. Dan kita bisa terkaget-kaget kelak di masa penghakiman, Tuhan berkata: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat. 7:23). "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat. 13:9).
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025
KHOTBAH (3) MINGGU II PRAPASKAH 16 Maret 2025
KEKUATAN PERCAYA (Kej. 15:1-12, 17-18)
“Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kej. 15:6)
Semua berharap anak dan cucu kita lebih maju dan diberkati. Bila diri kita sekolah S1, kita pun berharap anak-anak bisa S2 atau S3. Jika kita bekerja sebagai staf, wajar berharap anak-anak mencapai manajer bahkan direktur. Jika kita tinggal di perumahan sempit, maka kita berharap anak cucu kita bisa tinggal di perumahan yang nyaman. Itu wajar. Tapi yang terpenting, tentunya, anak cucu kita tetap menjadi pribadi/keluarga yang mandiri, dalam iman teguh kepada Kristus, dan menjadi berkat bagi orang lain.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Kej. 15:1-12, 17-18. Judul perikopnya: Perjanjian Allah dengan Abraham; janji tentang keturunannya. Bagian awal menceritakan tentang kesedihan Abraham bahwa ia tidak memiliki keturunan (ayat 1-4). Kita tahu istrinya Sara mandul. Lalu TUHAN membawa Abraham ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Abraham pun percaya dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran (ayat 5-6).
Adakah janji Tuhan yang saat ini kita pegang teguh? Sudahkah kita merasa bahwa Tuhan telah memberikan janji-janji-Nya kepada kita dengan mengikut Tuhan Yesus? Bila kita belum merasakan ada janji itu, maka sebaiknya kita membaca Alkitab lebih rajin. Mulai saja dari PB dan terus ke Mazmur, dan bila suka, teruskan ke PL. Alkitab adalah Buku Janji. Bacalah, dan ketahuilah, itulah janji Tuhan kepada kita anak-anak-Nya.
Kunci kedua, berusahalah agar janji itu melekat bersemayam dan menguasai hati akal pikiran kita. Isi Alkitab jangan dilihat sekedar pengetahuan. Untuk itulah Abraham patut kita teladani. “Percayalah Abram kepada Tuhan dan Tuhan melihat itu sebagai kebenaran.” Disini kita melihat KEKUATAN PERCAYA. Abraham bahkan meminta tanda atau jaminan (ay. 8). Ia telah melihat manusia memiliki kemampuan yang terbatas, tetapi Allah memiliki kuasa yang tidak terbatas. Allah pun memberikan peneguhan atas janji-Nya (ayat 9-10, 17).
Buah percaya Abraham dijelaskan dalam Alkitab PB di tiga bagian, yakni Rm.4:3; Gal. 3:6 dan Yak. 2:23. Kitab Roma menjelaskan dengan penerimaan Abraham, maka Allah menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Kitab Galatia menjelaskan, dengan kita mengikuti Abraham maka kita juga menjadi anak-anak Abraham, karena kita hidup dari iman (Gal. 3:8). Kitab Yakobus menjelaskan bahwa dengan kita percaya seperti Abraham, maka kita akan menjadi Sahabat Allah. Luar biasa!
Namun, hidup tidak berhenti hanya di percaya saja. Percaya adalah dasar dan pegangan. Untuk itu kita diminta melakukan sesuatu, yakni ketaatan. Abraham taat ketika Allah memberi perintah kepadanya untuk mempersiapkan persembahan yang terbaik. Ia patuh taat dan menjaganya (ay. 9-12). Memang perlu bukti bahwa iman percaya mewujud dalam perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17). Setelah percaya perlu ketaatan dan kesetiaan sebagai anak-anak Allah dan sahabat Allah. Percaya, taat setia, dan memberi yang terbaik, itulah prosesnya.
Tuhan juga tidak selalu memberi dengan mudah dan mulus. Kadang jalan yang panjang, sebagaimana kepada Abraham. Firman-Nya, beberapa generasi akan melewati perbudakan dan penderitaan (ay. 13-16). Namun tertundanya janji merupakan ujian dan latihan agar kita bertekun dan tetap setia. Kita diminta memegang teguh bahwa Allah akan menggenapkan janji-Nya dalam hidup kita. Ia Allah yang Maha Kuasa.
Abraham yang sudah tua, takut. Kita pun mungkin takut atau khawatir tentang anak-anak kita; juga terhadap orang yang kita kasihi. Mari belajar dari Abraham, PERCAYALAH kepada Allah. Bila merasa kurang kuat percayanya, berserulah, "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Mrk. 9:24). Serahkanlah kepada-Nya. Berusahalah taat meski melalui jalan yang berat. Berikanlah yang terbaik untuk menyenangkan hati-Nya. Ia akan memberi yang kita tidak pernah pikirkan (ay. 18; band. Mzm. 37:5).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Kotbah Minggu I Prapaskah 9 Maret 2025
KHOTBAH MINGGU I PRAPASKAH 9 Maret 2025
MENANG MELAWAN PENCOBAAN IBLIS (Luk 4:1-13)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Ul 26:1-11; Mzm 91:1-2, 9-16;Rm 10:8b-13
Pendahuluan
Nats minggu ini masuk ke dalam tema pra-paskah yakni masa sebelum Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang sudah dinubuatkan-Nya. Sebelum semua itu terjadi dan bahkan sebelum Tuhan Yesus masuk ke dalam pelayanan-Nya yang singkat itu, Tuhan Yesus terlebih dahulu diuji dan dicobai oleh iblis sebagaimana dalam nats yang kita baca dan renungkan pada minggu ini.
Kisah pencobaan ini terjadi setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes yang meneguhkan dari langit melalui suara yang berkata: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Pencobaan ini diawali dengan kemampuan Tuhan Yesus melewati puasa yang sangat panjang yakni tidak makan selama 40 hari di tengah padang gurun yang terpencil dari sekitarnya. Akan tetapi Yesus yang sejak semula telah penuh Roh, dapat mengatasi semua itu dengan kemenangan. Nats minggu ini memberikan pengajaran kepada kita beberapa hal yakni sebagai berikut.
Pertama: Manusia hidup bukan dari roti saja (ayat 3-4)
Hal yang sangat mudah dibayangkan ketika seseorang tidak makan selama 40 hari, maka yang terjadi adalah pasti lapar berat!!! Maka tawaran pertama dari iblis kepada Yesus adalah agar Dia merubah batu menjadi roti, yang sangat dibutuhkan oleh Tuhan Yesus saat itu, tentu sangat menggoda. Iblis mengetahui dan juga Yesus sudah menyadari kedudukan-Nya sebagai Anak Allah sehingga sebenarnya Ia memiliki kuasa untuk merubah batu tersebut menjadi roti. Namun, Yesus tidak menuruti permintaan iblis tersebut dengan tiga alasan: Pertama, Ia menyadari mengikuti permintaan iblis akan masuk dalam jebakan Iblis. Kedua, Yesus tidak mementingkan dirinya sendiri, sebab apa yang perlu dan terbaik bagi diri-Nya adalah sesuai dengan kehendak Allah. Apalagi untuk makanan, Yesus memiliki prinsip: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34). Ketiga, Yesus juga menyadari bahwa saat itu sebenarnya belum tiba waktunya untuk memperlihatkan kuasa-Nya, sebagaimana Ia menyampaikan tatkala ibu-Nya meminta untuk menyelesaikan masalah anggur yang habis di Kana.
Hal yang juga penting untuk diperhatikan ketika Yesus menjawab iblis, Ia menggunakan firman Tuhan sebagai dasar: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja" (Ul 8:3). Artinya, hanya kekuatan dari firman Tuhan dan iman yang menyertainya yang mampu mengalahkan iblis dengan godaannya. Godaan iblis selalu tidak tanggung-tanggung, sesuatu yang sangat dibutuhkan seseorang dan bahkan kadang kala tidak ada pengganti, sehingga yang diperlukan hanyalah keteguhan iman dan kesabaran. Yesus sudah tidak makan 40 hari dan berada di padang gurun yang jauh dari kehidupan sekitar, sehingga tidak mudah mendapatkan roti dan makanan. Tetapi Yesus berhasil menguasai diri-Nya dan tidak jatuh dalam jebakan dan godaan iblis dengan kekuatan firman dari Bapa-Nya serta iman yang teguh bahwa Allah memberikan lebih baik lagi pada saatnya nanti.
Demikian jugalah kiranya kita dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kita sering masuk dalam kondisi yang seolah-olah sangat-sangat-sangat membutuhkan, yakni ketika kita lapar, ketika kehabisan uang, ketika membutuhkan kasih sayang, ketika merasa tidak sembuh-sembuh dari penyakit, maka iblis akan dengan agresif menawarkan pilihan yang lebih mudah dan cepat, bahkan mengiming-imingi dengan perasaan tidak perlu merasa berdosa, sehingga seseorang akan jatuh dalam kuasanya. Ketika kita memiliki perasaan “butuh” akan sesuatu dan seolah-olah mendesak, maka haruslah kita ingat bahwa Tuhan mengkondisikan demikian dengan maksud agar kita lolos dan menang dari ujian “kebutuhan” tersebut dengan memegang firman Tuhan yang mengatakan: Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Mat 5:6).
Kedua: Hanya kepada Allah sajalah kita menyembah (ayat 5-8)
Tawaran kedua iblis kepada Yesus juga tidak tanggung-tanggung, yakni menyerahkan kerajaan dunia berikut segala kuasa serta kemuliaannya, yang akan diberikan kepada Yesus dengan satu syarat: Dia menyembah iblis. Alasan iblis sangat masuk akal, sebab “kerajaan dunia” ini telah diserahkan kepadanya dan iblis berhak memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakinya, untuk menjadi miliknya. Jelas itu tawaran yang sangat menggoda dan tidak “susah” untuk mewujudkannya cukup dengan menyembah iblis.
Tetapi sekali lagi Yesus menjawab dengan firman Tuhan dari Ulangan 6:13: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ayat 8). Adapun yang dimaksud Tuhan Yesus adalah tidak mungkin Dia menyembah iblis walau tawarannya demikian menggiurkan, sebab Ia datang sebagai Utusan Bapa untuk menguasai “kerajaan dunia” tetapi hanya kepada Bapa di sorga saja Ia akan menyembah. Yesus sangat mengandalkan dan tergantung kepada Bapa-Nya. Selain itu, kerajaan Yesus bukanlah kerajaan fisik dengan kemegahan duniawinya, melainkan kerajaan Yesus adalah kerajaan rohani yang bersemayam di dalam hati setiap orang percaya. Itulah tujuan utamanya, sasaran akhir dari misi Yesus datang ke dunia ini.
Demikian jugalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Ada beberapa orang mungkin berburu jabatan dalam karirnya dengan mengorbankan integritas bahkan imannya. Mereka mengambil jalan kompromi dengan menyuap atasan atau pihak mediator lainnya untuk sebuah kedudukan atau jabatan. Bahkan ada pula yang bersedia mengganti imannya dengan melepaskan keselamatan dari Yesus demi mendapatkan peluang jabatan di kantornya. Mereka lebih berorientasi pada masa kini, kekinian dibanding dengan ketaatan kepada integitas dan khususnya iman yang memberikan kehidupan kekal. Mereka sering lupa bahwa memburu kesuksesan dan perkara-perkara duniawi di luar jalan dan kehendak Allah justru akan menimbulkan kekecewaan dan ujung-ujungnya berakhir dengan kegagalan.
Yesus tidak memilih jalan yang mudah dengan menerima kuasa dunia ini dari iblis dan dengan demikian Ia akan memiliki banyak pengikut yang terkagum-kagum pada-Nya. Ia tetap taat dan percaya bahwa jalan-Nya bukanlah jalan itu melainkan melalui jalan penderitaan. Demikianlah juga kita, firman Tuhan menekankan bahwa kita harus mencari dan mengutamakan dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita (Mat 6:33). Kerajaan Allah dalam hidup kita berarti menempatkan kuasa dan pemerintahan Allah di dalam setiap langkah dan pilihan hidup kita tanpa kompromi dengan iblis dan dunia ini. Kita terus belajar menghindari jalan “mudah” yang tidak berkenan kepada Allah dalam mencapai keinginan kita.
Ketiga: Janganlah mencobai Tuhan (ayat 9-12)
Seringkali orang berfikir bahwa Allah itu tidak lagi mencampuri urusan dunia ini bahkan mencampuri kehidupan pribadi orang-seorang. Banyak orang berfikir bahwa semua sudah diatur dalam hukum alam sehingga semua harus berjalan sesuai dengan hukum alam tersebut yang dapat dijelaskan dan dicerna dengan akal pikiran manusia. Oleh karena itu mungkin kita sering mendengar perkataan: “Coba saja, apakah Tuhan bisa merubah daun-daun ini menjadi uang?” Atau juga pikiran-pikiran aneh yang muncul, seperti seorang pernah bertanya: Apakah Tuhan dapat menciptakan batu yang sangat besar sehingga Ia sendiri tidak dapat mengangkatnya?
Pikiran seperti itu jelas merendahkan kuasa Tuhan dalam kehidupan ini. Allah tidak memerlukan sensasi untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Demikian juga yang diharapkan iblis dalam nats ini, agar Yesus memperlihatkan sensasi dengan melompat dari ketinggian dan dengan janji Tuhan, Ia takkan jatuh tergeletak melainkan malaikat-malaikat sorgawi akan menatangnya. Iblis memanipulasi firman Allah (Mzm 91:11-12) sebagaimana iblis memanipulasi Hawa di Taman Eden. Sensasi itulah yang diminta iblis, dengan tujuan bahwa apabila Yesus mengikutinya maka jalan sensasi itu akan memudahkan Ia mendapatkan banyak pengikut dan percaya kepada-Nya. Tetapi Yesus mengutip Ulangan 6:16 yang mengatakan: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Kita hidup dari firman Allah dan harus berpegang pada firman tersebut. Kehadiran dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita tidak harus melalui sensasi dan mukjijat yang kasat mata bagi orang lain. Kehadiran dan pertolongan Tuhan bagi kita harus dirasakan melalui hati dan iman yang tampak melalui mata rohani. Mukjijat telah diberikan melalui kehidupan di dunia ini dan penebusan atas segala kesalahan dan dosa yang kita lakukan, sehingga akhir hidup kita bukan neraka melainkan sorga kekekalan. Itu sudah mukjijat paling besar dalam hidup kita. Itu yang harus kita syukuri sehingga tidak perlu percaya dan masuk jebakan iblis untuk mengandalkan kekuatan lain dalam memperjuangkan hidup ini. Percaya kepada Allah dan tergantung sepenuhnya kepada-Nya.
Keempat: Iblis selalu menunggu waktu yang baik (ayat 13)
Hal yang paling penting kita perlu sadari adalah ayat terakhir ini bahwa iblis takluk dalam menguji Yesus, tetapi dikatakan: ia mundur dan menunggu waktu yang baik. Artinya iblis tidak pernah menyerah. Iblis yang disebut sebagai “penguasa dunia” (Yoh 12:31; 14:30; 16:11) ini akan terus menerus menawarkan dan menggoda kita orang percaya untuk mau mengikuti dan tunduk kepadanya. Iblis dengan kepintarannya menawarkan kepada kita justru pada saat kita merasa membutuhkan, kepepet, terdesak tanpa pilihan, sehingga kita mudah jatuh terikat kepada tawarannya.
Akan tetapi Allah tidak membiarkan kita sendirian dalam melawan godaan dan tawaran itu. Allah memberikan firman-Nya yang dapat kita pakai sebagai tameng perisai dalam melawan serangan tersebut, sebagaimana Tuhan Yesus mengalahkan godaan iblis di padang gurun tersebut. Firman yang diberikan Tuhan kepada kita bukan sekedar kata-kata, melainkan firman yang memiliki kuasa melalui kesadaran dan urapan dari Roh yang bekerja dalam diri kita. Jadi tatkala kita lemah, tatkala kita rentan mudah jatuh, maka ingatlah firman Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita. Iblis akan terus menerus mencoba membuat keraguan akan kuasa Allah dalam hidup kita. Sebab, timbulnya benih keraguan akan kuasa Allah merupakan titik lemah bagi serangan iblis untuk menundukkan kita. Iblis pintar menggunakan dan melihat titik lemah tersebut.
Kita perlu membangun iman yang lebih kokoh dalam ketergantungan dan mengandalkan hidup kita kepada Tuhan Yesus. Iman yang kokoh berarti tidak goyang sedikit pun tatkala ada ujian atau cobaan hidup baik dalam keadaan susah maupun dalam tawaran godaan oleh kegelimangan dunia ini. Sikap ketergantungan dan pengandalan berarti kita sadar dan menjiwai bahwa apapun yang kita peroleh saat ini adalah merupakan yang terbaik dari Tuhan, dan apabila kita memerlukan sesuatu yang lebih “baik” maka Tuhan mempunyai waktu dan cara yang terbaik untuk kita, sepanjang kita bertekun dalam doa dan usaha yang sesuai dengan jalan dan petunjuk Tuhan melalui firman-Nya.
Kesimpulan
Dalam hal umum adakalanya ketiga godaan iblis kepada Tuhan Yesus dalam nats minggu ini disamakan dengan godaan tiga TA dalam kehidupan sehari-hari, yakni harTa, tahTA dan waniTa. Harta mewakili roti dalam kebutuhan hidup, tahta mewakili cobaan kedudukan atau jabatan, dan wanita mewakili sensasi kenikmatan atau pujian-pujian duniawi yang kosong. Tetapi nats minggu ini memberikan pelajaran yang berharga bagi hidup kita yakni keteladanan Tuhan Yesus dalam mengalahkan iblis dengan segala godaannya. Semua itu terjadi karena Yesus menggunakan firman sebagai tameng perisai dalam melawan godaan tersebut, sekaligus memperlihatkan bahwa sikap percaya kepada Allah haruslah diikuti dengan taat kepada kehendak-Nya. Ketaatan tersebut akan lahir melalui kecintaan untuk belajar dan mengingat firman Tuhan yang selalu kita gunakan dalam melawan iblis. Inilah pelajaran yang diberikan kepada kita dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini, sehingga kita tetap sebagai pemenang.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025Khotbah Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025 YERUSALEM, ENGKAU...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025KHOTBAH (2) MINGGU II PRAPASKAH 16 Maret 2025 TERANG DAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu II Prapaskah 16 Maret 2025KHOTBAH (3) MINGGU II PRAPASKAH 16 Maret 2025 KEKUATAN PERCAYA...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 26 guests and no members online