2025
2025
Khotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
DIA DATANG UNTUK MEREKA YANG MENDERITA (Luk 4:14-21)
(Bacaan lainnya menurut Leksionari: Neh 8:1-3, 5-6, 8-10;
Mzm 19; 1 Kor 12:12-31a) ---lihat di bagian bawah
Pendahuluan
Mungkin dalam hati kita pernah bertanya: Mengapa Tuhan Yesus singkat sekali "hidup" di dunia ini? Hidup dalam pengertian Ia sebagai manusia yakni sekitar 33 tahun, bahkan hanya tiga tahun dalam pelayanan-Nya. Mungkin jawaban rasional satu-satunya adalah: Ia telah memberikan mandat dan kuasa pelayanan itu kepada kita orang percaya dan tugas itulah yang kini harus kita emban.
Tujuan Tuhan Yesus turun ke bumi adalah untuk menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya dari maut dan membawa kepada kehidupan kekal. Kalau kita urutkan pesan-pesan Tuhan Yesus yang disampaikan dalam Alkitab, maka pesan pertama adalah agar manusia bertobat karena kerajaan Sorga sudah dekat (Mat 3:17; Mrk 1:14-15). Pesan kedua adalah nats yang kita baca untuk minggu ini yang lebih fokus pada pembebasan mereka yang menderita. Maka dari bacaan minggu ini ada beberapa hal yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dan pegangan.
Pertama: Hidup Yesus selalu penuh Roh (ayat 14, 18)
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes, maka tampaklah Roh Kudus dalam rupa burung merpati yang meneguhkan Yesus adalah Anak yang dikasihi Bapa-Nya dan berkenan kepada-Nya (Luk 3:21-22). Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 dab dijelaskan bahwa Yesus yang penuh Roh dapat mengalahkan godaan iblis atas berbagai tawaran yang menarik. Ini merupakan bukti lagi bahwa Yesus adalah Anak Allah dan tidak berdosa. Dalam kuasa Roh juga Yesus kembali ke Galilea dan sejak itu tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu (ayat 14).
Hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini adalah bahwa hanya dengan kuasa Roh saja kita dapat mengalahkan iblis yang jahat itu. Kemampuan manusia sangat lemah dan terbatas sementara kuasa iblis juga tidak sembarangan, bahkan Allah telah "memberikan" dunia ini kepadanya. Oleh karena itulah iblis selalu menawarkan godaan dan kenikmatan dunia ini kepada manusia agar mau mengikuti kemauannya dan meninggalkan Allah. Tanpa Roh Allah maka manusia akan mengikuti iblis ini sebab tawarannya memang seringkali begitu menarik meski dalam sudut pandang sempit dan terbatas.
Bagaimana dengan kita? Apakah dunia ini atau iblis yang licik itu terus menerus menawarkan sesuatu sehingga menjual iman dan mengalahkan kita? Kekalahan iman dapat saja terjadi dari tawaran keinginan daging, ketakutan, masalah keuangan, sakit-penyakit atau hal lainnya. Hal yang perlu kita sadari adalah blis akan terus menyerang orang percaya atau paling tidak mencoba dengan menetralisir munculnya perasaan berdosa, perasaan malu atau perasaan bersalah.
Maka satu-satunya jalan melawan godaan iblis dan dunia itu adalah memohon pertolongan Roh Kudus agar Ia mau diam dan menguasai diri kita sehingga kita penuh dengan Roh dan hasilnya dapat mengalahkan iblis yang jahat itu, sebagaimana Tuhan Yesus menang karena penuh Roh. Cara yang terbaik dalam membuat Roh itu yang menguasai kita adalah dengan terus mengingat dan berkomitmen kepada firman-Nya serta hidup yang berserah sepenuhnya kepada-Nya.
Kedua: Tugas utama yang efektif adalah mengajar (ayat 15, 21)
Sinagoga merupakan tempat berkumpul dan pusat peribadatan umat Yahudi setelah bait suci diruntuhkan tahun 586 SM. Oleh karena itulah ibadah hari Sabat dan proses belajar-mengajar umumnya dilakukan di sinagoge ini, serta ini pula yang merupakan kesukaan dan kebiasaan Yesus rajin ikut dalam proses belajar-mengajar tersebut (ayat 16). Bahkan karena “kepintarannya”, semua orang memuji Dia (ayat 15 dan 21).
Yesus mengambil pilihan belajar pada masa kecil dan masa mudanya tentang firman Allah dan itu yang membawa Yesus juga rajin mengajar orang lain dan kepada murid-murid-Nya. Yesus tentu memiliki alasan yang kuat memilih jalan mengajar tersebut, bukan dengan memimpin pemberontakan, yakni agar apa yang diajar dan dimaksudkan-Nya itu berbuah menjadi “kesadaran” dan pemahaman ke dalam hati nurani sendiri (band. Ibr 10:15). Seseorang yang sudah memiliki kesadaran dan meresap ke dalam hati nuraninya akan memberikan dampak dan hasil yang lebih maksimal dan panjang dibandingkan dengan pendekatan ancaman atau hukuman.
Mengajar atau belajar berarti membuat orang menjadi mengerti atas ajar-an yang diberikan. Ajaran itu termaktub dalam dua pola yang penting, yakni “Hendaklah” dan “Janganlah”. Kesadaran dan pemahaman inilah yang menjadi tujuan Yesus, sebagaimana kita sebaiknya memiliki keinginan dan kerinduan yang sama akan hal itu. Proses belajar dan mencintai firman Tuhan dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik bagi setiap orang, dan sekaligus menumbuhkan motivasi agar dapat menjadi anak-anak yang berkenan kepada-Nya. Proses belajar juga secara otomatis akan menambah pengetahuan dan bahkan dapat menjadi ketrampilan, dan ini akan memberikan hal yang positip bagi diri kita sendiri dan orang lain. Hal yang diperlukan dalam membangun kerinduan belajar ini adalah dengan komitmen baik dari sisi penyediaan waktu maupun membangun rasa haus akan pengenalan Allah yang lebih sempurna dan tujuan akhir menyenangkan hati-Nya.
Neh 8 dalam bacaan leksinari kita menggambarkan bagaimana Nehemia sebagai pejabat bersama-sama dengan Ezra ahli kitab itu mulai mengajar kembali hukum Taurat kepada umat setelah mereka kembali dari pembuangan di Babel. Disini ditekankan bahwa belajar firman Tuhan itu merupakan dasar dari pengenalan kepada Allah. Kitab Mazmur 19 juga yang merupakan bagian dari bacaan kita minggu ini memberikan gambaran betapa firman Allah itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya (Mzm 19:8-9).
Ketiga: Tujuan akhir adalah pembebasan (ayat 18, 19)
Pesan Yesus yang paling utama dalam minggu ini ada pada ayat 17 dan 18 ini, yakni nats yang dibaca Yesus dari Yes 61:1-2. Pesan ini sebenarnya penggambaran nabi Yesaya akan tahun Sabat dan tahun Yobel (Im 25), ketika bangsa Israel dibebaskan dan kembali dari pembuangan Babel, yakni pembebasan kepada mereka yang tertawan dan menderita begitu lama. Pesan utama dari nats tersebut adalah:
- Datangnya kabar baik baik kepada orang miskin
- Pembebasan kepada orang-orang tawanan
- Penglihatan kepada orang buta
- Pembebasan orang-orang tertindas
- Pemberitaan tahun rahmat sudah tiba
Tetapi apa yang terjadi setelah kembalinya umat Israel dari Babel tetap tidak menyenangkan hati Tuhan dan bangsa Israel seringkali melupakan Allah mereka yang sudah menolong dan membimbing mereka demikian lama. Pesan inilah yang disampaikan kembali oleh Tuhan Yesus dan menutupnya dengan perkataan: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Semua orang yang mendengar tentu saja terkejut dan bahkan marah kepada-Nya. Tetapi Yesus memahami situasi yang tidak kondusif tersebut dan kemudian memilih Ia pergi.
Inti pesan yang dimaksudkan oleh Yesus pada saat itu adalah tibanya tahun rahmat tersebut yakni berita atau Injil keselamatan kepada mereka yang menderita dan pembebasan dari segala kuk dan beban yang menghimpit hati dan pikiran umat Israel pada saat itu. Mereka sudah begitu lama terjajah oleh bangsa Romawi dan terbelenggu dengan legalitas hukum Taurat serta kedudukan para imam dan ahli Taurat yang seharusnya melayani tetapi justru lebih mementingkan diri sendiri dan memberatkan umat pada saat itu.
Keempat: Tugas itu diserahkan kepada kita (ayat 20)
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu alasan masa hidup Tuhan Yesus di dunia ini yang begitu "pendek" dan pelayanan-Nya yang singkat hanya 3 tahun adalah bahwa kuasa dan amanat tugas itu telah diberikan kepada kita orang percaya. Pesan bahwa penginjilan dan pemberitaan kabar baik itu memang yang utama, sehingga semakin banyak orang diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Akan tetapi pesan Tuhan Yesus dalam ayat 18-19 ini sebaiknya tidak ditafsirkan secara simbolis saja. Orang percaya dan gereja-gereja seyogianya terus menerus melakukan usaha-usaha yang sistimatis dan terprogram untuk melihat kenyataan di sekeliling dan di masyarakat, yakni ikut menolong orang miskin keluar dari dunia kepedihan fisik mereka, membantu orang sakit yang tidak mampu untuk disembuhkan, menolong dan menghibur mereka yang tertindas dan tertawan karena ketidakmampuan dan ketidakadilan. Pesan itu tidak dapat hanya ditafsirkan secara simbolis saja, melainkan tetap dalam pengertian harafiahnya, yakni kalau masih ada orang miskin disekitar kita, orang sakit yang tidak mampu di lingkungan kita, orang tertindas, maka tugas orang percaya dan gereja untuk menolong mereka.
Dalam bacaan 1Kor 12 untuk minggu ini dinyatakan bahwa Tuhan memberikan karunia-karunia rohani kepada hamba-hamba Tuhan dan orang percaya. Tentu pemberian karunia itu mempunyai maksud dan tujuan yakni semuanya adalah untuk pelayanan gereja-Nya. Oleh karena itu, karunia-karunia rohani yang ada disebutkan dalam nats ini, demikian juga dalam ayat-ayat lainnya, seharusnya semua dipakai untuk pesan kedua maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini yakni sebagaimana tertulis dalam ayat Luk 4:18-19 tersebut (untuk penjelasan karunia-karunia rohani yang tertulis dalam Alkitab silahkan melihat artikel di website ini dalam kolom pembinaan teologia).
Orang percaya dan khususnya gereja-gereja seyogianya semakin menyadari tanggungjawab dan pendelegasian dari Tuhan Yesus tersebut, sehingga gereja-gereja tidak "asyik" dengan dirinya sendiri dan mengutamakan aspek-aspek lahiriah dari kegiatan-kegiatannya, melupakan amanat ini sebagai tugas yang melekat pada penginjilan dan berita keselamatan tersebut.
Kesimpulan
Nats minggu ini memberi kita banyak sekali kesadaran dan pemahaman akan tanggungjawab orang percaya dan gereja dalam panggilannya untuk dunia ini. Dimulai dengan pentingnya setiap orang percaya dipenuhi Roh untuk setia dan taat dalam melakukan firman-Nya serta mampu mengalahkan iblis yang jahat itu, terus belajar (dan mengajar) firman Allah sehingga kesadaran dan pemahaman semakin baik, serta menyadari akan banyaknya masalah sosial yang masih nyata di sekitar kita, yakni berupa kemiskinan, sakit penyakit yang tidak mampu disembuhkan karena keterbatasan dana, orang-orang tertawan dan tertindas yang memerlukan pertolongan dan penghiburan. Karunia-karunia Roh yang diberikan kepada kita dimaksudkan dipergunakan dan ditujukan untuk tugas tersebut.
Itulah tanggungjawab yang telah diserahkan Tuhan Yesus dalam pesan-Nya yang kedua ini agar kita terus menerus berusaha keras mewujudkannya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
KARUNIA UTAMA (1Kor. 12:12-31a)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III setelah Epifani ini diambil dari 1Kor. 12:12-31a. Nas ini berbicara tentang "Banyak anggota, tetapi satu tubuh" dalam kaitannya dengan karunia rohani. Rasul Paulus menggunakan konsep tubuh manusia untuk mengajar orang Kristen tentang bagaimana hidup dan bekerja bersama-sama. Sama seperti seluruh bagian dari tubuh berfungsi karena diperintah otak, demikian juga kita harus bekerja bersama di bawah kendali dan perintah Yesus Kristus (band. Rm. 12:3-8; Ef. 4:1-16).
Allah membekali kita karunia rohani untuk membangun tubuh Kristus yakni jemaat-Nya. Agar karunia rohani dapat kita pakai secara efektif, kita perlu hal-hal sebagai berikut:
1. Menyadari bahwa semua karunia rohani berasal dari Allah;
2. Memahami bahwa tidak semua orang memiliki karunia rohani yang sama;
3. Mengenal siapa diri kita dan apa yang terbaik untuk diberikan;
4. Menghargai anggota yang lebih lemah dan tetap satu dalam suka dan duka;
5. Membangun masing-masing karunia rohani secara bersinergi demi hasil yang lebih efektif;
6. Mempersembahkan karunia itu bagi Tuhan dan bukan untuk kepentingan dan keberhasilan diri sendiri;
7. Bersedia memakai karunia rohani itu dengan sepenuh hati untuk pelayanan kepada Tuhan, bukan menahan atau menyia-nyiakannya.
Karunia rohani setiap orang berbeda di dalam sifat, kekuatan, dan efektifitasnya sesuai dengan hikmat dan keluwesan. Dari kita dituntut peran untuk tetap setia serta mencari cara dan jalan melayani-Nya melalui apa yang telah diberikan-Nya.
Karunia rohani dibagi dalam tiga katagori, yakni: karunia rohani melalui perkataan atau berbicara, karunia rohani melayani dan memberi, dan karunia rohani untuk membuat mukjizat. Karunia rohani tersebut merupakan satu tubuh dan rinciannya merupakan anggota-anggota tubuh saja, dan semua memiliki akses serta diperlengkapi oleh Roh Kudus untuk membangun keluarga Allah dan menyatakan kasih Allah kepada orang lain (1Kor. 12:4-7; 1Kor. 14:12; 1Pet. 4:10).
Pada saat yang sama, kita perlu menyadari bahwa karunia rohani yang kita miliki tidak dapat bekerja sendiri, melainkan memerlukan dukungan karunia rohani yang lain. Untuk itu kita wajib berterima kasih kepada mereka yang memiliki karunia rohani yang berbeda, sebab dapat melengkapi pelayanan yang kita miliki. Biarkanlah kekuatan kita menutupi kelemahan orang lain, dan kekuatan orang lain menutupi kelemahan dan kekurangan kita. Bersyukurlah atas hal itu. Karunia rohani jangan dibuat menjadi kuasa rohani, yang menimbulkan persaingan; berpikir kita merasa "lebih rohani" atau bahkan memiliki hak otoritas tertentu yang lebih tinggi. Sikap kita harus tetap sebagai orang yang tidak layak memperoleh karunia itu, namun Allah membuat kita layak dan demikian berharga.
Prinsip dalam mempersembahkan hidup melalui karunia rohani adalah selalu dalam kebersamaan dengan orang lain, yang dilakukan dengan sepenuh hati dalam semangat pelayanan pengabdian. Sebagaimana dinyatakan pada ayat terakhir (31a): "Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama." Karunia utama itu adalah hikmat dan kasih dengan tujuan mempersatukan. Halleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 19 Januari 2025
Kabar dari Bukit
DOSA DAN KEBAIKAN ALLAH (Mzm. 36:5-10)
”Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang" (Mzm. 36:10)
Berbuat jahat pasti tidak baik, apalagi jika direncanakan berlapis taktik dan tipu. Tidak setitik pun ada manfaatnya, kecuali kepuasan hati sesaat, yang cepat atau lambat pasti disesali. Memang, kadang perbuatan jahat dapat terjadi karena ketidaksengajaan atau kelemahan. Tentang ini firman-Nya berkata, "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat" (Rm. 7:15). Sayangnya, dosa tetaplah upahnya maut (Rm. 6:23a).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 36:5-10; judul perikopnya: Kefasikan orang berdosa dan kasih setia Allah. Ini mazmur Daud, ditulis saat dia diburu untuk dibunuh; mungkin oleh Raja Saul atau Absalom, anaknya. Jelas ini dosa disengaja. "Kejahatan dirancangkannya di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik" (ay. 5). Namun Daud kemudian mengungkapkan kebaikan Tuhan. "Ya Tuhan, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat (ay. 6-7a).
Di sini muncul paradoks, kombinasi dua pemikiran yang berkontradiksi satu sama lain. Allah yang membenci perbuatan dosa dan mesti menghukum, di lain sisi memiliki kasih besar dan Pengampun. Pikiran sederhana mempertanyakan, kok bisa terjadi? Tetapi benar, tidak ada kontradiksi. Sebab Allah memiliki kedaulatan mutlak atas diri manusia; di lain pihak juga mereka bertanggungjawab atas perbuatannya. Ini dapat dilihat pada penyaliban Yesus. Sejak semula Allah telah menetapkan Yesus akan mati - dan bangkit kembali, namun mereka yang mengkhianati dan membunuh-Nya, harus bertanggungjawab atas perbuatannya.
Anthony A. Hoekema dalam bukunya "Save By Grace" mengatakan bahwa orang percaya perlu memahami adanya kedaulatan Allah sekaligus tanggungjawab tersebut; anugerah Allah berdaulat, tapi partisipasi aktif kita ikut bekerja dalam keselamatan (Flp. 2:12). Karya keselamatan Kristus tidak akan memberi manfaat apapun bagi kita sampai diterapkan ke dalam hati dan kehidupan keseharian yang dipimpin Roh Kudus.
Maka bagi kita yang masih senang berbuat dosa, suka mendukakan hati Allah dan sesama, saatnya berhenti dan berbalik. Alkitab menegaskan, ada banyak hukuman bagi yang tidak taat setia, dapat di dunia ini berupa hukuman fisik (sakit, miskin, mati prematur), hukuman rohani (tidak damai sejahtera, rasa bersalah, jauh dari Allah), hukuman sosial (rasa malu, harga diri, terkucil), maupun hukuman pasca kematian yakni kehilangan warisan kerajaan Allah dan menderita di neraka.
Betapa berharganya kasih setia Allah, membuka kita jalan menghapuskannya, memberi harta sorgawi di bumi dan di sorga (ay. 8-9). Semua berkat (kebalikan hukuman) menjadi bagian kita. Namun perlu dilakukan beberapa hal agar dosa dihapuskan dan kasih Allah nyata, yakni dengan datang mengakui dosa kita (1Yoh. 1:9), bertobat (Luk. 24:47) dan percaya kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:16). Allah akan melihat keseriusan pertobatan kita, iman dan buahnya, keadilan, dan kasih sayang-Nya secara keseluruhan. Datanglah ke sumber hayat, ke dalam terang-Nya (ay. 10).
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
Khotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani
RE-VIEW IBADAH (Neh. 8:1-3, 4-6, 8-10)
“Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah” (Neh. 8:7)
Apa yang terjadi bila sebagian besar umat Kristiani termasuk kita ini, tidak lagi suka membaca Alkitab, atau renungan harian dan radio/film siraman rohani yang kita tahu sebagai bekal pembaharuan budi? Pertanyaan lain: mengapa uang gereja dari persembahan, umumnya paling besar dipakai untuk keperluan ibadah, sangat sedikit untuk PI dan diakonia?
Melalui nas firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita, Neh. 8:1-3, 4-6, 8-10, gambaran situasi itulah yang diberikan. Nas ini menjelaskan pelayanan Nehemia dan Ezra untuk membangun kembali tembok Yerusalem dan Bait Allah yang telah diruntuhkan (pasal 1-7). Sebelumnya, bangsa Israel telah terpuruk pasca kejatuhan kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka tadinya begitu berbangga hati, Allah menjadikan mereka sebagai umat pilihan; membanggakan Bait Allah yang dibangun Raja Daud dan Salomo yang begitu megah dan indah. Tapi akhirnya, semua hilang diruntuhkan oleh penjajah.
Alkitab menjelaskan, petaka itu terjadi oleh karena ibadah bangsa Israel tidak lagi berkenan kepada Allah. Ibadah mereka lebih kepada ritual saja tanpa isi dan makna, tidak diikuti dengan perbuatan nyata. “Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancangan mereka, sebab mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataan-Ku dan menolak pengajaran-Ku. Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku” (Yer. 6:19-20; band. Yes. 1:11-14; Am. 5:21-23). Menurut H.H. Rowley dalam bukunya Ibadat Israel Kuno, Nehemia dan Ezra kemudian meluruskan kembali hakikat ibadah mereka, yang menekankan kekudusan dan peri kemanusiaan, yakni kasihilah Allahmu dan sesamamu manusia (Ul. 6:5; Im. 17-26).
Bercermin dari pengalaman selama Covid-19 ini, kita juga semakin disadarkan bahwa gedung-gedung gereja tidak lagi punya arti besar. Uang persembahan kita yang begitu besar dipakai untuk membangun dan memperindah gedung, kini menjadi batu-batu yang dingin. Keindahan dan besarnya bangunan menjadi sia-sia. Kitab Luk. 4:14-21, nas paralel untuk minggu ini, mengingatkan bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia, bukan hanya menyelamatkan manusia dari kengerian neraka, tetapi juga “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19).
Maka belajar dari nas firman ini, kita yang merindukan terjadinya pemulihan atas pergumulan pribadi dan sengsara Covid-19, baiknya kembali lebih mencintai firman Tuhan, menekuni ibadah dengan setia dan sepenuh hati. Ibadah kita pun tidak hanya sekedar ritual bernyanyi dan berdoa, serta mendengar firman Tuhan, tetapi berwujud nyata berupa tindak perbuatan. Ibadah yang mengubah kita menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan, dengan menyebarkan kasih kepada sesama (Yak. 1:22). Ibadah yang baik dan teruji pasti berbuahkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran (Am. 5:14-24).
Sebagaimana pembaharuan oleh Nehemia dan Ezra melalui re-view ibadah, meninjau, memeriksa dan melihat kembali, kiranya semua pergumulan dan derita kita termasuk akibat Covid, Tuhan berkenan memulihkan. Kita akan menerima hal yang disampaikan oleh Ezra: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!… Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (ay. 10-11). Dan kita pun, akan membangun pondok-pondok daun tempat kita bersukacita. Haleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 19 Januari 2025 - Minggu II Setelah Epifani
Khotbah Minggu 19 Januari 2025 - Minggu II Setelah Epifani
MUKJIZAT ITU MASIH ADA DAN NYATA (Yoh 2:1-11)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 62:1-5; Mzm 36:5-10; 1 Kor 12:1-11
Pendahuluan
Cerita di atas adalah saat pertama kalinya Tuhan Yesus membuat mukjizat dalam pelayananNya. Yesus sendiri selama 3 tahun masa pelayananNya memperlihatkan puluhan mujizat mulai dari peristiwa pertama ini, yakni merubah air menjadi anggur hingga membangkitkan orang dari kematian. Dalam peristiwa mukjizat ini, Yesus mendengar permintaan ibuNya agar melakukan sesuatu dalam situasi tuan rumah yang berpesta kehabisan anggur. Yesus pada mulanya berusaha menolaknya, dengan alasan waktunya belum tiba. Tapi karena itu merupakan permintaan khusus dari ibuNya, maka Yesus mengabulkannya, yakni enam tempayan (kurang lebih 500 liter) berisi air diubah menjadi anggur yang enak rasanya. Dengan tindakanNya itu, tuan rumah yang tadinya bisa mendapat malu karena kehabisan anggur, akhirnya beroleh pujian karena dianggap menyimpan anggur yang enak untuk disuguhkan terakhir.
Dari bacaan nats ini kita mendapatkan beberapa petunjuk hidup sebagai berikut:
Pertama: Kehidupan sosial sebagai jalan misi (ayat 1-2)
Seringkali kita berfikir bahwa pekerjaan atau pelayanan adalah hal yang utama sehingga melupakan kehidupan dan pergaulan sosial. Pada masa Yesus, acara pesta perkawinan biasanya banyak diundang kerabat keluarga dan rekan sekampung serta pesta dapat dilaksanakan dalam beberapa hari. Adalah hal yang kurang baik apabila diundang tetapi tidak hadir dalam acara seperti itu, bahkan dapat dianggap sebagai penghinaan. Tuhan Yesus menyadari hal itu dan mungkin juga keluarga yang berpesta masih kerabat dekat, sebab ibuNya ikut dalam kesibukan melayani para tamu.
Kehidupan sosial haruslah merupakan pilihan sebagai bagian dari tempat pelayanan kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak boleh disibukkan melulu dengan pekerjaan atau kerutinan lain sehingga melupakan hal pergaulan sosial, lingkungan sekitar, adat istiadat dan interaksi kekeluargaan lainnya.
Sebagaimana Tuhan Yesus dan Maria melakukannya, mereka ikut aktif dalam pergaulan sosial tersebut dan melibatkan diri dalam meringankan beban tuan rumah dalam pekerjaan maupun mengatasi persoalan. Ini perlu menjadi teladan bagi kita, sebab hidup kita haruslah menjadi terang dan garam dalam setiap kesempatan yang Tuhan berikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakpedulian dan ketidakacuhan serta menjauhkan diri dari kehidupan sosial dan kekeluargaan justru menghilangkan kesempatan kita untuk melayani Tuhan.
Kedua: Mintalah pertolongan kepadaNya (ayat 3-5)
Apa yang dilakukan oleh Maria sebenarnya sederhana saja: ia membutuhkan pertolongan dari Yesus karena anggur yang disediakan tuan rumah sudah habis. Maria berfikir agar Yesus melakukan sesuatu untuk mencari, membeli atau meminjam anggur dari mana saja agar tuan rumah tidak malu. Maria juga tentu menyadari bahwa Yesus memiliki hubungan yang khusus dengan Allah, sehingga Maria sangat berharap Yesus dapat menolong. Oleh karena itu Maria berkata kepada pelayan agar mengikuti apa yang diperintahkanNya. Yesus memahami situasi tersebut meski menolak pada awalnya, dengan mengatakan saat-Nya belum tiba.
Apa yang bisa kita pelajari dari situasi ini adalah jangan pernah berfikir bahwa kita datang kepada Yesus hanya pada untuk masalah-masalah besar saja, atau ketika kita sudah menyerah (give up) baru meminta pertolongan dari padaNya. Kalau itu masalah kecil dan kita fikirkan bisa diatasi dengan mudah, maka kita tidak memerlukan pertolongan Tuhan. Ini mungkin terjadi ketika kita sakit flu, maka pemikiran sederhana kita ya minum obat flu saja tanpa perlu berdoa untuk kesembuhan. Atau kebiasaan yang sering terjadi, ketika makan kerupuk kita belum berdoa, baru setelah makanan utamanya datang, kita baru berdoa. Pemikiran seperti ini jelas perlu dirubah.
Demikian juga apa yang kita pikirkan tadinya sebagai jalan keluar, ternyata bagi Yesus bisa berbeda jalan yang ditempuhNya untuk kita mendapatkan yang lebih baik. Ini bisa dilihat dari pertolongan Yesus, yang tadinya hanya menutupi kekurangan anggur, ternyata diperoleh anggur yang berlebih dan lebih enak rasanya. Maria hanya memintanya melakukan sesuatu, mungkin bukan merupakan mukjizat, tetapi Yesus memutuskan untuk melakukan pelayananNya yang pertama di tempat ini: merubah air menjadi anggur. Enam tempayan yang biasanya airnya dipakai setiap kali umat Israel membasuh kembali ke rumah atau hendak makan - mereka terbiasa membersihkan atau menyucikan dirinya dengan air dari tempayan tersebut, kali ini berubah semua menjadi anggur yang enak.
Ketiga: Yesus adalah sumber mukjizat (ayat 6-10)
Tidak dapat disangkal bahwa Yesus banyak menggunakan kuasa mukjizat-Nya untuk dapat meyakinkan umat Israel agar percaya kepadaNya, meski hal itu pernah dicela oleh Yesus karena umat tersebut ingin selalu melihat tanda (mukjizat) agar mereka percaya. Berbagai mukjizat ini pula yang memberi peneguhan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang memiliki kuasa sama dengan Allah BapaNya, termasuk menghidupkan orang mati.
Sebagaimana yang dilakukan pelayan tersebut, untuk melihat kuasa mukjizat terjadi, perlu percaya dan ketaatan mengikuti perintah Yesus. Pelayan percaya dan taat untuk mengisi tempayan itu dengan air, meski tidak tahu maksudnya. Mereka pun diminta menyedoknya dan begitu disajikan kepada para tamu, mereka kemudian tahu bahwa air dari tempayan tersebut telah berubah menjadi anggur yang enak.
Inilah yang perlu kita ikuti dan teladani dalam keinginan melihat mukjizat terjadi dalam hidup kita: Percaya dan Taat. Percaya bahwa Tuhan Yesus mampu melakukan hal tersebut dan kita taat akan perintah-Nya. Tidak ada keraguan bahwa sebagai Anak Allah, Yesus memiliki kuasa yang sama dengan Allah Bapa. Jadi, membuat mukjizat adalah kuasa-Nya, sebab Dia-lah pembuat hukum alam. Di sini, mukjizat kita definisikan sebagai sesuatu yang ajaib dan yang tidak mengikuti hukum alam. Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah mukjizat Yesus itu masih berlaku sampai saat ini? Selanjutnya, bagaimana kuasa itu kini diberikan kepada orang percaya atau hambaNya?
Keempat: Mujizat sebagai karunia rohani (ayat 11)
Alkitab berkata kuasa membuat mukjizat itu diberikan kepada siapa saja dengan tujuan untuk pekabaran Injil atau meneguhkan orang percaya. Yesus mengatakan orang percaya (yang memberitakan Injil) dapat mengusir setan, berbahasa baru, memegang ular, meminum racun dan menyembuhkan orang sakit dengan tumpang tangan (Mrk 16:17-18). Dalam Alkitab dikisahkan juga para rasul diberi kuasa untuk melakukan mukjizat itu, seperti kepada Petrus dan Paulus yang dapat kita baca dalam Kisah Para Rasul.
Itu juga yang kita lihat saat ini. Mukjizat masih ada dan nyata dan bekerja diseluruh tempat dan abad bagi orang percaya melalui hamba-Nya. Dalam bacaan kita lainnya yakni 1Kor 12 disebutkan beberapa (rupa-rupa) karunia Roh atau rohani) diberikan kepada anggota jemaat untuk tujuan berbagai pelayanan. Salah satu karunia Roh tersebut adalah kuasa untuk mengadakan mukjizat (1Kor 12:10; 28-29).
Itu semua ada karena mukjizat mempunyai empat tujuan yakni: Menyatakan adanya Allah, Memperlihatkan kuasa Allah itu masih ada dan nyata , Memperlihatkan Keilahian Kristus, dan Menegur atau menempelak mereka yang tidak percaya. Hal terakhir ini perlu bagi orang yang bebal, sebab banyak orang secara sederhana sudah melihat kehidupan itu sendiri merupakan mukjizat, jadi tidak perlu melihat sesuatu yang lain ajaib untuk membuktikan adanya Allah dan kuasa-Nya yang terus bekerja hingga saat ini. Kepada mereka yang bebal dan terus mengandalkan pikiran dan kemampuannya, Allah justru senang memperlihatkan kuasa mukjizat-Nya untuk menegur dan menempelak mereka.
Kuasa dan karunia Roh untuk membuat mukjizat itu diberikan melalui hamba-Nya, sesuai dengan hikmat dan kerelaan hati-Nya dengan tujuan utama untuk membangun gereja-Nya. Namun bagi kita yang sudah dikaruniai iman percaya, yang dapat melihat bahwa hidup ini sendiri sudah merupakan mukjizat dari Tuhan kepada kita, sebuah anugerah untuk mendapatkan kepercayaan dalam pelayanan di muka bumi ini, maka yang terpenting bukanlah melihat mukjizat lain yang ajaib, tetapi melakukan kehendak Allah yaitu mengasihi Allah dan sesama. Semua itu, hidup kita dan mukjizat yang dinyatakan kepada kita dan orang lain, adalah untuk kemuliaan dan hormat bagi-Nya.
Kesimpulan
Nats yang kita baca untuk minggu ini tentang mukjizat Tuhan Yesus dengan merubah air menjadi anggur di Kana memberikan banyak pelajaran kepada kita, yakni kita tidak melupakan pergaulan sosial dan kemasyarakatan sebagai tempat untuk pelayanan kita kepada Tuhan dan sesame. Segala kesempatan Tuhan berikan kepada kita untuk melayani-Nya. Dalam setiap kesempatan tersebut, ketika ada masalah kecil atau besar maka semuanya harus kita kembalikan kepada Tuhan untuk penyelesaiannya, tidak pada saat masalah sudah besar dan menyerah saja. Sebab Tuhan itu bekerja tidak hanya melalui mukjizat, tetapi Ia sudah bekerja melalui hidup kita yang sudah merupakan mukjizat bagi kita. Dia-lah sumber mukjizat dan sumber kehidupan itu. Kalau ada karunia Roh yang diberikan kepada hamba-Nya untuk melakukan mukjizat, kita sebut saja Haleluya, dan semua itu adalah untuk kemuliaan-Nya.
Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah EpifaniKhotbah Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani DIA...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah EpifaniKhotbah (2) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani KARUNIA...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah EpifaniKhotbah (3) Minggu 26 Januari 2025 - Minggu III Setelah Epifani RE-VIEW...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 1062 guests and no members online