Wednesday, February 05, 2025

2025

Kabar dari Bukit, Minggu 12 Januari 2025

Kabar dari Bukit

 

 TERANG GELAP DI BUMI (Kej. 1:1-5)

 

 ”Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi” (Kej. 1:3)

 

 

 

Salah satu keistimewaan dan keunggulan kitab suci Alkitab - selain terbaik dalam menjelaskan keberadaan, Pribadi dan kekuasaan Allah, isinya sangat sistematis. Alkitab di bagian pembukanya mendeklarasikan penciptaan langit, bumi dan alam semesta dengan singkat padat oleh Allah, hingga diciptakan-Nya manusia sebagai makhluk sempurna.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Kej. 1:1-5, penciptaan hari pertama saja. Kita tahu Allah mencipta dalam enam hari, berhenti pada hari ketujuh, memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya (Kej. 2:2-3). Tentu ada alasan para pemimpin gereja menyusun leksionari nas Minggu ini dengan penggalan lima ayat, yang ditutup kalimat, “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama” (ay. 5). Rahasia itulah yang ingin kita pelajari mengapa Allah pertama sekali menciptakan bumi dan terang, serta memaknai pentingnya terang dalam kehidupan.

 

 

 

Tuhan menciptakan bumi yang pertama karena dimaksudkan sebagai tempat berdiam manusia dan segala makhluk; bukan untuk tempat ujian apalagi tempat pengasingan. Oleh karena itu bumi diperlengkapi dengan ekosistem yang mendukung agar manusia dan segala makhluk hidup nyaman: berupa darat dan air, tumbuhan dan binatang, serta langit cakrawala dengan segala isi dan bentuknya. Bumi atau dunia ini juga dimaksudkan tempat kita berkarya sebagai garam dan terang (Mat. 5:13-14). Memang tantangan diberikan kepada manusia ketika diberi perintah, “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu (Kej. 1:28), dengan mengembangkan semua potensi kecerdasan sekaligus menghadapi iblis, godaan kenikmatan dunia dan daging, serta ego - itulah ujian iman, hikmat dan moralitasnya.

 

 

 

Menurut Yohanes Calvin, sorga bukanlah "tempat", melainkan sebuah "keadaan pikiran" (states of mind), dan ini seturut pemikiran bahwa kerajaan sorga itu sudah ada di bumi. Allah jelas menempatkan Adam dan Hawa di Taman Eden dan masih bisa ditelusuri lokasinya di bumi, diperkirakan di wilayah Irak. Yesus juga berkata pertama kali, bahwa “Kerajaan sorga sudah dekat” (Mat. 4:17). Kemudian dilanjutkan-Nya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Mat. 21:31). Alkitab juga menegaskan, “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17).

 

 

 

Terang diciptakan karena terang itu penting untuk melihat segala sesuatu lebih baik dan jelas. Allah hadir melalui Terang, melambangkan kebaikan dan keindahan kehidupan, sekaligus memisahkannya dengan kegelapan. Dengan terang, kita tahu akan kehadiran dan kekuasaan-Nya, melihat pengharapan dan kehendak Allah.

 

 

 

Adanya kegelapan berupa malam, sebagaimana di tengah kebaikan selalu saja ada kejahatan. Bagai orang menanam padi, selalu ada ilalang, namun mereka yang menanam ilalang tidak akan pernah mendapatkan padi; mereka yang menanam kejahatan tidak akan pernah mendapatkan kebaikan.

 

 

 

Dalam menjalani kehidupan di bumi, manusia diperlengkapi dengan Terang yakni Yesus, yang dalam hidup-Nya terang itu bersinar, memberi kita teladan, hikmat dan kuasa-Nya.

 

 

 

Hanya dengan Terang Tuhan Yesus kita dapat menjauhkan diri dari segala kejahatan dan kegelapan. “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan” (1Tes. 5:21-22). Berjalan dengan Terang Yesus, sungguh akan menyenangkan hati-Nya. Sudahkan Terang itu berkuasa dalam hati kita?

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 TEGUH DALAM BAPTISAN (Luke 3:15-17, 21-22)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 43:1-7; Kis 8:14-17

 

 

Pendahuluan

 

Minggu ini kita memperingati pembaptisan Tuhan Yesus di Sungai Yordan. Saat itu Yohanes Pembaptis masih terus berusaha untuk membawa umat Israel kembali ke jalan Allah dengan meneriakkan agar mereka bertobat dan tidak menjadi keturunan ular beludak. Pertanyaan di benak umat Yahudi pada saat itu adalah: apakah Yohanes ini sebagai Mesias yang dinanti-nantikan oleh umat itu? Mereka merindukan Mesias untuk dapat memimpin pembebasan dari penjajah bangsa Romawi.

 

 

 

Yohanes menyatakan sebagai tanda pertobatan mereka perlu dibaptis. Dalam tradisi Yahudi, seseorang penyembah berhala atau orang bukan Yahudi, sebelum resmi masuk sebagai pemeluk agama Yahudi terlebih dahulu dilakukan prosesi, seperti mempersembahkan korban, disunat dan kemudian dibaptis. Baptisan ini yang disebut sebagai baptisan proselit. Prosesi ini didahului oleh pembersihan tubuh termasuk potong kuku dan potong rambut dan kemudian setelah bajunya dibuka ditenggelamkan ke dalam air sebagai tanda baptisan. Ketika di dalam air sebelum ditenggelamkan, ia terlebih dahulu mengucapkan pengakuan iman Yahudi dihadapan wali baptisan. Kemudian dia diberi nasihat-nasihat, dinaikkan doa syukur serta Rabi mengikrarkan bahwa ia kembali menjadi bayi dan manusia baru, serta dosa-dosa lamanya dihapuskan. Pandangan ini juga berdasarkan Allah tidak mungkin menghukum dosa yang dilakukan sebelum lahir. Jadi bagi orang Yahudi, seseorang yang dibaptis dalam ritual Yahudi adalah bayi dan manusia baru.

 

 

 

Nats minggu ini tentang pembaptisan Tuhan Yesus memberi arahan kepada kita beberapa hal, sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Kerendahan hati

 

Pembaptisan Tuhan Yesus terjadi bukan karena Ia berasal dari penyembah berhala atau bukan keturunan Yahudi. Yesus dengan sukarela datang untuk ikut dibaptis oleh Yohanes karena itu merupakan penggenapan kehendak Allah dan Yesus memperlihatkan diriNya dengan rendah hati. Yesus melakukan itu sebelum masuk ke dalam tahapan pelayanan besarNya. Ini sangat penting diteladani agar kita tetap rendah hati di hadapan semua orang.

 

 

 

Kerendahan hati ini pula yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis, sebab ia tidak mengaku sebagai Mesias, melainkan diakuinya “Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Sikap ini perlu kita teladani dengan tidak menempatkan pribadi kita di depan dan membuat Yesus justru sebagai backing. Pengakuan Yohanes bahwa membuka tali kasutNya pun tidak layak, merupakan cermin sikap bahwa sesungguhnya banyak di antara kita tidak layak untuk datang kepadaNya.

 

 

 

Tetapi Yesus adalah Allah kita yang Maha baik. Ia selalu dan terus menerus membuka pintu bagi kita untuk merendahkan diri kita dan datang kepadaNya untuk mohon pengampunan dan penebusan segala dosa-dosa yang kita lakukan. Melalui bilur-bilur darahNya, dosa kita akan dibersihkan dan kita akan menjadi seputih salju.

 

 

 

Kedua: Baptisan pengganti sunat

 

Hal kedua Yesus perlu dibaptis adalah karena Yesus ingin memperlihatkan aturan sunat sebagai tanda perjanjian atau meterai persekutuan dengan Allah yang diberikan kepada Abraham sudah tidak berlaku lagi (Kej 17:1-12). Pada ayat 8 Yohanes mengatakan bahwa menjadi keturunan Abraham bukan lagi menjadi jaminan keselamatan bagi mereka. Orang Yahudi jelas terkejut mendengar ini. Selama ini mereka berfikir bahwa mereka adalah “bangsa” pilihan Allah sehingga secara otomatis akan menjadi bangsa yang dikasihi Allah. Tetapi Yohanes menekankan bahwa sebenarnya garis keturunan tidak merupakan jaminan, sebab setiap orang datang secara sendiri-sendiri kepada Allah dan membuat komitmen sendiri terhadap Allah.

 

 

 

Yohanes dan Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa baptisan merupakan tanda persekutuan yang baru dengan Allah untuk menjadi umat Allah, bahkan kedudukan baptisan lebih tinggi daripada sunat karena baptisan bagi orang percaya harus disertai dengan sunat hati (Kol 2:11-12; Rm 2:28; 1Kor 7:18). Baptisan merupakan tanda dan meterai janji Allah akan pengampunan dosa, yakni kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-5).

 

 

 

Baptisan berarti menjadi milik Kristus, karena kita semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus (Gal 3:27). Hidup kita merupakan milik Kristus dan semua arah dan tujuan hidup kita adalah untuk Kristus.

 

 

 

Ketiga: Baptisan sebagai perintah Tuhan Yesus

 

Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga meninggalkan amanat penting yakni menjadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19). Dengan demikian baptisan adalah perintah untuk dilakukan bagi semua orang yang sudah percaya, bertobat dan bersedia dirinya dibaptis dalam nama Allah, Anak dan Roh Kudus.

 

 

 

Tetapi baptisan bukanlah jaminan, sebab jaminan adalah iman, iman yang membuahkan perbuatan. Hal ini tampak pada kisah Simon yang baru saja dibaptis, namun karena ia tidak taat dan ingin mempergunakan hak yang bukan miliknya akhirnya ditegur juga (Kis 8:9-24). Jadi hal yang penting dari baptisan (sama seperti sunat) adalah tuntutan hidup agar selalu tidak bercela, melainkan terus menerus berkenan kepada Tuhan.

 

 

 

Keempat: Baptisan percik sama dengan selam

 

Seringkali orang bertanya, baptisan mana yang benar: percik atau selam. Jawaban kita adalah keduanya adalah benar sepanjang semua dilakukan dengan kerendahan hati dan didukung oleh iman. Hal yang terpenting selain iman dalam baptisan adalah adanya “subjeck” yakni membaptis (Pendeta atau hamba Tuhan), dan adanya “object” yakni orang percaya yang akan dibaptis. Kedua, baptisan dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Yang menyelamatkan bukan baptisannya, bukan pembaptisnya, melainkan iman yang menyertai pembatisan itu. Maka kalau baptisan dilakukan terhadap bayi atau anak kecil, maka iman orangtuanya yang menjadi dasar pembaptisan.

 

 

 

Bagi yang mempersoalkan bahwa pertobatan atau harus dimuridkan terlebih dahulu baru boleh dibaptis (selam), hal itu berarti mengingkari adanya anugerah Allah yang merupakan hak proregatif Allah. Allah juga berjanji bagi setiap orang percaya akan diselamatkan bersama dengan keluarganya (Kis 16:15-33). Perihal ayat 16 tentang baptisan air, roh dan api, maka baptisan air (percik atau selam) sering ditafsirkan sebagai unsur atau tanda pembaptisan itu yang dilakukan oleh manusia (pembaptis), namun baptisan Roh ditafsirkan bahwa Roh Kudus bekerja dalam pembatisan itu, dan baptisan Api merupakan symbol penyucian dan pengudusan atas proses baptisan itu. Kedua hal terakhir hanya dapat dilakukan oleh Tuhan Yesus dan Roh Kudus sendiri.

 

 

 

Oleh karena itu seyogianya tidak perlu dilakukan baptisan ulang terhadap seseorang apabila ia berpindah gereja. Penyangkalan baptisan percik sebagai bukan baptisan yang benar merupakan penyangkalan Allah yang bekerja secara Roh melalui hamba Tuhan dan iman orang tua dari anak tersebut pada waktu dibaptis. Hal ini dapat dikatagorikan sebagai dosa.

 

 

 

Penutup

 

Firman Tuhan kali ini memberi kita arahan hidup bagaimana kita harus merendahkan diri khususnya dalam menghadapi pembaptisan. Baptisan merupakan hal yang sejajar dengan sunat meski baptisan memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena adanya sunat hati. Baptisan juga merupakan perintah Tuhan Yesus bagi kita semua orang percaya, termasuk kepada semua anggota keluarga, meski mereka belum “mengerti dan percaya”. Tidak perlu dipermasalahkan baptisan percik atau selam, tetapi unsur yang terpenting adalah iman dan dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pernyataan bahwa baptisan seseorang tidak sah, hal itu dapat membawa kepada kesombongan rohani dan berakibat menjadi dosa.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 BERHARGA DAN MULIA (Yes. 43:1-7)

 

 “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku… Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yes. 43:1b, 4)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita hari ini, di Minggu I setelah Epifani dan sekaligus minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus, diambil dari Yes. 43:1-7. Judul perikopnya: Allah adalah satu-satunya penebus. Sebuah pesan yang kuat dan indah di awal tahun, bagi kita saat memasuki tahun yang baru ini; tahun yang masih penuh dengan ketidakpastian, baik pandeminya maupun pulihnya ekonomi yang telah menyusahkan banyak orang.

 

 

 

Nas minggu ini bercerita tentang kelepasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Sungguh berat penderitaan mereka setelah runtuhnya Kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka dibuang ke negeri lain. Bait Suci Allah telah dirobohkan. Situasi yang membuat putus asa. Tetapi, Allah mempunyai rencana dan bekerja atas semua itu. Bangsa Israel sebelumnya telah diingatkan oleh nabi-nabi untuk kembali ke jalan Allah, jangan melenceng menjauh. Tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya sehingga hukuman pembuangan pun terjadi.

 

 

 

Segelap dan seterjal apa pun jalan di depan, hidup harus dijalani dan lebih bagus jika banyak diisi dengan berita pengharapan. Oleh karena itu, misalnya, pada saat puncak pandemi yang lalu, disarankan agar tidak terlalu sering memposting atau membaca kisah-kisah dan bahaya yang terdampak Covid. Itu sama saja dengan sering menonton film horror, pikiran akan penuh dengan hantu ketakutan yang membuat diri sendiri tidak nyaman. Dalam menghadapi pandemi, ikuti saja prinsip utamanya yakni taat prokes 5M, ditambah menjaga makanan sehat dan vitamin. Jadi tidak harus mengurung diri di rumah.

 

 

 

Untuk dapat bersikap positif dalam situasi yang buruk, kunci utamanya adalah jangan merasa sendirian menghadapinya. Hidup tidak selalu bisa dikalkulasi dengan pikiran. Itulah gunanya hidup dalam iman. Iman bekerja dengan hati. Ada jalan dan kuasa yang tidak masuk dalam pikiran, yang bekerja sehingga situasi buruk berubah menjadi sebaliknya. Dalam peristiwa pembuangan bangsa Israel, Allah bekerja yang membuat situasi membalik, menggerakkan Raja Koresh dan memberi izin mereka pulang dan membangun kembali bait yang telah runtuh (2Taw. 36:22).

 

 

 

Menjalani tahun 2022 yang baru ini kita pun demikian. Firman-Nya menjanjikan semua akan baik-baik saja. “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau” (ay. 2).  Kini kepada kita yang telah ditebus-Nya, seberapa berharga kita menilai hidup kita di tengah situasi yang Allah berikan? Janganlah ragu dan takut membuat tantangan di 2023, tahun ini dengan menyatakan resolusi impian. Susunlah keinginan hidup yang berarti bagi keluarga, Tuhan dan sesama. Pasti ada banyak peluang dan kesempatan. Jadi semua kembali kepada kita, ingin kehidupan seperti apa yang kita akan jalani.

 

 

 

Pesan utama nas minggu ini, kasih Allah selalu mengalahkan segalanya. Kadang perlu melewati badai, dihukum, tetapi hati-Nya tetap berbalik berlimpah kasih. Sama seperti anak kita yang “tidak taat”, kadang harus "menghukumnya". Tetapi ketika mereka memperlihatkan penyesalan dan kesedihan hati, hati kita orangtua berbalik. Allah Bapa kita telah menyatakan kita berharga di mata-Nya dan mulia, mari kita respon kasih-Nya itu dengan menilai diri kita sungguh berharga, dan siap melakukan kehendak-Nya; maka berkat-berkat pun mengalir ke semua sisi kehidupan (ay. 5-7).

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 TUMPANG TANGAN (Kis. 8:14-17)

 

 

Minggu I setelah Epifani adalah Minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan yang menjadi renungan kita diambil dari Kis 8:14-17. Nas ini berbicara tentang kisah tanah Samaria yang telah menerima firman Allah, tetapi Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka. Padahal, dua rasul yakni Petrus dan Yohanes telah berdoa bagi mereka supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Mereka bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kedua rasul menumpangkan tangan di atas orang-orang Samaria, lalu mereka menerima Roh Kudus (ayat 14-17).

 

 

 

Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus ada tumpang tangan? Apakah dengan doa saja tidak cukup untuk mendapatkan kuasa sehingga Roh Kudus berdiam dan bekerja pada seseorang?

 

 

 

Tumpang tangan sudah berlaku sejak zaman PL. Itu dilakukan oleh para imam dalam pelbagai upacara khususnya untuk berdoa (1Raj. 8:54), dan memohon berkat Tuhan (Im. 9:22; Luk. 24:50). Tetapi orang tua terhadap anaknya juga sering tumpang tangan, seperti ketika Yakub memberkati anak-cucunya (Kej. 48:8-20). Tuhan Yesus juga melakukan penumpangan tangan ketika memberkati anak-anak yang dibawa kepada-Nya (Mrk. 10:16; Mat. 19:13-15) dan kepada orang sakit (Mrk. 5:23; Mat. 9:18; Luk. 4:40).

 

 

 

Kita juga sering melihat penumpangan tangan dalam peneguhan panitia dan pejabat gerejawi. Ini sama dengan Musa yang menumpangkan tangannya saat Yosua diteguhkan sebagai penggantinya (Bil. 27:18-23; Ul. 34:9, band. 2Tim. 1:6).

 

 

 

Maka terlihat bahwa fungsi dan makna penumpangan tangan sangat penting sejak dahulu, dan merupakan simbol adanya kuasa dan berkat rohani yang turun dari Allah kepada orang yang ditumpang tangan (band. Mrk. 5:30).

 

 

 

Tujuan dari semua itu yakni Roh Kudus berdiam dan bekerja dalam diri orang tersebut. Maka kita yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus oleh hamba Tuhan, perlu mengingat dan memahaminya dengan baik. Tidak ada yang dapat memindahkan atau menghalau kuasa yang telah diberikan. Terlebih bagi para pengerja gereja atau organisasi yang menyatakan dirinya Kristiani dan melakukan tumpang tangan, maka buah-buah karya Roh Kudus harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Bila itu tidak terlihat maka kuasa Roh Kudus yang diberikan melalui tumpang tangan menjadi sia-sia.

 

 

Orang yang hidup oleh Roh Kudus mestinya tidak suam-suam kuku; tidak terlihat semangat dan kuasa yang bekerja dalam dirinya. Ini teguran kepada orang-orang Kristen di Laodikia yang tidak panas dan tidak dingin (Why. 3:14-22). Mereka tidak menjadi sumber berkat dan kesegaran bagi orang lain; tidak menjadi pendorong semangat, sukacita, dan pengharapan bagi sesama. Allah sangat tidak menyukainya. Maka tetaplah bersemangat dan terus berbuah, sebab Roh Allah berdiam dan bekerja dalam diri kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Minggu 5 Januari 2025

Kabar dari Bukit

 

 KEKAYAAN DI DALAM YESUS (Ef. 1:3-14)

 

 ”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef. 1:14)

 

 

 

Semua orang ingin hidup dalam kekayaan, termasuk materi. Memang ada ungkapan: uang bukanlah segala-galanya, tapi tanpa uang, akan susah segala-galanya. Namun uang/harta tidak dapat membeli keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan sejati; bahkan akan menyirami "cinta uang akar segala kejahatan" dan berujung maut (1Tim. 6:10; Rm. 6:23a).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14; sebuah pujian syukur yang dalam bahasa aslinya (Yunani) berupa puisi kalimat panjang, tanpa koma. Judul perikopnya: Kekayaan orang-orang yang terpilih. Ada enam kekayaan besar yang diterima dari Allah Bapa, bila kita "Di dalam Dia", Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan pertama, "Di dalam Dia" kita telah dipilih sebagai milik-Nya; mengenal diri sendiri. Yesus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Juga tertulis, iman adalah pemberian, karunia rohani, bukan atas dasar pikiran dan kehebatan manusia (1Kor. 12:9; Rm. 12:3). Tentang kita dipilih sebelum dunia dijadikan (predestinasi), memang masih misteri, sebab konsep ini bisa bersifat pribadi, kelompok atau bangsa, misalnya, bangsa Israel; dan semua kelak akan dibukakan. Dipilih tentunya untuk dikhususkan, kudus, dan tak bercacat di hadapan-Nya (ay. 4-5).

 

 

 

Kedua, "Di dalam Dia" kita ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ay. 6). Firman-Nya menyatakan, "semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yoh. 1:12). Menjadi anak-anak Allah dilakukan dengan prinsip adopsi, diambil dan diangkat sebagai manusia baru di dalam Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan ketiga, "Di dalam Dia" dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa (ay. 7; 1Pet. 1:18-19). Penegasan lain, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus,.. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1Kor. 1:30). "Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr. 10:10).

 

 

 

Keempat, "Di dalam Dia" kita masuk persiapan dalam kegenapan yaitu dipersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi (ay. 10). Di bumi kita dipersatukan dalam gereja-Nya dan di sorga kita dipersatukan dalam persekutuan yang Am/universal dengan Kristus sebagai Kepala (Luk. 13:29; Why. 19:6-9).

 

Kelima, "Di dalam Dia" kita "mendapat bagian yang dijanjikan – yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah..., menurut keputusan kehendak-Nya" (ay. 11-12). Artinya, kita tidak dapat menuntut upah atau pahala, sebab semua adalah anugerah, bukan hasil usaha kita (Ef. 2:8-9).

 

 

 

Terakhir, "Di dalam Dia" kita diperlengkapi dan dikuatkan dengan Alkitab firman kebenaran - yaitu Injil keselamatan, yang menuntun kita menjalani kehidupan (ay. 13; 2Tim. 3:16). Selanjutnya kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, Roh Allah yang hidup menyertai kita. Dengan setia membaca firman-Nya dan teguh percaya, maka Roh Kudus menjadi jaminannya (ay. 14).

 

 

Oleh karena itu Alkitab berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi, ngengat dan karat merusakkannya" dan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:19, 33). Semoga di tahun yang baru ini kita lebih kaya di dalam Dia.

 Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 17 guests and no members online

Statistik Pengunjung

11597702
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2007
2870
16275
11315195
21359
1949916
11597702

IP Anda: 162.158.163.223
2025-02-05 14:38

Login Form