2025
2025
Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
Khotbah Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
YESUS DITOLAK ORANG YAHUDI (Yoh. 10:22-30)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis. 9:36-43; Mzm. 23; Why. 7:9-17
Pendahuluan
Dalam minggu ini kita diberi firman yang menceritakan saat Tuhan Yesus mulai dipertanyakan siapa Dia dan keberadaan-Nya. Beberapa waktu sebelumnya sebenarnya Ia sudah memperkenalkan diri-Nya kepada perempuan Samaria bahwa Ia adalah Mesias (Yoh 4:26). Dalam kesempatan lain Ia menyatakan diri-Nya bukan dari dunia ini melainkan dari Atas dan Dia adalah Allah (Yoh 8:12-29); kemudian dalam percakapan tentang anak yang buta Ia menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh 9:37). Akan tetapi orang-orang Yahudi belum yakin, sehingga tatkala saat hari raya Pentahbisan Bait Allah, mereka bertanya lagi tentang siapakah Dia sebenarnya.
Hari Raya Pentahbisan bermula dari zaman Yudas Makabeus di tahun 164 SM melakukan pentahiran dan pengudusan kembali Bait Allah, setelah sebelumnya Bait Allah diperlakukan dengan najis oleh Raja Syria yakni Antiochus Ephipanes dengan mengorbankan hewan babi di altar Bait Allah tersebut sebagai persembahan kepada dewa-dewa kafir. Bagi umat Yahudi, babi adalah hewan yang haram. Antiochus juga melakukan penghinaan dengan memakai ruangan-ruangan di Bait Allah tersebut sebagai tempat asusila. Yudas Makabeus kemudian bangkit dan mengusir Antiochus dan menahbiskan kembali Bait Allah tersebut. Inilah peringatan pentahbisan yang dilakukan dan masih dilakukan oleh umat Yahudi yang disebut sebagai hari raya Hanukah atau hari raya Terang.
Dari pertanyaan dan percakapan Tuhan Yesus dengan orang Yahudi di serambi Salomo Bait Allah itu kita diberi cahaya sorgawi sebagai berikut.
Pertama: mereka sudah mendengar dan melihat (ayat 24-25)
Meski beberapa orang Yahudi telah menjadi murid-Nya dan ada banyak orang yang terus mengikuti-Nya, rupanya banyak orang masih belum begitu yakin sehingga mereka terus mempertanyakan siapakah Dia sebenarnya. Memang yang bertanya ini mungkin mempunyai dua maksud, apakah betul-betul murni ingin mendapat kepastian tentang Dia adalah Mesias, dan menjadikan-Nya Raja yang Diurapi untuk memimpin umat Yahudi bagi pembebasan dari penjajahan Romawi. Kesengsaraan dan ketidakadilan pada umat Yahudi di masa itu membuat mereka menunggu-nunggu datangnya Mesias untuk memimpin perlawanan seperti Yudas Makabeas membebaskan mereka dari raja Syria. Tetapi pertanyaan orang Yahudi itu juga bisa menjebak-Nya sebagai alasan untuk melempari-Nya dan membawa Dia ke pengadilan agama Yahudi, karena dianggap menghujat Allah (band. Yoh. 8:13). Inilah yang diperhitungkan Yesus, sehingga Ia menjawab secara diplomatis, membalikkan pertanyaan kepada mereka. Ini strategi yang jitu dan pantas diteladani dalam menghadapi orang yang ingin menjebak kita.
Sebenarnya Tuhan Yesus sudah menyatakan diri-Nya berulang kali sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan. Ia juga sudah menjelaskan makna dari ke-Mesias-an dan Anak Allah dalam percakapan sebelumnya, sehingga Yesus mengatakan kepada mereka: kamu telah mendengar! Bahkan Ia telah memperlihatkan pekerjaan kuasa Ilahi-Nya melalui berbagai mukjizat yang dilakukan, seperti merubah air menjadi anggur (Yoh. 2:1-11), penyembuhan beberapa orang sakit (Yoh 4 dan 5), memberi makan 5000 orang hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan (Yoh. 6:1-14), dan Ia berjalan di atas air (Yoh 6:16-21). Hal ini juga yang membuat Tuhan Yesus berkata kepada mereka: kamu telah melihat apa yang Kukerjakan! Tetapi mereka tetap tidak percaya.
Dalam percakapan sebelumnya dengan orang Farisi, Tuhan Yesus telah mengingatkan bahwa mereka yang sudah melihat kuasa Allah tetapi tidak percaya, maka mereka berdosa (Yoh 9:40-41). Yesus menekankan bahwa orang Farisi itu telah melihat karya Allah melalui anak yang lahir buta dicelikkan oleh Yesus, tetapi mereka tidak percaya, sehingga Tuhan Yesus kemudian berkata mereka berdosa.
Dalam kaitan inilah Tuhan Yesus juga ingin mengingatkan kita bahwa katika bertanya tentang ke-Allah-an Yesus untuk motivasi yang kurang baik, misalnya untuk memperlihatkan kehebatan, kesombongan, bahkan niat melecehkan, itu sangat tidak baik. Bertanya bukanlah sebuah dosa. Kalau seandainya kita bertanya dengan motivasi yang benar, untuk mengetahui kuasa dan wujud penyertaan-Nya dalam hidup kita, maka Yesus akan memberikan jawaban-Nya. Roh Kudus akan bekerja. Inilah inti pesan pertama kepada kita, agar kita yang sudah melihat dan mendengar hendaklah terus percaya dan mengikut Dia; dan kalau masih ada keraguan, teruslah bertanya dan mencari hingga Dia berkenan memberi jawaban.
Kedua: menjadi domba dan kemudian percaya (ayat 26-27)
Dalam ayat 26 Tuhan Yesus menyatakan mereka bukanlah domba-domba-Nya. Dengan demikian, di sini muncul dua interpretasi, yakni: pertama, apakah pernyataan Tuhan Yesus itu merupakan reaksi atas pertanyaan orang Yahudi yang hadir saat itu, sehingga Yesus menyimpulkan pada dasarnya mereka bukanlah domba-domba-Nya; atau pada awalnya Tuhan Yesus sudah tahu bahwa umat Israel pada umumnya akan menolak Dia sehingga mereka bukanlah domba-domba-Nya. Kesimpulan Tuhan Yesus tersebut bisa berangkat dari dua pertanyaan dasar, yakni apakah mereka (dan semua orang) sudah “ditetapkan” dari “sononya” menjadi domba-domba Yesus, atau menjadi domba Kristus setelah ada respon pertobatan dari firman atau panggilan yang diberikan. Dalam hal ini kita akan masuk dalam diskusi predestinasi.
Dalam pandangan predestinasi (yang dicetuskan oleh John Calvin), seseorang itu sejak semula sudah ditetapkan menjadi domba-domba Tuhan Yesus. Ucapan Yesus, "tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku" (ayat 26) dapat diartikan bahwa Yesus sudah mengetahui mereka ini tidak akan percaya dan tidak ada gunanya untuk menjelaskan lebih lanjut. Predestinasi adalah kedaulatan Allah yang kekal dan penetapan di dalam diri-Nya apa yang akan terjadi dalam sejarah dunia, bangsa-bangsa dan bagi setiap orang. Dalam lingkup kecil misalnya pribadi lepas pribadi, keselamatan dan kehidupan kekal telah ditetapkan sebelumnya bagi sebagian orang, dan penghukuman kekal bagi sebagian orang lain. Hal ini berarti seseorang percaya dan mengikut Dia itu sudah ditetapkan sejak semula. Dalam kaitan ini, keselamatan yang sudah ditetapkan bagi seseorang tidak bisa hilang, sebab ada pemeliharaan Allah bagi mereka.
Pandangan lain menyebutkan bahwa seseorang menjadi domba atau pengikut Tuhan Yesus adalah hasil respon orang tersebut terhadap panggilan dari Tuhan. Panggilan ini dapat dilakukan secara langsung melalui pendengaran (Rm 10:17) baik yang audible maupun yang unaudible, tetapi ada juga yang melalui bantuan perlu ada penglihatan atau mukjizat. Apabila ia merespon panggilan atau penglihatan itu, maka ia menjadi percaya dan pengikut. Sepanjang ia bisa menjaga keselamatan yang diberikan, maka ia akan tetap selamat. Tetapi apabila ia tidak dapat memelihara iman dan ketaatannya, maka ia tidak akan selamat. Oleh karena itu, dalam pandangan ini keselamatan dapat hilang. Pendangan ini dianut oleh Armenian dan cukup banyak pengikutnya sampai saat ini.
Pandangan Predestinasi oleh Calvinis dan Armenian merupakan pandangan yang dominan dalam kaitan dengan panggilan dan keselamatan. Kedua pandangan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan masing-masing memberikan argumentasi sebagaimana disebutkan di atas. Tetapi ini tentu merupakan pandangan yang tidak perlu dipertentangkan lebih jauh dalam penjelasan firman minggu ini, sebab bagi kita yang penting adalah: apakah sudah ada panggilan dan iman itu kepada kita untuk menjadi domba-domba-Nya? Apakah kita sudah mendengar tentang Yesus dan keselamatan itu, dan apakah kita sudah melihat kuasa dan karya Tuhan Yesus dalam hidup kita maupun dalam hidup orang lain? Dalam hal ini, tidak perlu kita pertanyakan, misalnya, kita ini menjadi Kristen karena pertobatan atau karena keturunan. Tetapi yang utama adalah, kita sudah mengenal Dia dan suara-Nya, mengikuti Dia, dan berinteraksi dengan Dia, sebagaimana domba yang baik selalu berinteraksi dengan Gembala yang penuh kasih. Mendengar suara-Nya atau melihat karya pekerjaan-Nya adalah merupakan langkah permulaan yang akan bertumbuh dan bertambah-tambah menjadi iman yang kokoh.
Ketiga: Domba yang taat akan masuk dalam keselamatan (ayat 28-29)
Ucapan Yesus sangat lugas pada ayat 28-29 dalam konteks keselamatan ini, dengan berkata, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa." Alangkah indahnya pernyataan Tuhan kita itu.
Pernyataan ini sangat tegas dan mengandung beberapa hal yang penting. Pertama, kita domba-domba-Nya akan diberi kehidupan kekal; Kedua, kita tidak akan binasa dalam arti tidak akan kalah dari siapa pun yang menjadi lawan kita termasuk maut dan kematian sekalipun; dan ketiga, tidak ada satupun yang mampu merebut kita dari kasih Tuhan Yesus. Dalam mendukung pernyataan itu, dasarnya sangat kuat dan logis diberikan Tuhan Yesus: karena kita diberikan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus untuk menjadi anak-anak-Nya. Janji indah inilah yang membuat kita domba-domba-Nya tidak akan dipisahkan dari Gembala Agung, bahkan mustahil ada kekuatan yang bisa menarik kita dari pada-Nya (band. Rm. 8:31-39).
Yesus adalah Gembala Baik yang melindungi domba-domba-Nya dari si jahat dan dunia ini. Memang iblis bisa mengganggu tubuh dan sukacita para pengikut-Nya, tetapi iblis tidak akan pernah bisa mengganggu jiwa dan roh dari pengikut yang setia, apalagi sampai mengambilnya dari Tuhan. Sebagaimana dikatakan, tidak ada yang lebih besar dari Allah, tidak ada satu pun kekuasaan yang bisa menandinginya, sebab Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa, dan kuasa-Nya itu telah diberikan kepada Tuhan Yesus.
Banyak tantangan yang akan diberikan oleh iblis (band. 1Pet 5:8), tetapi apabila kita putuskan mengikut Dia dan taat, maka kita akan berada dalam lindungan-Nya selamanya. Dalam pasal 10:11 disebutkan Yesus memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya untuk membuat kita hidup. Bagaimana mungkin, Dia yang sudah berkorban bagi keselamatan kita, mau melepaskan kita pada kekuasaan si iblis.
Hal yang diminta dari kita adalah ketaatan dan terus mendengar untuk mengikuti Dia. Kita harus melihat bahwa anugerah dan kasih-Nya terus menerus berkarya dalam hidup kita, untuk menjadi berkat bagi kita dan sesama. Domba yang meninggalkan gembala dan tidak mau mendengar, menunjukkan bahwa mereka bukanlah domba Kristus (Yoh. 15:1-6).
Keempat: Yesus dan Bapa adalah satu (ayat 30)
Ini adalah pernyataan Tuhan Yesus yang paling gamblang tentang pribadi-Nya dengan mengatakan Dia dan Bapa adalah satu. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya itu untuk mendukung janji yang diberikan-Nya: Ia sama dengan Bapa dalam memelihara domba-domba dan memberikan kehidupan kekal tadi. Jawaban ini juga menghindari perkiraan bahwa Yesus akan dijadikan Mesias politik. Ia tidak menjawab kepada banyak orang: benar, Aku ini Mesias sebab akan berpengharapan salah terhadap diri-Nya.
Pengertian yang dinyatakan Tuhan Yesus bahwa Dia dan Bapa adalah Satu, mengacu kepada konsep Tritunggal yakni Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini dapat dilihat juga pada 1Yoh. 5:7. Dalam pemahaman Allah Tritunggal, Mereka memiliki hakekat yang sama dalam tiga wujud tetapi juga sering disebut dengan tiga peran. Allah Bapa sebagai pencipta, Yesus sebagai Penyelamat, dan Roh Kudus sebagai Penolong, Penyerta, dan Penghibur.
Yesus sebagai Penyelamat dilihat dalam konteks peran yang Dia lakukan ketika diutus untuk datang ke dunia memperdamaikan manusia dengan Allah. Penugasan ini sudah diteguhkan sejak Ia lahir melalui pesan kepada Maria dan Yusuf, demikian juga saat Yesus dibaptis ketika Allah melalui Roh Kudus menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mrk. 1:11; 15:39; band. Mat. 16:16). Kata Yesus sendiri berarti "Yang Menyelamatkan." Kristus sama artinya dengan Mesias dan Almasih, berarti "Yang Diurapi." Zaman dahulu yang diurapi adalah Raja, Nabi dan Imam. Dalam hal inilah Yesus mengambil tiga peran utama itu, yakni Yesus sebagai Raja menyelamatkan dengan kuasa-Nya, Yesus sebagai Nabi menyelamatkan dengan firman yang disampaikan, dan Yesus sebagai Imam menyelamatkan dengan korban persembahan tubuh-Nya. Tidak ada lagi keraguan bahwa Yesus dan Bapa adalah Satu!
Kesimpulan
Minggu ini kita diberikan gambaran bagaimana Tuhan Yesus walaupun sudah menegaskan diri-Nya dan melakukan pekerjaan yang dipenuhi kuasa mukjizat, tetap saja umat Yahudi tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias, Ia adalah Allah, yang mereka tunggu untuk memyelamatkan. Memang perbedaan pemahaman tentang penyelamatan di sini menjadi hal yang utama, sebab bagi umat Yahudi pemahaman mereka Mesias yang ditunggu adalah Mesias politik yang memimpin mereka untuk pembebasan bangsa Yahudi dari penindasan penjajahan Romawi. Sementara bagi Yesus, Dia datang sebagai Mesias yakni Raja yang Diurapi untuk membebaskan mereka dari belenggu dosa dan maut. Kerajaan yang dibangun-Nya adalah kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera, bukan kerajaan politik dan bangsa Israel saja. Inilah yang sebaiknya tidak terjadi pada kita, marilah kita mendengar suara-Nya dan melihat karya-Nya sehingga kita menjadi domba-Nya dan mengikut Dia. Dengan penuh keyakinan bahwa dalam ketaatan kita, Tuhan Yesus sudah menyediakan keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita, kehidupan aman sejahtera yang tidak pernah kalah dari kuasa apapun sudah diberikan-Nya pada kita, sebab Yesus dan Bapa adalah satu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
Khotbah (2) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
GADA DAN TONGKAT (Mzm. 23)
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mzm. 23:4)
Firman Tuhan di Minggu IV Paskah hari ini diambil dari Mzm. 23. Nas ini sangat populer bagi orang Kristen, selain Yoh. 3:16 dari PB. “TUHAN, gembalaku yang baik,” itulah judul perikopnya.
Mazmur ini mengungkapkan keteguhan iman dalam menjalani kehidupan. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,” sebutnya (ayat 1). Bahasa yang sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan iman seperti itu tidak ada lagi keraguan, tanda-tanya, atau kebingungan yang menguasai hati pikiran. Benar kata firman, iman membuat Tuhan berkenan (Ibr. 11:6; Hab. 2:4).
Keteguhan iman selalu berbuahkan perasaan damai sejahtera, sukacita, kepuasan dan kepenuhan. Bayangan ketenangan pun muncul di dalam pikiran, “Tuhan membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (ayat 2-3a). Bagi seorang yang menggembalakan domba di padang-padang tandus di Israel, gambaran ini sangat indah dan sungguh menyejukkan.
Tuhan tentu tidak menjanjikan perjalanan hidup semuanya indah, tanpa gelombang. Kadang ada badai, melewati lembah kekelaman dalam istilah nas ini - yang dalam tafsiran lain disebut sebagai lembah bayang-bayang maut termasuk menghadapi kematian. Tetapi ada keyakinan pemazmur bahwa Tuhan menuntun, berjalan beserta kita di jalan yang benar sehingga kita pun tidak takut bahaya (ayat 4a).
Gelombang kehidupan adalah kasih sayang Tuhan untuk mendisiplinkan kita sebagai kepunyaan-Nya dengan memakai gada dan tongkat, yang dilihat pemazmur sebagai alat pertolongan dan menghibur (ayat 4b). Gada adalah pemukul pendek yang dipakai gembala sebagai alat pertahanan dan pendisiplinan domba. Tongkat adalah simbol pertolongan yang melengkung di ujungnya, untuk menarik leher domba ke jalan yang benar. Gada dan tongkat sekaligus simbol kuasa dan kekuasaan Tuhan (Kej. 49:10; Ayub 9:34). Hal yang menarik, gada terlebih dahulu disebut, baru tongkat. Oleh karena itu untuk memperoleh pertolongan Tuhan, kita perlu disiplin dan taat dalam kuasa dan penggembalaan-Nya.
Alkitab menjelaskan bahwa kekelaman atau bayang-bayang maut terjadi ketika kita jatuh, dalam pergumulan berupa sakit yang berat, kondisi ekonomi yang sulit, anak/keluarga yang bermasalah serius, ribut dengan orang lain, dan bentuk lainnya. Situasi ini sering mendorong iblis membujuk kita agar kecewa terhadap Tuhan. Tetapi pemazmur mengatakan, ia tidak pernah ditinggalkan dan berkekurangan. ”Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah” (ayat 5). Sebuah penegasan kembali, sebab Tuhan berkenan dan memenuhi semua kebutuhan - bukan keinginan ya, ketika kita dalam lembah kelam itu termasuk menghadapi musuh. Piala dalam nas ini menggambarkan batu besar yang berlubang, tempat minum domba-domba. Gembala yang baik memang menyediakan segala keperluan dombanya.
Puncak kerinduan setiap orang percaya adalah hidupnya selamat, di dunia ini dengan penuh berkat hikmat dan keperluan tubuh dan jiwa; selamat juga kelak di akhirat bertemu Tuhan dan orang-orang yang dikasihi. Membayangkan hal itulah pemazmur mengungkapkan di ayat terakhir, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Adakah sukacita hidup yang melebihi semua itu? Saya kira, tidak ada. Ya, ayo jalani hidup kita ini tidak hanya mengandalkan pikiran, tetapi mengikuti Penuntun yang hidup, Gembala yang Baik. Itulah Yesus Tuhan yang berkata: “Akulah Gembala yang baik....” (Yoh. 10:14).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Kabar dari Bukit, Minggu 4 Mei 2025
Kabar dari Bukit
JANGAN BERGUMUL SENDIRIAN (Yoh. 21:1-14)
“Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati” (Yoh 21:14)
Manusia memiliki kemampuan luar biasa, baik fisik, pikiran, maupun jiwanya. Tentunya setelah melewati didikan dan latihan yang panjang; itulah yang membuat manusia semakin siap. Untuk itu boleh saja ada mengkatagorikan manusia berdasar kemampuan: kurang, biasa, tinggi, dan super. Namun ada saatnya tantangan tidak dapat diatasi. Seiring usaha, muncul temuan dan jawabannya sehingga masalah yang dulu berat, kini ada penyelesaiannya. Sayangnya, permasalahan baru muncul lagi; hidup bagaikan putaran spiral tanpa ujung.
Firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yoh. 21:1-14. Nas ini menceritakan penampakan ketiga Kristus setelah kebangkitan-Nya, di hadapan tujuh murid yang sedang mencari ikan di danau Tiberias. Yesus kembali memperlihatkan mukjizat meneguhkan kuasa-Nya, saat murid-murid sedang menjala tapi tidak mendapat ikan. Namun dengan mengikuti perintah Yesus, mereka mendapatkan banyak ikan, jalanya tidak koyak dan jumlah ikan yang ditangkap tepat (ay. 6-11).
Hal kedua dari nas ini menegaskan bahwa pasca kematian-Nya, Yesus memiliki dua jenis tubuh, yakni tubuh rohani dan kemuliaan, seperti saat pertama bangkit bertemu Maria hingga terakhir Ia naik ke sorga. Tubuh kedua sama seperti kita, daging dengan kebutuhannya termasuk rasa lapar sehingga Yesus meminta ikan hasil tangkapan untuk dipanggang dan dimakan (ay. 5, 12).
Ada pelajaran hidup yang kita dapatkan dari nas ini. Pertama, kerja keras dan cerdas kadang tidak cukup untuk mendapatkan hasil terbaik. Manusia berencana Tuhan yang menetapkan (Ams. 16:9; 19:21; bdk. Luk. 5:5). Penting sekali doa (Ams. 16:1, 3) dan juga ketaatan kepada perintah Allah, sebagaimana Petrus mengikuti perintah untuk menebar jala ke sebelah kanan perahu (ay. 6).
Hal kedua, jangan terjebak pada situasi sulit. Sejak kematian Yesus, para murid mengalami "goncangan" jiwa. Namun mereka tidak mau terjebak dalam kesedihan; mereka kembali bekerja sebagaimana semula. Memang ada faktor ketakutan kepada penguasa Romawi, harapan menipis, dan tidak adanya kepastian. Yesus sendiri baru saat pengangkatan-Nya memberi perintah agar mereka terus mengabarkan Injil setelah Roh Kudus dicurahkan penuh, yang membuat mereka kembali bersemangat. Maka itu, manfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan demikian kesedihan hilang sebab badai pasti berlalu.
Ketiga, upayakan selalu bersama-sama orang percaya, seperti murid di nas ini. Perintah Alkitab sangat jelas bahwa kita mesti bersekutu - meski bagi yang tidak sesuai dengan diri kita sebaiknya menjauh (Luk. 9:5; Ams. 13:20). Dalam kebersamaan, akan ada saling peduli, saling menghibur dan membangun (Ibr. 10:25; 1Tes. 5:11).
Keempat, Yesus selalu peduli. Para murid tidak menduga kedatangan-Nya di subuh hari itu. Tapi Yesus tahu permasalahan yang setiap orang percaya hadapi, baik pengharapan maupun pergumulan. Hati Yesus tetap untuk kita, bahkan saat ini di sorga Ia berdoa untuk kita sebagai Pengantara dan Imam Besar (Ibr. 7:25; 9:24), mempersiapkan tempat bagi kita (Yoh. 14:2-3), memerintah sebagai Raja (Ef. 1:20-22), dan menjadi Pembela kita. Oleh karena itu janganlah bergumul sendirian, seolah tidak ada lagi harapan. "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1Pet. 5:7; bdk. Mzm. 37:3). Bahkan, Yesus sering melakukan yang lebih baik dari pada yang kita pikirkan (Ef. 3:20). Ia setia dan penuh kasih.
Selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
Khotbah (3) Minggu IV Paskah - 11 Mei 2025
MATI YANG BERKILAU (Why. 7:9-17)
“Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau
panas terik tidak akan menimpa mereka lagi” (Why. 7:16)
Kita mungkin pernah melihat orang sakit yang menangis meraung-raung saat merasakan sakit yang hebat; atau diberitahu dokter bahwa umurnya tidak panjang lagi. Jika ia masih muda, itu hal yang wajar. Kita juga melihat ada orang yang ketakutannya berlebihan, seperti di tempat sepi dan gelap; takut ada bahaya yang dapat membuatnya mati. Padahal semua manusia tentu akan mati. Ada berumur panjang, ada yang pendek; Tuhan memberi yang terbaik sesuai kehendak-Nya. Nah, kita bertanya: mengapa orang takut mati?
Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita dari Why. 7:9-17. Ini masih kisah lanjutan tentang pesta drama sorgawi minggu lalu, yakni Yesus menjadi Hakim dan disembah semua orang di sorga.
Menurut Neil T. Anderson dalam bukunya Freedom from Fear, empat alasan mengapa orang takut mati, yakni:
1. Takut meninggalkan orang yang dikasihi (suami, anak, orangtua, dll.)
2. Takut yang dikasihi mati (terhadap anak yang terlalu proteksionis)
3. Takut akan proses menuju kematian (lewat sakit berat, berkepanjangan, dll);
4. Takut masuk neraka, dan merasa belum siap;
Hal penting untuk poin 1 dan 2, pakailah waktu yang ada untuk mengasihi mereka. Optimalkan diri mencari nafkah dan menabung. Ajar dan tuntun agar orang-orang yang kita kasihi, semua kuat imannya. Proteksi yang berlebihan, tidaklah mendidik. Latihlah mereka untuk mandiri sejak kecil, itu akan membuat diri mereka kuat. Sama dengan manusia, besi yang ditempa, jelas semakin kuat. Kekhawatiran tidak menolong apapun (Mat. 6:27; 1Kor. 7:32). Dan, jangan tunjukkan iman kita lemah.
Takut mati yang ketiga: proses kematian yang menyakitkan dan lama. Ya, kita tidak tahu bagaimana cara kita akan mati. Untuk itu lebih baik berhati-hati, hidup dengan pola sehat, rajin berolahraga, serta menjaga pikiran dan hati yang bersih. Jika sakit, berdoa dan berobat. Wajar saja jika kita meminta usia panjang dan selalu sehat. Apabila Tuhan memanggil, mohonkan tidak melalui sakit berkepanjangan, tidak menyusahkan keluarga. Itu semua dalam doa dan perilaku, sebatas kapasitas kita manusia; selebihnya ya berserah seturut kehendak Tuhan, dengan tetap meminta pertolongan-Nya.
Takut mati yang keempat: masuk neraka. Nah, ini perlu dilawan dengan iman. Berpeganglah pada firman-Nya: "Barang siapa yang berseru dan percaya akan diselamatkan; tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus” (Rm. 8:1; 10:13). Kristus akan menjadi Pembela kita. Bila takut mati karena dosa-dosa menghantui, ya bertobat, mohon ampunlah…. Kematian adalah sesuatu yang pasti dan pintu bagi kekekalan, a door way to eternity (Why. 1:18).
Bayangkan saja yang terjadi seperti tertulis pada nas minggu ini, jika kita setia. "Mereka (yang mati) tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi…. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka"(Why. 7:16, 17b). Kita sebagai bagian dari orang-orang menang, kelak berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, Yesus, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem, penuh lantunan nyanyian malaikat (ay. 9-11).
Dan itu masih sebagian, sebab firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9). Haleluya. Mari tetap setia kepada Tuhan Yesus, maka saat mati, kita adalah orang mati yang beruntung dan berkilau (Why. 14:13 dan Flp. 1:21).
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan memberkati kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu III Paskah - 4 Mei 2025
Khotbah Minggu III Paskah - 4 Mei 2025
GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBAKU (Yoh 21:15-19)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 9:1-6, (7-20); Mzm 30; Why 5:11-14
Pendahuluan
Nats minggu ini merupakan pasal terakhir dari kitab Yohanes yang menceritakan pelayanan Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga (band. Mat 28:9). Tuhan Yesus sendiri telah memperlihatkan diri-Nya sebanyak sepuluh kali, mulai dari Maria dan wanita lainnya hingga kepada banyak orang ketika Ia naik ke sorga.
Bacaan kita minggu ini tentang percakapan terakhir Yesus dengan Petrus ketika murid-murid sedang mencari ikan di pantai. Petrus memperlihatkan sikap hormat dan kasihnya kepada Yesus, ketika melihat Yesus datang menemuinya, ia lari tergopoh-gopoh sambil mengenakan bajunya untuk menemui Yesus. Dari bacaan ini, kita diberi hikmat dan pelajaran sebagai berikut.
Pertama: pertanyaan pertama kepada Petrus (ayat 15)
Petrus dan murid-murid lainnya kembali menangkap ikan bukan berarti mereka telah melupakan komitmen untuk mengikuti Dia. Kita harus memahami situasi psikologis para murid pada saat itu, sebab mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Yesus bangkit, dan Yesus sendiri sering hadir dengan tubuh kemuliaan-Nya. Kemungkinan besar para murid belum mendapat petunjuk langkah lanjut dan karena itulah mereka pergi mencari ikan sebagaimana profesi sebelumnya, mereka kembali harus mencari nafkah untuk diri mereka dan keluarga.
Setelah Petrus menemui-Nya dan sarapan bersama, Yesus bertanya kepadanya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Pengertian "mereka" dalam pertanyaan Yesus ini dapat mengacu kepada dua hal: Pertama, "mereka" dalam arti "perahu dan ikan hasil tangkapan" yang banyak itu. Dalam hal ini Tuhan Yesus ingin menguji, apakah Petrus lebih mengasihi pekerjaan dengan hasilnya dan harta benda perahu tersebut, dibanding kebersamaan dengan Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih? Kedua, pengertian "mereka" adalah "murid- murid lainnya", yakni apakah Petrus lebih mengasihi teman-teman murid lainnya dibanding dengan Yesus, karena Petrus sudah langsung pergi bersama mereka untuk mencari ikan, sementara Petrus telah meninggalkan itu semua kala bertemu Tuhan Yesus pertama kalinya.
Kalau disimak inti pertanyaan Tuhan Yesus, maka sebenarnya itu adalah pertanyaan untuk kita semua orang percaya: apakah kita mengasihi-Nya? Bagaimana wujud kasih kita itu kepada-Nya? Tidak dapat disangkal, kita sudah menerima anugerah-Nya berupa kehidupan, berkat dan pengampunan, maka sewajarnya kita mengasihi Yesus, dan kasih itu hanya dapat dilihat dari semangat dan wujud pengabdian kepada-Nya (Yoh 14:15; 16:27; Mat 10:37; 1Kor 16:22; Gal 5:6; Ef 6:24; 1Pet 1:8). Mendengar jawaban Petrus bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus berkata: gembalakanlah domba-domba-Ku.
Kedua: pertanyaan kedua kepada Petrus (ayat 16)
Tuhan Yesus bertanya kedua kali, apakah Petrus mengasihi Yesus? Tampaknya Yesus tidak sekedar ingin adanya kasih yang dimiliki oleh Petrus kepada-Nya, melainkan kualitas dan kedalaman dari kasih itu sendiri. Pada pertanyaan pertama dan kedua ini kepada Petrus, Tuhan Yesus menggunakan kata kasih dengan agape. Di sini lebih ditekankan mengenai dasar dari kasih, pengabdian dalam pengertian kehendak dan kesediaan untuk berkorban. Dalam pertanyaan kedua ini, Tuhan Yesus bertanya tentang kasih yang bermuara pada diri Petrus, yakni motivasi apakah untuk kepentingan dan penonjolan pada diri sendiri, sebab ada kasih yang mengharapkan imbalan dan rawan terhadap godaan.
Tuhan Yesus mengetahui isi "kepala" rasul Petrus, sebab pengalaman Yesus, Petrus pernah melontarkan kesombongannya dengan mengatakan, "Biarpun mereka (maksudnya murid-murid lain) semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak" (Mat 26:33). Artinya, Petrus ingin menyombongkan diri dan "mencari pujian" dari Yesus bahwa ia adalah yang terhebat (band. Yoh 13:8 dan Yoh 18:10-11). Padahal, kenyataan tidak lama setelah itu, Petrus malah menyangkal bahwa ia mengenal dan pengikut Tuhan Yesus.
Dengan demikian, Yesus tidak ingin motivasi seperti itu ada pada Petrus. Kasih yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kasih yang siap berkorban, tidak hanya dalam pengertian "melayani", tetapi pengorbanan yang lebih kuat, serta tidak menyangkal dan lari dari tanggungjawab. Dalam hal ini Yesus menekankan kualitas atau tingkatan dari kasih yang lebih dalam, yakni melayani dan berkorban. Kesiapan untuk berkorban dan menghapus kepentingan diri sendiri, merupakan bukti dari kasih yang dimaksud Tuhan Yesus dalam pertanyaan kedua ini. Tuhan Yesus melalui pertanyaannya ingin mengingatkan Petrus, dalam tugas penggembalaan yang dimaksudkan, Petrus harus menempatkan domba-domba sebagai hal yang utama, dan untuk itu Petrus tidak boleh mengandalkan kemampuan diri sendiri, melainkan kuasa dan perintah dari Dia.
Keutamaan dari pelayanan bukanlah pada diri kita dan kehebatannya, melainkan pada domba-domba atau umat percaya yang harus kita gembalakan. Mereka membutuhkan perhatian, perlindungan, pemeliharaan, dan pemberian makanan rohani untuk kepentingan umat gembalaan tadi. Gembala harus siap berkorban bagi domba-domba gembalaannya, sebagaimana Gembala Agung kita Tuhan Yesus, telah berkorban hingga memberikan nyawa-Nya bagi kita domba-domba-Nya. Inilah yang diminta dari Petrus, sehingga Tuhan Yesus kembali mengatakan, "Gembalakanlah domba-domba-Ku". Puji Tuhan, jawaban Petrus juga meyakinkan, "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Ketiga: pertanyaan ketiga kalinya kepada Petrus (ayat 17)
Ternyata, Tuhan Yesus masih bertanya sekali lagi kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama. Kemungkinan besar Tuhan Yesus bertanya tiga kali ada hubungannya dengan penyangkalan Petrus tiga kali, meski hal itu tidak pasti. Hanya kali ini dalam pertanyaannya, Tuhan Yesus mengganti kata mengasihi yang dalam bahasa Yunani lebih "personal", yakni phileo, bukan agape. Phileo lebih berarti kepada kasih sayang dan perhatian dalam persaudaraan. Melalui kata phileo ini Yesus ingin mengetahui bahwa kasih Petrus jangan hanya dari pikiran, kesediaan berkorban, tetapi juga dari hati, kasih yang timbul dari hubungan pribadi. Dalam perkataan lain, pertanyaan Tuhan Yesus sebetulnya menjadi: apakah kamu memang sahabat-Ku?
Tuhan Yesus bertanya tiga kali baik juga kita lihat karena Yesus sudah memiliki misi yang sangat khusus kepada Petrus. Hal ini dimungkinkan karena Tuhan Yesus pernah berkata kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Mat 16:18). Ahli teologi sendiri memang belum sepakat tentang pengertian "batu karang" dalam kalimat Yesus, apakah yang dimaksud dengan batu karang atau kekohohan sebagai batu bangunan, atau batu karang dalam pengertian pribadi Petrus? Hal ini membuka penafsiran bahwa kerasulan Petrus lebih ditekankan pada pembangunan jemaat, sementara kerasulan Paulus lebih kepada pemberitaan Injil. Memang kita tidak perlu menekankan siapa mereka yang terbesar, apakah Petrus atau Paulus, atau Yohanes yang sering disebut murid yang (paling) dikasihi-Nya.
Mengasihi Tuhan berarti mengikuti rencana dam kehendak Tuhan dalam hidup kita. Petrus telah mengalami perubahan mendasar dalam dirinya, yakni dari seorang pencari ikan menjadi penginjil, seorang yang tidak sabaran menjadi seorang yang kokoh bagai karang teguh, dan seorang yang berdosa menyangkali Tuhan-Nya ternyata diampuni. Ia semakin menyadari makna kebangkitan Yesus bagi dirinya. Inilah juga yang diharapkan dari kita, bagaimana Tuhan Yesus telah merubah hidup kita dan kebangkitan Kristus itu semakin menyadari bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi hidup kita. Jawaban Petrus yang ketiga mestinya menjadi jawaban kita semua kepada Dia.
Keempat: cara mati yang sudah ditentukan (Yoh 21:18-19)
Ayat 18 ini menunjuk kepada cara Petrus akan menemui ajalnya. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa ketika Petrus (dan kita) masih muda, kita memiliki kekuatan dan kebebasan untuk menentukan langkah tujuan kita. Tetapi ketika usia tua sudah menjelang, maka pilihan itu menjadi terbatas bahkan bisa harus mendapat pertolongan orang lain. Tetapi ada juga yang mencoba menafsirkan ayat tersebut, bahwa Tuhan Yesus hendak menyatakan "cara mati" Petrus, yakni melalui diikat dan disiksa yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Tradisi menyatakan bahwa cara mati rasul Petrus adalah disalibkan di Roma atas perintah kaisar, meski atas permintaan Petrus, dia disalibkan terbalik karena menilai dirinya tidak layak untuk disalibkan seperti Tuhan Yesus. Penafsiran inilah yang membuka peluang bahwa cara mati seseorang secara umum telah ditetapkan dari awalnya, apakah melalui sakit yang panjang, tidak melalui sakit, dan sebagainya sebagaimana Petrus telah ditetapkan, tetapi penafsiran ayat itu dapat juga hanya specific untuk Petrus saja dan tidak berlaku umum. Oleh karena itu, penafsiran demikian masih merupakan perdebatan para ahli teologia.
Tetapi apa yang ditekankan oleh Tuhan Yesus kepada Petrus adalah, dia akan mengalami masa yang sulit sebagai konsekuensi dari jawabannya itu. Petrus akan melalui ujian yang berat, kuk salib akan dipasang dipundaknya, tetapi meskipun Yesus mengatakan demikian, Petrus tetap mengikut Dia dan menerima konsekuensi itu. Petrus kehilangan rasa takut sebab ia sudah menyadari Tuhan Yesus yang memberi perintah dan akan mengendalikan hidupnya. Dan memang begitulah, kalau sudah Tuhan yang mengendalikan, maka kita tidak perlu takut untuk mengikuti-Nya. Tetapi godaan iblis akan kemanusiaan kita, juga tetap ada pada Petrus, yang mencoba bertanya tentang bagaimana halnya dengan murid-murid lain? Tetapi Yesus menjawab: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku" (Yoh 21:22). Kita cenderung ingin membandingkan diri kita dengan yang lain, pelayanan kita dengan yang lain, mencoba merasionalkan apa yang sudah dan akan lakukan untuk Tuhan, seolah-olah mencari keadilan, tapi Yesus berkata, jangan urus hal itu. Uruslah dirimu, bagaimana dengan kamu saja, mau ikut atau tidak?
Kesimpulan
Pertanyaan Tuhan Yesus kepada rasul Petrus sebanyak tiga kali dengan penekanan yang berbeda, menjadi pertanyaan untuk kita: apakah kita mengasihi Tuhan Yesus? Apakah kita benar-benar sahabat Yesus? Apakah kita siap dengan konsekuensi yang akan diberikan oleh-Nya untuk kemuliaan-Nya? Bagaimana jawaban kita?
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu VIII Setelah Pentakosta - 3 Agustus 2025Khotbah Minggu VIII Setelah Pentakosta – 3 Agustus 2025 ORANG...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu VIII Setelah Pentakosta - 3 Agustus 2025Khotbah (2) Minggu VIII Setelah Pentakosta – 3 Agustus 2025 KASIH...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu VIII Setelah Pentakosta - 3 Agustus 2025Khotbah (3) Minggu VIII Setelah Pentakosta – 3 Agustus 2025 PERKARA...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 32 guests and no members online