Monday, April 28, 2025

Khotbah (3) Minggu III Paskah - 4 Mei 2025

Khotbah (3) Minggu III Paskah -  4 Mei 2025

 

 BERTOBAT (Kis. 9:1-6)

 

 Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III Paskah ini diambil dari Kis. 9:1-6. Nas ini bercerita tentang pertobatan Paulus dan kemudian dipakai Tuhan demikian dahsyat. Kita tahu ada banyak cara dan jalan yang dialami orang percaya untuk mengikut Kristus, selain karena mengikuti orang tua dan dibaptis di masa kecilnya. Tetapi ada juga, meski sudah percaya sejak kecil, kemudian mengalami pembaruan budi, pertobatan, lalu lahir baru menjadi manusia baru (Yoh. 3:3; 2Kor. 5:17).

 

 

 

Pertobatan adalah meninggalkan kehidupan lama yang penuh kegelapan, masuk ke dalam kehidupan terang di dalam Tuhan Yesus. Dalam ilmu teologi, pertobatan dibahas dalam Teologi Sistimatika. Louis Berkhof dalam bukunya Teologi Sistimatika menuliskan, bahwa pertobatan merupakan tindakan khusus Roh Kudus yang membawa kelahiran kembali dan panggilan efektif kepada pertobatan. Pertobatan bisa bersifat pribadi, tetapi bisa massal seperti pengalaman bangsa Israel di zaman Raja Hizkia, Yosia, dan bangsa Niniwe yang dikisahkan di kitab Yunus. Pertobatan bisa tidak permanen dan bersifat sementara, sebagaimana kisah benih yang ditabur di pinggir jalan atau di atas batu (Mat. 13:1-22).

 

 

 

Henry C. Thiessen dalam bukunya Teologi Sistimatika yang sering menjadi pegangan dalam kuliah tentang keselamatan, mengatakan pertobatan merupakan tindakan berbalik kepada Allah, dan tindakan tersebut merupakan tanggapan manusia terhadap panggilan Allah. Jadi menurut Thiessen, ada peran reaktif dari manusia yang membawanya kepada Allah. Hal ini membuat tidak perlu mempersoalkan proses terjadinya pertobatan dan keselamatan, sebab urutan dan proses terjadinya bisa berbeda pada tiap orang. Demikian juga tentang kapan imannya mulai dibenarkan dan dikuduskan, semuanya tidak terlalu relevan didiskusikan. Kita syukuri saja, pertobatan itu berlangsung terus menerus, semakin hari semakin baik dan seturut firman-Nya, sebagaimana proses pengudusan yang kita terima.

 

 

 

Tetapi yang jelas, baik Berkhof maupun Thiessen, menyatakan ada unsur atau elemen yang menyangkut pikiran (intelektual), perasaan hati (emosional), dan kehendak (keputusan), di dalam terjadinya pertobatan. Kunci semuanya adalah adanya penyesalan karena dosa-dosa, berpaling dan berbalik kepada jalan yang benar sesuai dengan kehendak Allah.

 

 

 

Jika kita melihat peristiwa yang terjadi pada Saulus, unsur Roh Kudus lebih dominan berinisiatif dan memanggilnya untuk bertobat. Saulus begitu bersemangatnya, dengan hati berkobar-kobar mengancam, dan membunuh murid-murid Tuhan Yesus. Ia bahkan menghadap Imam Besar, meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (ayat 1-2).

 

 

 

Hal yang kita lihat kemudian adalah ketika umat-Nya dianiaya dan disakiti, Tuhan Yesus juga merasakan penderitaan itu. Allah peduli dengan setiap hal yang kita alami dan rasakan sepanjang semua itu karena mengikut Dia. Sama seperti Stafanus dalam pasal 8 yang mati karena dilempari batu, Tuhan Yesus memberi kasih khusus dan menyambut roh Stafanus dengan berdiri (Kis. 7:54-60).

 

 

 

Melalui nas ini kita diajak untuk terus membarui iman dan pertobatan, agar kita semakin sesuai dengan firman dan kehendak-Nya. Melalui karya kesaksian, kita pun akan semakin menyenangkan hati-Nya. Dan itulah tanda pertobatan, yakni berubah dan berbuah.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 47 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12064259
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2611
3675
6286
0
168311
167679
12064259

IP Anda: 172.69.176.45
2025-04-28 20:12

Login Form