Tuesday, January 07, 2025

2024

Khotbah (2) Hari Natal 25 Desember 2024

 KHOTBAH (2) HARI NATAL

 

 

 

HADIAH UNTUK RAJA (Mzm. 97:1-12)

 

 

 

“Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati” (Mzm. 97:11)

 

 

 

 

 

Hari yang dinanti-nantikan itu telah tiba. Sukacita besar umat Kristiani merayakan Natal. Firman Tuhan bagi kita dari Mzm. 97. Ada 12 ayat, judul perikopnya: Tuhan adalah Raja. Ya, kedatangan Raja kita Tuhan Yesus telah ratusan tahun ditunggu-tunggu. Ketika manusia telah kehilangan pengharapan, sementara hidup dihadapkan pada beratnya penderitaan umat Israel saat itu. Alkitab PL menuliskan, ada 300 lebih nubuat tentang kedatangan Sang Mesias. Kini, Ia datang. Kita merayakannya.

 

 

 

Kedatangan raja di zaman dahulu selalu didahului oleh hamba pembantu, untuk mempersiapkan semua dengan baik. Hal ini sama dengan peran Yohanes Pembaptis dalam persiapan untuk membuka dan meluruskan jalan bagi-Nya (Luk. 3:4-6). Tradisi ini masih berlaku hingga saat ini di dunia modern. Ketika pejabat tinggi mengunjungi wilayah, maka persiapan perlu dilakukan, agar acara berjalan dengan sangat baik dan sukacita semakin besar.

 

 

 

Sambutan yang hangat dan terbaik adalah memberi hadiah kepada Raja kita. Tentu, Tuhan kita tidak membutuhkan hadiah berupa barang atau benda. Namun ada yang dapat kita siapkan dan berikan sebagai hadiah yang terbaik kepada Tuhan, yakni: pertama, sikap bersukacita dan bersyukur. Mazmur 97 ini menuliskan: “TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya…. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus” (ayat 1-2, 11-12).

 

 

 

Hadiah kedua yang dapat kita berikan adalah memperlihatkan kita masih taat dan setia sebagai murid-Nya. “Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan!” (ayat 10). Sebagai murid yang taat dan setia, kita juga harus memperlihatkan kemenangan iman selama ini. Kita adalah pemenang, meski kita akui kadang-kadang kita jatuh, tetapi kita tahu Tuhan Yesus telah memberi pengampunan bagi anak-anak-Nya. Lawan-lawan kita, yakni iblis, ego, sifat jahat dan suka akan dosa, telah dikalahkan, sebagaimana ungkapan pemazmur. “Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya sekeliling. Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi” (ayat 3-5).

 

 

 

Hadiah ketiga bagi Tuhan Yesus, memperlihatkan bahwa tugas utusan yang diberikan kepada kita yaitu menjalankan Amanat Agung, tetap kita laksanakan dengan baik. Pemazmur nas ini mengekpresikan, “Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya. Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya” (ayat 6-7). Bila kita merasa belum ikut berpartisipasi, atau belum maksimal, saatnya memberi janji kepada Tuhan di momen Natal ini, bahwa kita ingin lebih aktif di hari-hari mendatang. Banyak cara dan jalan untuk ikut misi agung ini, baik melalui perbuatan baik atau mengabarkan. Bila merasa tidak mempunyai talenta langsung, atau masih sibuk urusan pekerjaan, maka dukung dengan cara lain. Hidup kita orang Kristen bukanlah hanya beribadah, tetapi berbuat nyata bagi sesama.

 

 

 

Hadiah keempat, memperlihatkan kerinduan akan kedatangan Tuhan Yesus Kembali Kedua Kalinya (K4). Nubuat PL telah digenapi ketika bayi Yesus lahir di Betlehem. Tetapi, Alkitab juga menuliskan nubuat baru sebanyak 200 kali, bahwa Yesus akan datang kembali lagi untuk mengangkat semua orang percaya. Sikap kita dalam menanti-nantikan Tuhan, mesti bagaikan burung rajawali (Yes 40:31). “Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN. Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah” (ayat 8-9).

 

 

 

Kita sebagai anak-anak-Nya di dunia ini, akan terus melewati segala zaman dengan kemenangan. Tuhan kita Penebus dan Juruselamat telah lahir untuk kita. Maka kita percaya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat 10b, “Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.” Untuk itulah kita sangat bersyukur, dan layak merayakan Natal ini dengan penuh sukacita.

 

 

 

SELAMAT HARI NATAL dan selamat beribadah.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

Kabar dari Bukit, Minggu 22 Desember 2024

Kabar dari Bukit

 

 MENDAPATKAN JANJI YANG TERBAIK (2Sam. 7:1-11, 16)

 

 ”Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya" (2Sam. 7:16)

 

Umumnya kita tahu cara menyenangkan hati Tuhan. Tapi, pernahkah terpikir untuk melakukan kebaikan besar yang pasti disukai-Nya? Mungkin pikiran itu datang saat merenung, mendengar khotbah, berdoa, membaca Alkitab atau renungan, atau percakapan tertentu. Jika pernah, sudah merasakan hasilnya?

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Adven IV ini adalah 2Sam. 7:1-11, 16. Nas ini berbicara tentang gagasan Daud - sebagai raja dan tinggal di istana, untuk membangun Bait Allah yang megah. Kita tahu pada masa itu, tabut Perjanjian berupa "kotak kayu yang bisa ditandu", berisikan lempengan hukum Taurat (Kel. 25:22; 2Sam. 6:9-10) dan disimpan di bawah tenda. Lantas Daud berkata kepada Nabi Natan penasihatnya, "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda” (ay. 2). Lalu Natan menjawab, "Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab Tuhan menyertai engkau” (ay. 3).

 

 

 

Tentu tidak semua mempunyai rumah tinggal yang lebih indah dari gedung gereja kita. Jika demikian, tentu bersyukur, Tuhan memberi berkat besar. Namun, pikiran seperti Daud, memberi yang terbaik bagi kemuliaan dan kebesaran Tuhan, sangat baik terbersit dan terbeban bagi orang percaya. Tidak perlu berdalih bahwa bait Allah tidak hanya gedung tapi juga tubuh kita (1Kor. 3:16), lantas tidak peduli.

 

 

 

Perlu kita sadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak memerlukan apapun dari kita (ay. 5-7). Namun sabgat bagus jika kita menjadi berkat bagi pelayanan Tuhan dan sesama. Perjalanan hidup Daud dan kita semua merupakan rencana Allah, sepanjang mengikuti jalan-Nya. Daud terus berusaha taat, seperti ia berkesempatan membunuh raja Saul namun tidak mau

 

sebab diurapi Allah (1Sam. 24:6; 26:10-11). Meski Daud pernah jatuh tergoda dosa, tetapi rencana-Nya pasti terlaksana.

 

 

 

Melalui nas minggu ini kita belajar dari Daud. Kehadiran Allah disimbolkan pada Tabut Perjanjian. Daud ingin agar Allah menetap. Kini, bagaimana agar Allah hadir dan berdiam tetap di dalam hidup kita? Allah selalu berjalan bersama umat-Nya, sebagaimana Ia berjalan bersama bangsa Israel dan kehidupan Daud (ay. 7-11). Masalahnya, apakah kita menyadari Tuhan punya rencana bagi kita bila mengikuti rancangan-Nya, yakni rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).

 

 

 

Kita juga belajar tentang kerendahan hati Daud. Meski ia raja, tetapi terlebih dahulu menanyakan pikirannya kepada hamba-Nya Natan. Ini perlu ditiru. Kelemahan kita, seringnya pikiran kita tidak didiskusikan dengan hamba-Nya. Daud juga tidak mempermasalahkan, apakah ia sanggup menyelesaikan, tapi motivasinya baik. Kita tahu, Bait Allah diselesaikan oleh Raja Salomo, anaknya.

 

 

 

Namun melalui nas ini jelas kita lihat, janji Tuhan kepada Daud terbukti, bukan saja keturunannya menjadi raja-raja Israel tetapi juga Raja segala Raja yaitu Kristus Yesus yang akan kita sambut dan rayakan kelahirannya. Alkitab mengajarkan, memberi yang terbaik tidak harus harta (1Kor. 16:1-2), tapi juga menjaga kekudusan tubuh (Rm. 12:1), melalui hati dan mulut, misalnya sebagai pendoa syafaat (Ibr. 13:15), tenaga dan waktu dengan mendukung pelayanan sosial (Mat. 25:31-46; Yak. 1:27), bahkan nyawa kita dengan setia sampai Tuhan memanggil pulang (Yoh. 15:13; 1Yoh. 3:16).  Mari memberi yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik, menerima janji kekal bagi keluarga dan keturunan kita (ay. 16). Terpujilah Yesus.

 

Selamat hari Minggu.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (2) Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

Khotbah (2) Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

 

 PERDAMAIAN KEKAL (Ibr. 10:5-10)

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Adven IV ini diambil dari Ibr 10:5-10. Firman ini berbicara tentang persembahan yang sempurna dan kekudusan yang kekal.

 

 

 

Menjelang hari Natal kita diingatkan kembali tentang latar belakang dan maksud Tuhan Yesus, Putra Allah turun dari sorga dan menjadi manusia. Semua itu terjadi oleh karena kasih Allah.

 

 

 

Manusia berdosa dan terus mengulanginya. Allah berhak murka terhadap setiap orang berdosa sebab telah murtad dan melawan perintah-Nya. Tapi Allah tetap mengasihi manusia.

 

 

 

Perjanjian lama mengajarkan bahwa manusia yang melakukan dosa dan kesalahan dapat menebus dengan menyerahkan korban persembahan. Ada beberapa jenis korban persembahan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, yakni:

 

 

 

- Ola, korban bakaran;

 

- Khatta’t, korban penghapus dosa;

 

- Asyam, korban penebus salah;

 

- Minkha, korban sajian;

 

- Zevakh dan Selamin, korban perdamaian dan korban keselamatan.

 

 

 

Dalam ritual persembahan itu umat yang berdosa membawa korban persembahannya, baik berupa ternak hewan atau bentuk lainnya. Jenis, ukuran, dan nilai persembahan yang diberikan, ditentukan oleh tingkat kesalahannya, dengan disesuaikan terhadap kemampuan ekonominya. Seorang janda miskin yang berdosa, cukup membawa tepung atau seekor burung tekukur. Akan tetapi seorang pejabat kerajaan diwajibkan membawa beberapa ekor hewan ternak, seperti sapi atau lembu yang gemuk, sebagai ganti penebusan atas kesalahan dirinya yang besar.

 

           

 

Dalam ritual itu seorang imam meletakkan tangannya di atas hewan ternak yang dibawa, meneguhkan bahwa itulah penebusan atas dosanya. Setelah hewan itu disembelih, darahnya dipercik-percikkan ke seluruh arah Bait Allah. Ibadah itu dapat berlangsung berulang-ulang bila mereka melakukan dosa yang berulang juga. Yang mereka tuju terutama adalah ketaatan pada aturan Taurat. Manusianya sendiri, yang berbuat dosa, pada hakekatnya tidak mengalami perubahan dalam dirinya (band. Ibr. 10:1).

 

 

 

Nas Minggu Adven IV juga mengingatkan kita isi Mzm. 40:7-9, yakni janji yang baru. Roh Kudus telah membuat perjanjian baru dengan kita umat-Nya. Hati kita dimeteraikan oleh firman-Nya. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Ibr. 8:10b). Melalui Perjanjian Baru, persembahan yang benar dan sempurna adalah darah Yesus yang telah mempersembahkan diri-Nya sebagai jalan pendamaian manusia dengan Allah melalui iman (Rm. 3: 25; 2Pet. 3:14).

 

 

 

Dengan demikian, kita orang berdosa percaya bahwa bayi Yesus yang lahir di Betlehem 2000 tahun lalu, merupakan jalan perdamaian Allah dengan kita manusia. Melalui iman percaya itu, kita tidak perlu lagi berulang-ulang menebus dosa dan kesalahan dengan korban ternak hewan. Tetapi kita diingatkan, bahwa dalam irama langkah kehidupan kita sehari-hari yang perlu adalah ketaatan pada Firman-Nya, bukan dalam ritualnya. Terlebih lagi karena bayi Yesus yang lahir dan kita rayakan, merupakan tindakan agung kasih-Nya, yakni mempersembahan tubuh Yesus Kristus untuk menguduskan kita satu kali untuk selama-lamanya oleh. Inilah sukacita Natal yang kita rayakan bukan hanya setiap tahun, bahkan setiap hari dalam hati kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

Khotbah Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

 

 BERBAHAGIALAH YANG TELAH PERCAYA (Luk 1:39-55)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Mi 5:2-5a; Ibr 10:5-10)

 

Pendahuluan

 

Dalam minggu keempat adven ini kita lebih siap menyambut lahirnya bayi Yesus Sang Juruselamat di Betlehem. Segala perubahan sikap cara pandang kehidupan ini membuat kita semakin berkenan kepada Tuhan. Dengan begitu, maka kita pun sebagai anak-anakNya akan bersukacita dalam perayaan tersebut. Kita penuh sukacita menyongsong datangnya bayi kudus itu dalam hati kita, yang dalam beberapa hari ke depan kita akan menyanyikan “Malam Kudus….Bintang-bintang gemerlap…”.

 

 

 

Kitab Lukas sangat rinci menceritakan kelahiran Yesus Kristus sehingga banyak ahli yang berpendapat bahwa Lukas mewawancarai Maria secara langsung untuk memperoleh kisah kelahiran tersebut. Maka dalam minggu ini pribadi Maria ibu Yesus menjadi sorotan yang memberikan keteladanan bagi hidup kita. Juga melalui nats ini kita bisa melihat bagaimana panggilan dan perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Firman Tuhan dalam Luk 39 - 55 memberitakan kepada kita empat hal yang memberi sukacita:

 

 

 

Pertama: Sambutan sukacita

 

Kalau kita melihat kehidupan Maria, maka sangatlah berat apa yang terjadi dalam kehidupannya. Mulai dari hamil sebelum menikah, hendak diputus tunangannya Yusuf, terlahir dari keluarga miskin, berjalan selama 3 hari dari Nazareth hingga Betlehem, melahirkan di kandang domba, bahkan setelah partus masih dikejar-kejar karena ancaman pembunuhan atas anaknya. Tetapi Maria menerima itu dengan sukacita dan ketika malaikat Gabriel menyampaikan kabar itu kepadanya, ia sambut dengan mengatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk 1:37).

 

 

 

Maria merespon keadaan itu dengan penuh tanggungjawab. Ia mengunjungi sepupunya Elisabet yang tinggal cukup jauh di pegunungan (perkiraan 3 hari berjalan kaki). Sebagai seorang wanita, mungkin ia memerlukan tempat untuk curhat tentang yang terjadi padanya. Ia tahu, bahwa bertemu keluarga dalam keadaannya saat itu akan sangat membantu situasi hatinya. Ini juga pelajaran bagi kita tatkala kita mengalami suatu “beban” pikiran, berbagi hal-hal yang berat atau sedih akan mengurangi beban kita. Berbeda halnya dengan berbagi hal yang menggembirakan atau sukacita justru sukacita kita akan bertambah-tambah. Itulah uniknya soal berbagi dan itu perlu dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sosial dan kekeluargaan.

 

 

 

Namun sungguh mengagumkan. Sewaktu Maria berkunjung, Yohanes yang saat itu masih dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan (Luk 1:41). Elisabet menyadari hal itu sesudah Maria mengucapkan salamnya, sehingga ia memberi sambutan yang hangat dan merendah kepada Maria. Itu bukan basa-basi Elisabet karena bayi dalam kandungannya memang kegirangan. Sebuah perjumpaan yang menyenangkan dan memberikan sukacita bagi mereka dan anak-anak yang dikandungnya.

 

Demikianlah hati kita menyambut kedatangan bayi Yesus itu. Kita merendahkan hati kita dan bersukacita sambil memuji Allah akan kebaikanNya dalam hidup kita khususnya hadirnya Yesus sebagai Gembala dan Juruselamat dalam hidup kita.

 

 

 

Kedua: Berbahagialah yang percaya

 

Semua orang tidak akan tahu bagaimana sebuah beban hidup dapat berubah menjadi sebuah sukacita. Di sini hal yang menentukan adalah iman percaya kita kepada janji Allah sebagaimana disampaikannya melalui Alkitab. Ayat 56 dalam nats ini menegaskan bahwa janji Allah sebagaimana diberikan kepada Abraham itu merupakan janji yang selalu ditepati. Maria menyadari akan beratnya beban yang akan dia terima karena mengandung bayi itu, tetapi karena ia menerima dan percaya, maka Allah kemudian mengubahnya menjadi sukacita. Maria siap menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan dialaminya karena menjadi ibu lahiriah dari Anak yang kudus itu.

 

 

 

Demikianlah kiranya bagi kita yang saat ini mengalami pergumulan atau beban hidup yang berat. Kita diajarkan untuk melihat rencana Allah adalah rencana yang indah (Yer 29:11). Mata manusia kita sangat terbatas untuk melihat akan apa yang terjadi di balik semua beban yang terjadi. Tetapi iman percaya kita bahwa Allah akan menopang dan menguatkan dalam menjalani pergumulan itu, maka semua itu akan berakhir dengan kemenangan, sepanjang kita setia dan taat kepadaNya sebagaimana kesetiaan dan ketaatan Maria terhadap janji Allah tersebut. Begitu juga apabila ada kerinduan akan berkat dari Allah, maka seperti apa yang terjadi pada Elisabet yang baru pada masa tuanya baru dapat mengandung, merupakan bukti janji Allah tidak pernah mengecewakan. Ia lama mengalami aib tidak memiliki anak. Bahkan mengandung pada usia tua juga merupakan suatu beban baginya. Tapi ia menyambut semua itu dengan sukacita sebagaimana ia sampaikan kepada Maria ketika datang mengunjunginya.

 

 

 

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1:37). Segala sesuatu dari Kristus adalah “ya” dan “amin” dan kita tidak perlu ragu atau bimbang. Ini juga yang kita peroleh dari penggenapan janji Tuhan dalam bacaan lainnya yakni Mikha 5. “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata… dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah  Israel… sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan …” (Mi 5:2-3). Janji Tuhan pasti akan digenapi, dan pesan itulah yang bisa kita lihat dari pengalaman Maria dan Elisabet, keduanya dipakai Tuhan untuk menjadi ibu yang diberkati. "Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana" (Luk 1:45).

 

 

 

Ketiga: Janganlah Sombong

 

Maria ibu Yesus memberikan keteladanan sebagaimana diutarakan dalam kisah itu. Memang malaikat Gabriel menyatakan kondisi Elisabet saudaranya yang juga mengandung enam bulan (Luk 1:37). Tetapi keistimewaannya menjadi ibu Yesus yang setelah besar “akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi”, tidak membuat Maria congkak. Janji Allah yang akan mengaruniakan kepada  bayi yang dikandungnya yakni Yesus akan menjadi “raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya…” tidak membuat Maria berfikir Elisabet yang harus datang kepadanya. Ia menyadari usianya lebih muda, dan itulah yang dilakukannya mengunjungi Elisabeth untuk mencari tahu tentang kabar sukacita itu.

 

 

 

Elizabet yang menyambutnya sebagai “ibu Tuhan” tidak menjadikan Maria tinggi hati. Maria malah menekankan bahwa Allah yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadanya (ayat 49). Maria membawa pesan bahwa Allah bahkan akan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya (ayat 51). Di sinilah kita dapat melihat bagaimana Maria membuat Allah lebih besar dan dirinya semakin kecil. Pujian memang bisa bermata dua, dapat menjadikan kita sombong dan merasa diri kita hebat, tetapi juga mengatakan bahwa itu semua adalah perbuatan tangan Tuhan yang kuat sebagaimana Maria menyatakannya sehingga kita tetap kecil dihadapanNya.

 

 

 

Ini juga yang dikatakan oleh William Barclay bahwa seringkali dalam kehidupan kita ada paradok dari kebahagiaan. Dipilih Allah seringkali berarti mahkota sukacita dan sekaligus salib dukacita pada saat yang sama. Oleh karena itu diperlukan hikmat dalam melihat berkat kebahagiaan yang kita terima karena maksud Allah hal itu juga seharusnya menjadi berkat bagi orang lain. Berkat yang diterima dengan kesombongan dan dinikmati sendiri akan dicerai-beraikan dan diturunkan kedudukannya dihadapan Allah dan manusia.

 

 

 

Maria memutuskan tinggal selama tiga bulan bersama Elisabet yang berarti sampai Elisabet melahirkan Yohanes Pembaptis. Mungkin dengan demikian mereka bisa saling berbagi baik hal sukacita maupun yang berat. Apa yang menjadi beban mereka bisa mereka sampaikan kepada Tuhan sebagaimana nyanyian Mazmur 80 yang merupakan bacaan lainnya. Beban Elisabeth yang hamil pada usia tua dan beban Maria yang mengandung anak tanpa suami menjadi ringan dan berubah menjadi sukacita. Di sini pentingnya memilih siapa yang kita jadikan teman atau partner saat kita menghadapi suatu pergumulan hidup.

 

 

 

Keempat: Perhatian kepada yang miskin

 

Sejajar dengan menghindari kesombongan, Allah meminta agar kita memperhatikan kaum yang rendah dan lapar (ayat 52-53). Kitab Lukas juga dikenal sebagai kitab yang peduli terhadap kaum miskin dengan mengutip kitab Yesaya bahwa kedatangan Tuhan adalah untuk orang miskin (Luk 4:18). Dengan demikian menyambut natal tidak dipergunakan untuk membelanjakan hal-hal yang tidak perlu dan berlebihan, melainkan lebih peduli kepada mereka yang membutuhkan kasih.

 

 

 

Pesan bahwa Allah mengutakan kedatanganNya untuk kaum miskin harus memberi sinyal kepada kita untuk lebih memberikan kasih kepada mereka yang membutuhkan. Sukacita natal yang kita terima sebaiknya juga bisa dirasakan oleh semua orang sehingga natal menjadi sukacita bagi banyak orang. Sebagaimana disampaikan di atas, berbagi sukacita kepada orang orang lain tidak akan mengurangi sukacita kita melainkan justru bertambah-tambah, karena kita bisa melihat orang lain bersukacita dan itu akan memberikan sukacita tersendiri bagi kita. Ini yang membuat sukacita kita semakin bertambah.

 

Pesan ini pula yang disampaikan dalam bacaan lainnya Ibr 10:5-10, bahwa Yesus masuk ke dunia sebagai korban untuk sukacita kita. Kita sudah dikuduskan melalui persembahan tubuh AnakNya yang tunggal itu. Oleh karena itu marilah kita “berkorban” untuk orang lain sebagai wujud penyataan kasih kita kepada Allah.

 

 

 

Kesimpulan

 

Pesan Tuhan dalam minggu keempat adven ini mengingatkan kita empat hal, yakni: Mari kita sambut kehadiran Yesus di dunia ini dan di dalam hati kita. Tetaplah kita percaya akan apapun yang terjadi dalam hidup kita. Menerima tanggungjawab dari Allah dan kita berbahagia akan janji Tuhan sebab janjiNya itu “ya” dan “amin”. Kalaupun itu berbentuk beban pergumulan maka kita harus taat dan tabah dalam menanggungnya sampai tiba saat janji dan kebahagiaan itu datang.

 

 

 

Kita tidak boleh sombong dalam menyambut sukacita natal ini. Hendaklah kita tetap rendah hati sebagaimana Maria rendah hati dalam sikapnya kepada Allah dan manusia. Kita juga tidak diminta untuk menyombongkan diri dalam keglamouran sukacita natal, melainkan diminta untuk berbagi sukacita kepada mereka yang rendah dan lapar, mereka yang membutuhkan kasih. Mengasihi Allah berarti mengasihi manusia.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (3) Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

Khotbah (3) Minggu 22 Desember 2024 - Minggu Adven IV

 

 RINDU PERUBAHAN (Mi. 5:1-5)

 

 “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mi. 5:1)

 

 

 

 

Di tengah-tengah rindu perubahan atas rasa lelah mengalami pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun, ada dua berita memicu adrenalin kita naik. Pertama, Menko Pak Luhut B. Panjaitan menyatakan, indeks keyakinan konsumen Indonesia saat ini kembali tinggi. Indeksnya 118,5 yang jauh lebih tinggi dari angka sebelum pandemi, bahkan sempat anjlok di bawah angka 100 poin (detik.com).  Ini menandakan peningkatan keinginan belanja atau pengeluarkan uang masyarakat semakin besar.

 

 

 

Tetapi berita kedua breaking news juga memicu tensi darah bereaksi: virus tipe Omicron sudah masuk ke Indonesia! Virus Omicron ini diduga sangat cepat menyebarnya, serta tadinya dianggap momok baru dan lebih mematikan; bersyukur, Omicron ternyata tidak sebegitu kejam seperti jenis Delta. Tetapi, sakit yang diderita selama beberapa hari tetap menakutkan, terlebih bagi yang berpenyakit bawaan.

 

 

 

Situasi ini dihadapi bangsa Israel saat nabi Mikha menyatakan nubuatannya yang menjadi nas firman Tuhan di Minggu Adven IV hari ini, yakni Mi. 5:1-5. Judul perikopnya: Raja Mesias dan penyelamatan Israel. Mikha adalah nabi dari pedesaan yang dipakai Tuhan. Ia mengingatkan Raja Yotam dan Ahas yang korup dan para pemimpin Yehuda saat itu, seperti imam-imam dan nabi-nabi fasik, hakim-hakim yang tidak jujur dan para pedagang yang mementingkan diri sendiri. Ada banyak ketidakadilan, penindasan penduduk miskin, keserakahan, dan kejahatan lainnya. Mikha menyatakan, bila tidak dilakukan perubahan, maka kejatuhan Israel dan Yehuda pasti terjadi (Mi. 1:6-7; 1:9-16; 3:9-12).

 

 

 

Semua orang menginginkan perubahan. Dan tidak ada gunanya menyalahkan keadaan. Perubahan hanya terjadi jika manusianya sendiri berubah. Itu terjadi jika dimulai dari diri sendiri, tidak tergantung orang lain. Menjaga kesehatan, mengikuti prokes 5M, rajin berolah raga, berpikir positif dan selalu dalam doa dan pengharapan, merupakan kunci untuk melalui semua hal buruk dalam pandemi ini. Maka, kedua berita di atas tidak perlu menjadi fokus kita lagi dalam menjalani hidup saat ini. Lupakan. Semua itu hanya meneguhkan bahwa kita manusia tidak ada apa-apanya, hampa sia-sia tanpa ada kasih dan penyertaan Tuhan yang berkuasa. Tetaplah rendah hati untuk taat dan takut kepada-Nya. Sebagaimana nubuatan Mikha terbukti nyata, dari kota kecil Betlehem, Sang Raja telah lahir! (ay. 1).

 

 

 

Kini semua kembali ke kita. Memang ada yang mengatakan, melakukan perubahan diri itu ibarat menegakkan benang basah; usaha yang mustahil dapat dilaksanakan. Kepribadian (orang dewasa) itu sudah membatu. Tapi itu tidak benar. Percayalah Alkitab yang mengatakan, “bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk. 1:37), dan “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk. 9:23). Semua hanya dimulai dengan bersyukur dan penerimaan diri, ada self-affirmation. Kedua, mulailah dengan keyakinan: kita mau dan mampu berubah. Tanamkan di lubuk hati dan minta dipimpin Roh Kudus, kerinduan untuk berubah. Soal itu akan terjadi bertahun-tahun, jangan putus asa. Semua hanya membutuhkan latihan. Latihan rohani itu perlu, sama seperti latihan badani (band. 1Tim. 4:8). Mulai dari hal kecil saja. Hargai yang kecil. Betlehem desa kecil ternyata dipakai Tuhan.

 

 

 

Kita semua tidak akan tahu bagaimana sebuah beban hidup dapat berubah menjadi sebuah sukacita. Yang kita tahu, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Selamilah kehendak-Nya. Maka kunci ketiga, terus-menerus mengingatkan diri melalui doa dan pertolongan Roh Kudus, agar doa dan pengharapan terkabul. Nantikan dengan berdiam. Di sini, hal yang menentukan adalah iman percaya kita kepada Raja yang hadir ditengah-tengah kita. “Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera" (ay. 3-5). Berbahagialah mereka yang telah percaya (Luk. 1:39-55).

 

 

 

Kunci keberhasilan mendaki adalah selalu memandang ke atas, melihat ada keindahan yang tidak terkira ketika sampai di puncak pendakian. Demikian juga hidup, perjalanannya selalu ada harapan dan rintangan, itu seninya. Mari kita fokus mempersiapkan diri dengan datangnya Tuhan Yesus yang akan kita rayakan. Teruslah berubah semakin baik, maka dunia juga akan ikut berubah.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1090 guests and no members online

Statistik Pengunjung

10208129
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
31088
117800
299974
9392853
581702
1777712
10208129

IP Anda: 162.158.162.47
2025-01-08 05:32

Login Form