Khotbah Minggu 15 Januari 2023 - Minggu II Epifani
Khotbah Minggu 15 Januari 2023 – Minggu II Epifani
YESUS KRISTUS, TUHAN KITA, ADALAH SETIA (1Kor. 1:1-9)
Bacaan lainnya: Yes. 49:1-7; Mzm. 40:1-11; Yoh. 1:29-42
Pendahuluan
Surat 1 dan 2 Korintus ini merupakan penjelasan Tuhan kepada jemaat di Korintus melalui Rasul Paulus tentang masalah gereja yang muncul, yakni terjadinya perpecahan, ketidakdisiplinan, iri hati, masalah moral - mengingat Korintus adalah kota pelabuhan yang maju dan berkembang pesat. Rasul Paulus sendiri pernah tinggal di Korintus selama 18 bulan (Kis 18:1-18). Mengacu pada perkembangan kontekstual, gereja-gereja pada masa kini juga dipanggil untuk melihat dirinya: apakah selalu di jalan Tuhan? Dan, apakah selalu dalam panggilan tugas dan misi-Nya, yakni menjalankan persekutuan, kesaksian dan pelayanan sosial secara berimbang, dengan tidak hanya fokus ibadah minggu saja? Melalui bacaan kita minggu ini, kita orang percaya dan semua gereja kembali diingatkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama: Tuhan kita yang memanggil dan terus menyertai (ayat 1-3)
Nas ini juga menegaskan bahwa jemaat Korintus adalah jemaat Allah. Maksud intinya, sekumpulan orang percaya yang bersekutu adalah jemaat Allah, sekaligus jemaat Kristus (band. 2Kor. 1:1; Rm 16:16). Ini lebih penting ditekankan daripada menyebut jemaat sebuah denominasi, atau memperdebatkannya. Surat Paulus ini juga dibuka dengan kata yang indah, yakni "dipanggil menjadi kudus", yang merupakan contoh pengantar atau introduksi yang layak kita tiru dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Allah memanggil kita untuk kudus dan terpisah menjadi anggota kerajaan sorgawi. Hanya Dia yang bisa mengesahkan kita sebagai warga sorgawi sebab Dia telah menghapus dosa-dosa kita. Kita menerima kewargaan itu hanya apabila kita menerima Dia, percaya, berseru dan penuh pengharapan kepada-Nya.
Sebagaimana bacaan minggu lalu yang mengingatkan bahwa setiap orang sama seperti Paulus, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari Misi Agung Yesus, sesuai dengan peran dan bentuk kontribusi yang dapat diberikan, yang semuanya atas kehendak Allah. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai permasalahan nyata, baik masalah sosial ekonomi, kemiskinan dan penderitaan, hukum keadilan, sakit penyakit, penyebaran narkoba yang sedemikian menakutkan, dan masalah sosial lainnya. Dalam panggilan berpartisipasi itu, kita tidak perlu mempersoalkan besar-kecilnya peran yang diambil, juga tidak perlu sombong atau rendah diri dalam peran itu, sepanjang semua dilakukan dengan ketulusan dan sukacita, serta sudah merasa yang terbaik diberikan, dan semua bertujuan untuk menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Keterlibatan dalam peran itu juga bukan untuk meninggikan diri atau mencari upah sorgawi yang lebih besar. Dasarnya hanyalah Ia telah mati bagi dosa-dosa kita, maka sewajarnya kita memberi yang terbaik bagi Dia.
Bagi warga Korintus yang demikian majemuk dalam pengertian penduduknya yang beragam suku bangsa, aneka budaya, bermacam profesi pekerjaan, perbedaan tingkat kesejahteraan sosial, dan lainnya, membuat kota Korintus memiliki daya tarik yang kuat. Oleh kekaisaran Romawi kota ini juga ditetapkan menjadi ibukota Akhaya (saat ini menjadi Negara Yunani). Korintus sebagai kota pelabuhan yang modern menjadi lalu lintas perdagangan dan transaksi bisnis, merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi dengan segala permasalahan yang muncul, seperti penggelapan dan korupsi, kekerasan dan pemerasan, kebiasaan bermabuk-mabukan, banyaknya penyembahan berhala, bahkan prostitusi masuk di kuil-kuil yang ada, termasuk di kuil besar Afrodite, sang dewi cinta. Semua ini merupakan ladang dan tantangan bagi orang percaya di Korintus untuk menjadi saksi dan teladan sesuai dengan panggilan yang diterimanya.
Kedua: Bersyukur atas anugerah kepada orang lain (ayat 4)
Damai sejahtera dan rasa syukur ibarat dua sisi mata uang. Damai sejahtera itu bukan karena kecukupan materi, keamanan, sering berolah raga, pengendalian makanan dan kesehatan, dan lainnya, yang lebih banyak menjadi ukuran dunia. Damai sejahtera dari Allah yang diam dan menetap di dalam hati orang percaya, itulah yang diminta dan lebih diutamakan, sebab memiliki kekhususan yakni bersumber dari Yang Mahakuasa (Yoh 14:27). Damai sejahtera yang demikian ini yang menghasilkan rasa syukur dan diekspresikan setiap hari. Bahkan, rasanya tidak cukup hanya dengan mengatakan syukur dan terima kasih sebagai balasan kebaikan yang diberikan oleh Tuhan, orangtua, para sahabat, rekan kerja. Ucapan dari mulut saja rasanya sebagai balasan kebaikan dalam perbuatan tidak akan berimbang. Oleh karena itu kita perlu memberikan yang terbaik dalam tindakan dan kesaksian (band. 2Tes. 2:13-15).
Melalui nas ini Paulus juga memberikan keteladanan dengan menyebut nama Sostenes (band. Kis. 18:17) yang diduga adalah jurutulisnya dan pernah bersama-sama tinggal dengannya di Korintus. Kerendahan hati dan lebih menonjolkan orang lain adalah sikap yang harus kita teladani darinya, yang juga merupakan ekspresi rasa syukur. Ia juga bersyukur bukan untuk dirinya sendiri, melainkan ia bersyukur atas anugerah dan berkat yang diterima orang lain. Ini hebat. Seringkali kita fokus bersyukur bahkan kadang mengadakan acara khusus pengucapan syukur untuk berkat-berkat yang kita terima, dan memang itu tidak salah. Pertanyaannya, sebagai ucapan syukur yang menjadi hal wajib dalam kehidupan sehari-hari, sudahkah terpikirkan kepada siapa kita ingin mengatakan syukur dan terima kasih pada hari ini? Lakukankanlah, jangan menunda.
Rasul Paulus bersyukur atas semakin banyaknya orang percaya, mengenal Tuhan Yesus dan memperoleh kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada jemaat yang ada. Bersyukur atas anugerah yang diterima orang lain merupakan sikap berpikir positif yang jelas buah dari ketaatan pada Kristus. Bersyukur dan iri atau rasa tidak puas sebaliknya dua sisi yang bertentangan. Berkat yang diterima orang lain harus kita ikut mensyukuri, bukan malah menimbulkan iri hati, cemburu atau sinis terhadap anugerah yang diperoleh orang lain. Jangan hanya melihat dan berpusat pada diri sendiri atau membanding-bandingkan berkat yang diterima dengan orang lain, tapi syukurilah semua yang sudah diperoleh. Ketika sikap bersyukur itu menjadi pola hidup dan bersatu dalam hati dan pikiran, maka buahnya akan tampak yakni perubahan dalam bersikap setiap hari. Kita akan lebih bersikap dan berpikir positif, jauh dari pikiran negatif, murah hati, penuh belas kasihan dan rendah hati. Kita n diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, dan itu semua membangkitkan syukur kepada Allah (2Kor. 9:11).
Ketiga: Menjadi kaya dalam segala hal (ayat 5-7)
Sikap selalu bersyukur sebagaimana dijelaskan di atas juga membawa kita ke dalam pola pikir kecukupan. Kecenderungan manusia yang selalu merasa tidak puas atas yang diterimanya, akan terpinggirkan dengan sendirinya. Sikap merasa cukup yang membuat perasaan tidak ada yang kurang, membuat sedemian rupa mudah diatur sehingga apapun keperluannya sudah didasari cukup tadi. Pola pikir demikian itu membuat seseorang tidak merasa berkekurangan, dan ini jelas menjadi sikap kaya dan berkecukupan, sebab merasa masih ada dari dalam dirinya yang bisa dipakai untuk keperluan lain, apakah itu menolong orang lain dan untuk menyenangkan hati Tuhan. Keprihatinan yang diwujudkan ke dalam bentuk pertolongan bagi orang lain, semakin menguatkan pengharapan yang mereka miliki.
Warga Korintus yang dihadapkan pada tantangan paganisme dan masalah moralitas yang begitu hebat saat itu, diminta harus berdiri kuat agar tidak ikut terimbas dan melakukan hal yang tidak berkanan kepada Tuhan. Firman Tuhan mengingatkan bahwa Allah memberikan dan membekali setiap orang dengan karunia-karunia, khususnya karunia rohani. Jemaat harus saling mendukung dalam menggunakan karunia-karunia itu. Tetapi jemaat di Korintus bukannya menggunakan karunia rohani yang ada, malah mereka berdebat tentang karunia-karunia itu, mana yang lebih hebat dan mana yang lebih baik di mata Tuhan. Menurut firman Allah, hal itu tidak perlu mempersoalkan benar-tidaknya jenis pelayanan sebagaimana diperdebatkan mereka, termasuk jenis pelayanan yang terbesar di mata Tuhan, yang akibatnya malah menimbulkan irihati dan pertentangan di antara jemaat sendiri (band. 1Kor. 12-14).
Demikian juga halnya dengan kita. Berbagai bekal, alat, dan senjata diberikan Tuhan, dalam wujud bakat, talenta, kelebihan dan keunggulan, dan berkat-berkat lainnya, semua itu adalah karunia rohani dan karunia khusus agar kita mampu menangkal semua hal yang jahat dan memberi yang terbaik. Tuhan memberi segala hal kemampuan untuk menjadi kaya dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasih (band. 2Kor. 8:7). Sebagai jemaat yang saling mendukung, persekutuan menjadi bagian dari Kristus, yang tidak akan kekurangan suatu karunia pun dalam melayani (ayat 7). Salam damai sejahtera yang disampaikan oleh Paulus akan menopang kekayaan rohani yang tersedia. Itu harus menjadi kerinduan semua orang saat itu dan bahkan menjadi kerinduan jemaat saat ini. Pertentangan hanya membuat orang kehilangan rasa damai dan semua orang pada dasarnya tidak menginginkannya. Mari kita pakai karunia-karunia yang sangat berharga itu bagi pelayanan di jemaat/gereja dalam perasaan damai sejahtera. Damai itu diperoleh bila melihat Tuhan Yesus, Raja Damai bagi semua orang, yang kesaksiannya telah diteguhkan banyak orang dalam Injil. Itulah maksud dan rencana Allah yang terus menyertai kita dalam melaksanakan panggilan itu.
Keempat: Ia setia sampai kesudahannya (ayat 8-9)
Semua ada kesudahannya. Ada awal dan ada akhir, alfa dan omega. Bumi dan segala isinya ini di antara galaksi alam semesta adalah sebuah "proyek" Tuhan. Sebuah proyek didefinisikan sebagai kegiatan atau proses yang ada awalnya dan ada akhirnya. Penciptaan bumi semesta alam dan isinya adalah sebuah proses, kemudian manusia memperoleh mandat budaya untuk mengeksplorasinya. Tapi bumi ini akan berakhir dan Allah membentuk bumi baru dengan langit yang baru dan kita menjadi bagian dari padanya. Kita memang tidak perlu terlalu pusing dengan planet antariksa jauh di luar sana, ada Dia yang memiliki dan mengurusi hal itu. Lebih baik kita fokus pada hal yang terbaik dilakukan dan diberikan pada bumi ini dengan segala isinya, sesuai dengan mandat dari Allah.
Ini juga yang Paulus tekankan yakni pengharapan, dan pengharapan itu diletakkan pada jemaat. Pengharapan itu juga disertai adanya jaminan bahwa kita sudah disucikan hingga Kristus Yesus kembali datang kedua kalinya. Semua itu terjadi bukan karena usaha yang kita lakukan atau karena kehebatan diri kita, namun karena Kristus Yesus telah mati bagi kita dan kita percaya itu adalah penebusan bagi semua dosa-dosa kita. Kita harus terus berpikir sebagai orang yang berhutang kepada Yesus Kristus, atas berkat dan keselamatan yang sudah diberi dengan setia menjadi murid-Nya, taat dan terus setia berkarya bagi-Nya.
Kita memang perlu takut akan dosa dan orang Kristen juga tidak mungkin tidak berbuat dosa lagi. Akan tetapi jaminan adanya kasih karunia (1Pet. 1:2), hubungan dan kedudukan anak-bapak yang terus terjalin (Yoh. 1:12), penyertaan Roh Kudus dan kekuatan firman-Nya (Kis. 20:32), membuat kita tidak ragu akan janji-Nya (band 1Tes. 3:13). Pergumulan dan kesulitan yang kita hadapi pada masa ini, kegagalan yang kita alami pada masa lalu, itu bukanlah kisah yang sebenarnya. Tapi kita diajak agar tetap fokus pada kisah utama bahwa kita sudah diselamatkan dan menjadi warga sorgawi. Jangan semua rintangan dan hambatan membuat kita kehilangan rasa syukur dan sukacita. Ini juga seperti yang dikatakan William Barclay, “ketika hari penghakiman tiba, orang percaya tidak perlu takut menghadapinya. Kita datang menghadap Dia bukan dengan kebaikan yang kita lakukan, melainkan dibungkus oleh kebaikan-kebaikan yang Tuhan Yesus sudah lakukan, sehingga tidak ada yang bisa mendakwa, dan juga tidak ada tuduhan, kecuali hanya pembebasan. Sebab Ia yang memanggil kita, adalah Allah yang setia” (band. Ibr 10:23; 11:11).
Penutup
Nas minggu ini merupakan surat terbuka kepada jemaat di Korintus dan juga bagi kita jemaat masa kini, untuk menyegarkan panggilan-Nya melalui berkat dan karunia-karunia rohani yang kita miliki masing-masing. Kita diingatkan sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus atas anugerah keselamatan dari-Nya, sehingga perasaan damai sejahtera, ucapan dan sikap bersyukur menjadi hal yang utama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada gunanya mempertentangkan berkat dan karunia-karunia yang kita miliki, sepanjang semua bagi pelayanan-Nya dan semua akan menjadi kaya apabila bersatu. Ini akan membuat jemaat semakin kokoh dan berkarya dalam sinergi melaksanakan amanat Tuhan. Maka sebagai anggota persekutuan jemaat, pertanyaannya adalah: apakah sumbangan yang akan kita beri agar jemaat kita semakin berkarya bagi Tuhan? Yesus Kristus telah setia dan Ia tetap akan setia, maka kita pun marilah setia.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 726 guests and no members online