Thursday, November 21, 2024

Khotbah (1) Minggu VII Setelah Pentakosta –7 Juli 2024

Khotbah (1) Minggu VII Setelah Pentakosta –7 Juli 2024

 

 KASIHANILAH KAMI, YA TUHAN (Mzm. 123:1-4)

 

 Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita (Mzm. 123:2)

 

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 123 yang berisi 4 ayat. Judul perikopnya: Berharap kepada anugerah TUHAN. Satu versi tafsiran mazmur menyebutkan ini bagian dari kumpulan “mazmur pendakian”, dalam kaitan memperingati anugerah Tuhan kepada Raja Hizkia, yang menambahkan 15 tahun usia kepadanya. Sebelumnya, Raja Hizkia telah divonis mati melalui pesan nabi Yesaya, tetapi kemudian Raja Hizkia memalingkan mukanya ke dinding, berdoa serta menangis dengan sangat. Allah mendengar doanya, dan memberi tambahan usia sehingga ia dapat memerintah dengan tenteram (2Raj. 20:6-10; Yes 38:5-8). Mazmur ini disebut juga nyanyian ziarah, sering dilantunkan saat umat Israel ingin berkumpul di Yerusalem, untuk mengingat penderitaan mereka saat ditindas penguasa Babel (ayat 1).

 

 

 

Jika kita menarik ke situasi sekarang, penderitaan pandemi Covid ini sungguh mengerikan. Data 3 Juli 2021, ada 27.013 yang terpapar dalam sehari, dan 494 jiwa yang pulang ke pencipta (sehari sebelumnya 539). Penyebab utama lonjakan, diduga akibat adanya mutasi virus berupa varian baru yang beragam, yakni Delta, Lambda, Alpha, Beta, Delta Plus dan lainnya. Ini ditambah lagi faktor ketidakpatuhan masyarakat, termasuk mudik sehingga bencana semakin besar.

 

 

 

Tidak disiplinnya masyarakat memang ada berbagai faktor penyebabnya. Ada yang harus keluar rumah untuk berjuang mencari dana hidup keseharian, atau tidak mampu membeli masker tiga lapis. Yah, kita ikut prihatin. Tetapi jika itu dilakukan karena menganggap enteng dampak virus, atau memakai masker hanya pajangan di dagu, mazmur 123 ini merefleksikannya: “jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong’ (ayat 4). Jadi, janganlah kita menjadi bagian dari orang sombong, dan menguji Tuhan, seperti umat Israel di Mara atau saat Tuhan Yesus digoda Iblis (Ul. 6:16; 1Kor. 10:9; Mat. 4:7).

 

 

 

Perlindungan Tuhan dan imunitas adalah kunci untuk pertahanan tubuh. Seseorang dapat terpapar virus Covid karena banyak sisi masuknya. Ada yang tidak memakai masker. Apalagi varian baru dideteksi dapat menularkan hanya dengan berpapasan. Tetapi hal sepele juga dapat menjadi sumbernya, mulai dari ketika menekan tombol lift, tombol parkir, memegang handle pintu, terima paket dari antaran online, dan lainnya, serta kemudian kita memegang sesuatu dan memasukkan ke mulut, tanpa mencuci tangan atau memakai sanitizer.  Kita sebagai manusia tentu bisa lalai atau ceroboh. Oleh karena itu, tidak ada dasar menghakimi bahwa Tuhan telah menghukum orang-orang yang sakit Covid.

 

 

 

Mazmur 123 ini sangat tepat mengajak kita semua agar berharaplah kepada anugerah TUHAN. Kita diminta terus melayangkan mata kepada-Nya, berharap pada belas kasihan-Nya saja. Pengharapan kita “seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN” (ayat 1-2). Dan kita “melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman" (Ibr. 12:2).

 

 

 

Doa dan nyanyian kita saat ini perlu lebih intens seperti Raja Hizkia. Penuhi dengan rintihan, “Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami” (ayat 3). Semuanya untuk diri kita, teman, keluarga, dan memohon badai ini segera berlalu. Kita belum mengetahui bagaimana dunia akan lepas dari pandemi ini. Info dunia lepas dari flu Spanyol dan penyakit menular lainnya sangatlah terbatas, seperti juga flu burung, sampar, Ebola dan lainnya yang datang belakangan. Pandemi itu juga tidak seganas Covid, dan belum ada harapan nyata tentang obat penangkal atau pencegahannya. Sejarah pandemi yang panjang juga akan mengubah peradaban dan gaya hidup. Semoga kita menuju arah yang baik ke depan sesuai maksud Tuhan, yakni: semakin taat dan bergantung, takut dan rendah hati, serta hidup lebih berkarya bagi kemuliaan-Nya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 657 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7403817
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
46932
61324
156583
7204198
438679
1386923
7403817

IP Anda: 172.70.147.19
2024-11-21 19:22

Login Form