Thursday, November 21, 2024

Khotbah (2) Minggu VI Setelah Pentakosta – 30 Juni 2024

Khotbah (2) Minggu VI Setelah Pentakosta – 30 Juni 2024

 

 DARI LORONG KEMATIAN (Mzm. 30:1-13)

 

 

 

Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri (Mzm. 30:12-13a)

 

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini adalah dari Mzm. 30, berisi 13 ayat. Judul perikopnya: Nyanyian syukur karena selamat dari bahaya. Sesuai leksionari, di awal minggu-minggu setelah Pentakosta, temanya masih tuntunan kita dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan, ujian, badai, kesusahan dan bahaya. Mazmur 30 ini sangat cocok dilantunkan oleh mereka yang hampir melewati pintu kematian, seperti sembuh dari terpapar Covid-19, atau lepas dari penyakit dan bahaya lain yang mengerikan.

 

 

 

Semua orang pasti takut pada kematian. Berbohong jika ada yang menyangkalnya. Sebab ada bermacam-macam bentuk ketakutan orang terhadap pintu maut itu. Ada yang takut karena merasa lorong yang akan dilewatinya tidak jelas: gelap atau terang benderang; masuk surga atau neraka kekekalan. Ada ketakutan terhadap jalan kematiannya itu sendiri, berharap tidak melalui (rasa) sakit yang berkepanjangan, tetapi jalan singkat seperti lewat tol. Ada ketakutan lain, yakni terhadap orang-orang yang akan ditinggalkan, apakah mereka kelak dapat mandiri kokoh atau akan pecah pudar tak bermakna. Bahkan, ada yang justru takut terhadap kematian orang-orang yang dikasihinya, termasuk yang meninggalkan harta bendanya.

 

 

 

Pemazmur Daud mengalami hal itu dan lolos dari lubang maut. Ia pun mengatakan, “TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur” (ayat 4). Daud pulih, setelah berseru-seru memohon pertolongan Tuhan, bahkan dengan memelas menggugah seperti di ayat 10: “Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu?” Bahwa ia pernah melupakan Tuhan dan mengandalkan kehebatan dirinya, yang membuat Tuhan marah, semua itu sudah disadari dan disesalinya (ayat 6-8).

 

 

 

Setiap orang di saat memasuki babak penyakit kritis, misalnya, Covid-19 yang sedang mengganas, tentu mengalami dan merasakan ketakutan itu. Dan bukan hanya yang sakit, tetapi juga keluarga dekat. Hal jelas kemudian terlihat, baik yang sakit dan keluarga serta sahabat, seperti pemazmur, memohon doa belas kasihan dan pertolongan TUHAN (ayat 3, 11). Kita berharap tidak ada yang pergi ke roh dunia, dengan ritual yang tidak berhikmat, seperti yang kita lihat masih ada dalam video-video di medsos oleh beberapa suku di tanah air. Ya, menyedihkan....

 

 

 

Orang percaya mengandalkan Tuhan. Maka ketika diloloskan dari liang kubur, seperti pemazmur pun menyatakan syukurnya. Ia berjanji, “Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu” (ayat 12-13).

 

 

 

Kita pun yang disembuhkan dari sakit kritis atau lolos dari kengerian di lorong kematian, mari bersikap sama. Kebangunan rohani atas kemenangan iman, jangan hanya tampak pasca kesembuhan, sekejap, lantas lenyap di selang waktu. Mari terus menaikkan syukur kita atas kebaikan Tuhan, lebih menyerahkan hidup yang berarti, dengan tidak berdiam diri, tetapi semangat sukacita melayani DIA untuk selama-lamanya. Itulah syukur terbaik kita bagi-Nya. 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 770 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7420499
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
5257
58357
173265
7204198
455361
1386923
7420499

IP Anda: 172.69.165.43
2024-11-22 01:55

Login Form