Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu III Setelah Pentakosta – 9 Juni 2024

Khotbah Minggu III Setelah Pentakosta – 9 Juni 2024

 

 SERUAN KESUSAHAN (Mzm. 130)

 

 Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan (Mzm. 130:7)

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu ini bagi kita diambil dari Mzm 130, terdiri dari delapan ayat. Judul perikopnya: Seruan dari dalam kesusahan. Dalam renungan minggu lalu Mzm. 29, disebutkan bahwa manusia akan lebih mencari Tuhan saat dalam kesusahan. Seruan memanggil Tuhan lebih keras. Nah, pertanyaannya, bagaimana bentuk kesusahan manusia itu sampai ia berseru-seru meminta pertolongan Tuhan?

 

 

 

Bentuk kesusahan digambarkan sangat bagus dalam Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) No. 10, berjudul “Dari kungkungan malam gelap”. Lagunya mungkin kita tahu dan coba dengarkan, sekaligus merasakan bahwa orang yang susah dan menderita itu seolah dalam kungkungan malam gelap, terpenjara dan menakutkan.

 

 

 

Kesusahan pertama ialah rasa sakit dan aib. Kita bisa membayangkan penyakit dalam tubuh, apalagi berkepanjangan dan menimbulkan rasa sakit perih. Kadang, rasanya tidak tahan hingga mengerang dan menjerit-jerit. Demikian juga adanya aib yang datang, ke pribadi kita maupun keluarga. Dampaknya memalukan sehingga inginnya membenamkan wajah, takut bertemu orang lain.

 

 

 

Kesusahan kedua ialah hidup yang bercela, apalagi datangnya seperti gelombang bah menderu. Hidup bercela menimbulkan pergumulan keras dan aib besar. Kesusahan ini sering menimbulkan bentuk ketiga kesusahan dalam lagu tersebut, yakni perasaan gelisah dan merasa sesat. Ini membuat hati kecewa dan sendu, bertanya, mengapa semua ini terjadi? Mengapa aku?

 

 

 

Kesusahan keempat, berbentuk rasa takut terhadap maut, beranggapan dunia kematian lorong gelap dan seram. Datangnya seperti menerjang, tidak tahu hal yang terjadi setelah nyawa kita diambil. Takut akan maut dan kematian kadang timbul bukan hanya menyangkut dirinya, tetapi juga pada mereka-mereka yang akan ditinggalkan: bagaimana kelak kehidupan mereka, terutama bila belum mandiri dan masih memerlukan tuntunan.

 

 

 

Pada ayat 3 nas minggu ini, kita diberi pengertian bahwa kesusahan dan penderitaan dapat terjadi karena dosa. Allah Mahaadil dan Mahatahu yang penuh hikmat, mengatur hukuman atas dosa yang diterima di dunia, atau kelak di masa penghakiman. Penjelasan Alkitab cukup jelas tentang ini dan itu milik Allah. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menghakimi sesuatu peristiwa yang terjadi, sebab kemampuan dan hikmatnya sangat terbatas.

 

 

 

Pemazmur juga mengajarkan bahwa Allah kita memberi pengampunan (ayat 4 dan 8). Oleh karena itu manusia diminta berserulah kepada Allah, berharap kesusahan dan penderitaan dilewatkan dan dibebaskan. Seruan orang percaya mestilah seturut dengan firman Tuhan tentang pengharapan akan belas kasihan Tuhan (ayat 5). Jadi bukan memaksa. Kita perlu percaya, Tuhan kita yang perkasa akan memberi solusi terang, melebihi pengawal yang mengharapkan pagi hari (ayat 6).

 

 

 

Di dalam Tuhan, kita menerima pembebasan (ayat 7). Kita mesti percaya bahwa apapun juga yang terjadi, semua itu dalam rencana Tuhan yang indah. Jika kita merasa ada terikat pada dosa tertentu, maka saatnya untuk bertobat dan kembali. Martin Luther menyebut Mzm. 130 sebagai mazmur pertobatan. Jika kita sedang merasa sulit memahami peristiwa yang terjadi, maka tetaplah berseru, sebab Tuhan ingin kita lebih dekat kepada-Nya. Katakanlah seperti dalam lagu NKB tersebut:

 

 “Yesus, Tuhan, ‘ku datanglah;

 

masuk ke dalam t’rang mulia;

 

Yesus, ‘ku datanglah."

 

 

 

Selamat selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 661 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7412304
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
55419
61324
165070
7204198
447166
1386923
7412304

IP Anda: 172.70.147.197
2024-11-21 22:41

Login Form