Friday, November 22, 2024

Khotbah (2) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024

Khotbah (2) Minggu Hari Raya Pentakosta 19 Mei 2024

 

 

GEREJA YANG MEREDUP (Mzm. 104:24-34, 35b)

 

 Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada (Mzm. 104:33)

 

 

 

 

Selamat hari ulang tahun untuk gereja kita semua. Terpujilah Tuhan Yesus, genap 50 hari Ia bangkit dari kematian dan telah naik ke surga, kita merayakan Roh Kudus dicurahkan sebagai Penolong dan Penghibur orang percaya.

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu hari raya Pentakosta ini diambil dari Mzm. 104:24-34, 35b. Judul perikopnya: Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaan-Nya. Sebelumnya ayat 1 – 23 berbicara tentang pujian dan kekaguman manusia terhadap kebesaran Tuhan; Ia berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang; bumi diciptakan-Nya dengan tumpuan yang kokoh, samudera raya diselubungi, langit bagaikan tenda, awan, angin, api, dan air, semua patuh kepada perintah-Nya.

 

 

 

Penciptaan bukan hanya berupa benda-benda alam statis, tetapi kesatuan harmoni yang indah dinamis. Matahari dan bulan mengendalikan sistem waktu siang dan malam. Air mengalir dari gunung mengisi lembah dan menghidupi segala binatang di padang, memuaskan haus keledai hutan, burung-burung di udara dengan siulan di antara daun-daunan. Alam mengeluarkan makanan dari tanah untuk membuat manusia kenyang, anggur yang menyukakan manusia, dan wajah manusia berseri dari makanan yang berminyak. “Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu” (ayat 24). Kemajuan ilmu pengetahuan membuat kita juga semakin tahu kebesaran Allah melalui kompleksitas sistem tubuh, adanya DNA dan retina, kemampuan otak, dan lainnya.

 

 

 

Di era Perjanjian Baru, Allah menciptakan gereja untuk kita (Mat. 16:18), sebuah lembaga untuk kita bersekutu, bersatu dalam gereja yang Am, melayani dengan kasih nyata, dan bersaksi mengabarkan Dia (Kis. 2:41-47). Selain tubuh kita sebagai bait Allah, gereja juga adalah tubuh Kristus yang hidup (Rm. 12:5; 1Kor. 12:27). Karya Roh Kudus telah diperlihatkan sejak awal kepada para murid sehingga mereka berani bersaksi, dan terus berkarya membuat setiap hari bertambah-tambah ribuan orang percaya kepada Tuhan Yesus (Kis. 2 – 16). Perjalanan panjang sejarah gereja dengan penderitaan 300 tahun, baru terhenti setelah Kaisar Konstantinus mengakui agama Kristen. Ini membuktikan iman para murid dan bapa-bapa gereja, telah dipakai Roh Kudus dengan penuh kuasa.

 

 

 

Tetapi lain padang lain belalang, lain dulu lain sekarang. Kini, kita dihadapkan dengan keberadaan dan peran gereja yang semakin bergeser, semakin meredup. Pasca pandemi Covid ini, kita belum tahu dampak kehadiran umat di gereja setelah terbiasa online. Di benua Eropa dan Amerika gereja semakin ditinggalkan umat, pada hari Minggu hanya sedikit yang beribadah, bahkan gedungnya banyak dijual dan dialih-fungsikan menjadi mal atau kegunaan lain. Betul, gereja bukanlah bangunan, tetapi umat juga perlu tempat bersekutu dan simbol kesatuan. Maka kita bertanya: Apa dan siapa yang salah? Di mana kuasa dahsyat Roh Kudus yang dicurahkan 2.000 tahun lalu yang melahirkan gereja?

 

 

 

Mari melihat diri kita. Manusia merusak alam ciptaan-Nya, membuat keseimbangan terganggu. Alam tidak lagi cukup memberikan makanan (ayat 27), kurang gizi dan kelaparan di beberapa wilayah masih ada. Banyak tempat di bumi tidak lagi menjadi hunian nyaman dan aman. Lewiatan atau monster laut teman bermain kapal-kapal berlayar (ayat 26), kini berpindah mewujud monster di dalam hati manusia dan suku-suku bangsa. Manusia tidak lagi terkejut atau takut jika Tuhan menyembunyikan wajah-Nya, bahkan apabila Dia mengambil roh dan jiwanya, mati binasa dan kembali menjadi debu (ayat 29). Manusia masih suka terus saling menyakiti, dan bahkan saling membunuh dengan dalih yang beragam untuk memuaskan hatinya. Kasih yang Tuhan ajarkan menjadi dasar kehidupan, kini redup sirna.

 

 

 

Tetapi ya Tuhan, kami anak-anak-Mu yang rindu setia mengasihi-Mu, biarlah terus memandang Engkau dan berharap: Tuhan, pakai hidup kami melalui gereja-Mu. Bangkitkan dengan Roh-Mu. Biarlah kami menyanyikan mazmur-Mu, “Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.... Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya! (ayat 33-34, 35b). Selamat berulang tahun gereja kita.

 

 

Selamat melayani dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 685 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7429496
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
14254
58357
182262
7204198
464358
1386923
7429496

IP Anda: 162.158.162.36
2024-11-22 07:15

Login Form