Thursday, November 21, 2024

Khotbah (1) Minggu IV Setelah Epifani – 28 Januari 2024

Khotbah (1) Minggu IV Setelah Epifani – 28 Januari 2024

 

 KEBAJIKAN ALLAH (Mzm. 111)

 

 Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh (Mzm. 111:7)

 

 

 

Apa yang membuat diri Anda diapresiasi dan dihormati? Jawabannya: Reputasi! Menurut www.kbbi.co.id, reputasi merupakan perbuatan dan sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. Dalam istilah karir kerja, ada track record, jalan panjang prestasi yang terbukti dan tentunya terpercaya, dan satunya kata dengan perbuatan atau integritas.

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini bagi kita, Mzm. 111, yang terdiri dari 10 ayat, berbicara tentang kebajikan Allah. Mazmur 111 ini (dan 112) tidak terindetifikasi penulisnya, serta merupakan puisi akrostik, yaitu tulisan huruf awal dari setiap baris kalimat membentuk sebuah kata (atau beberapa kata) secara vertikal dari atas ke bawah. Tentu kalimatnya haruslah menyatu menjadi gagasan yang ingin disampaikan. Salah satu contoh, simbol Kekristenan adalah ikan, merupakan akrostik dari bahasa Yunani, yakni sebutan Iesous CHristos THeou Yios Soter (Yesus Kristus, Allah Putera, Juruselamat). Awal katanya digabung terbaca ICHTHYS, yang berarti ikan. Simbol ini juga sekalian menggambarkan para rasul banyak dari kaum nelayan.

 

 

 

Pemazmur bersyukur kepada Tuhan karena besar perbuatan-Nya, dan pengakuan itu disampaikan juga dalam jemaat sebagai kesaksian (ayat 1-3). Berkat-berkat Tuhan memang tidak boleh dinikmati sendiri, tetapi perlu menjadi berkat bagi orang lain sebagai kesaksian kebaikan Tuhan. “Tuhan itu pengasih dan penyayang,” tulisnya, dan selalu ingat akan janji-Nya (ayat 4-5).

 

 

 

Tetapi mungkin ada di antara kita yang merasa, bahwa Tuhan itu tidak baik, tidak ada kebajikan pada-Nya. Tolong jangan langsung menyalahkan Tuhan, berpikiran Dia pilih kasih, tidak adil, dan berkata Dia jahat. Tidak ada gunanya, bahkan malah jadi dosa. Mari kita melihat ke diri kita sendiri dulu, mungkin ada yang perlu dibenahi dan dibereskan. Itu bisa mulai dari riwayat iman kakek moyang kita, khususnya orang tua. Alkitab berkata, Allah kita adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat (Kel. 20:5). Ini perlu pemutusan “dosa asal”, menyadarinya dan mengakui semua, serta memohon agar Tuhan membebaskan dari rangkaian dampak jerat dosa tersebut. Dan ingat, tidak perlu terjebak pada ritual.

 

 

 

Kedua, mungkin kita tidak mengenal Allah dengan dekat dan benar. Allah sering diperlakukan seolah lepas dari kehidupan sehari-hari. Hari Minggu, kita menjadi manusia berbeda dengan hari kerja. Dia seolah tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada rasa kurang hormat, tidak selalu bersyukur kepada-Nya setiap hari, membuat Allah juga bisa tidak peduli ketika iblis semakin menjerat. "Dosa favorit" yang masih susah hilang lepas. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, kata pemazmur ini dalam ayat 3 dan 10.

 

 

 

Ketiga, kita mungkin pernah diberkati  khusus, tetapi ternyata tidak menjadi saluran berkat. Periksalah diri kita, apakah memang sudah melakukan yang terbaik untuk orang lain, dan bahkan selalu siap berkorban hati, jiwa, tenaga dan lainnya. Terakhir, jika semua itu sudah kita lakukan refleksi, tetaplah percaya Tuhan sedang menguji kita. Pikiran kita tidak selalu dapat menjangkau pikiran Allah, rencana manusia dan Tuhan, bisa jauh seperti tingginya langit dari bumi (Yes. 55:8-9).

 

 

 

 Jangan mau terperosok dan semakin menjauh dari Allah. Kitab Rm. 1:19-21 menuliskan, “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya” (band. Ef. 4:17-18).

 

 

 

Biarlah iman kita tetap teguh, bahwa Allah itu Maha Kuasa dan selalu takjub pada-Nya. “Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran” (ayat 7-8). Melalui mazmur ini, kita diminta melakukannya dengan berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya (ayat 10b).

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 769 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7405031
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
48146
61324
157797
7204198
439893
1386923
7405031

IP Anda: 172.70.147.179
2024-11-21 19:46

Login Form