Khotbah Minggu 22 Juni 2014
Khotbah Minggu 22 Juni 2014
Minggu II Setelah Pentakosta
ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN
(Rm 3:22b-31)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kej 6:9-22, 7:24, 8:14-19 atau Ul 11:18-21, 26-28; Mzm 46 atau Mzm 31:1-5, 19-24; Mat 7:21-29
(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> Pembinaan -> Teologi
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Nas Rm 3:22b-31 selengkapnya dengan judul: Manusia dibenarkan karena iman.
3:22b. Sebab tidak ada perbedaan. 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. 3:27 Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! 3:28 Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. 3:29 Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! 3:30 Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. 3:31 Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.
----------------------------
Pendahuluan
Dalam pasal-pasal sebelumnya kitab Roma ini dijelaskan bahwa semua orang (Yahudi dan bukan Yahudi) telah berbuat dosa, sehingga sebenarnya tidak ada perbedaan dan pengecualian. Dengan keberdosaan itu, manusia telah gagal mencapai kekudusan dan kebenaran sehingga tidak seorang pun layak masuk dalam kerajaan Allah. Namun apakah Allah sedemikian “kejam” sehingga tidak seorang pun bisa selamat? Bagaimana caranya Allah memberi pengampunan sehingga seseorang layak untuk dibenarkan? Allah adalah kasih namun tindakan kasih Allah itu juga memerlukan respon dari hati dan sikap manusia, untuk dapat dibenarkan dan ditebus dari jerat dosa yang membinasakan. Melalui nas minggu ini, kita diberi pemahaman bagaimana kasih Allah dan pentingnya iman diberikan sesuai dengan pengajaran berikut.
Pertama: Semua manusia telah berbuat dosa (Ayat 22b-23)
Adam dan Hawa tatkala jatuh ke dalam dosa yang diikuti oleh hukuman Allah yakni mereka harus keluar dari Taman Eden, serta Adam dan Hawa harus menderita susah payah dan penuh rasa sakit dalam menunjang kehidupan ini (Kej 3:14-19). Hukuman ini juga membuat manusia tidak bisa lepas dari dosa. Manusia yang sudah diberikan kebebasan selepas mereka keluar dari Taman Eden tidak mampu mempertahankan kekudusan yang akibatnya merusak hubungan mereka dengan Allah yang kudus. Hal itu semakin lebih sulit dengan adanya kekuatan iblis yang terus mengganggu manusia dengan segala godaan kedagingan dan kesombongan, membuat manusia mudah terjerat masuk ke dalam perbuatan dosa itu. Meski demikian, anehnya, ada juga orang yang berpikir bahwa manusia tidak perlu takut atau kuatir tentang perbuatan dosa yang mereka lakukan, dengan memiliki cara pandang, seperti: (1) Allah adalah Mahakasih dan Ia tidak akan menghukum siapa pun; (2) adalah tugas Allah untuk mengampuni dosa; (3) dosa bukanlah hal yang serius-serius amat, sebab dosa juga mengajarkan sesuatu yang berharga; dan terakhir (4) berpikir bahwa kita boleh hidup sesuai dengan standar dan budaya lingkungan kita saat ini, dalam arti bersikap kompromistis adalah sesuatu yang wajar.
Memang diakui ada dosa yang besar dan dosa yang kecil yang sederhananya dapat dilihat dari keseriusan dampak perbuatan dosa itu bagi diri kita dan orang lain. Seorang pembunuh jelas dosanya sangat besar sebab menghilangkan nyawa orang lain, yang seharusnya menjadi hak Tuhan. Pembunuh dosanya tentu lebih besar dari seorang pembenci. Perzinahan dosanya pasti lebih besar dari sekedar timbulnya nafsu birahi. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa apabila kita melakukan dosa yang kecil saja maka kita tetap berhak atas kerajaan sorga. Sebuah dosa tetap menjadikan kita orang yang berdosa (pendosa) dan menjauhkan kita dari hidup yang kudus dan Allah yang kudus. Oleh karena itu tanpa mempersoalkan besar kecilnya, dosa tetap berupahkan maut sebab tidak memenuhi persyaratan hidup sesuai dengan ketentuan Allah. Kita jangan menihilkan dosa yang kecil, kita juga tidak dapat mengabaikan dosa-dosa yang kita lakukan, sebab Allah jelas tidak dapat mengabaikan dosa.
Hal yang jelas adalah ketika manusia berdosa maka manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Sejak penghukuman Allah kepada Adam dan Hawa, yang dilanjutkan dengan penghukuman Allah atas kejahatan manusia seperti dijelaskan pada Kej 6, datangnya air bah, peristiwa menara Babel, hukuman pengasingan di Mesir, dan jatuh-bangunnya Israel sebagai bangsa, membuat Allah tidak melihat lagi penghukuman dan pengasingan sebagai jalan efektip untuk membawa manusia lebih takut dan dekat akan Allah. Kejatuhan manusia membuat gambar dan rupa Allah (Kej 1:26) itu menjadi cermin yang retak dan buruk akan citra kemuliaan Allah. Kehilangan kemuliaan Allah pada manusia berarti terjadinya degradasi kebenaran dan kekudusan hidup yang dapat mempertahankan citra Allah dalam diri manusia. Kehadiran kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui tiang awan dan tiang api dalam pertolongan umat Israel keluar dari Mesir (Kel 24:16 dab), dan adanya kemuliaan pada Tabut suci Allah, tidak diapresiasi umat Israel sebagai umat pilihan-Nya. Persekutuan umat Israel dengan Allah menjadi rusak dan mereka harus menderita selama ratusan tahun di bawah penjajahan bangsa-bangsa lain, yang berakibat mengalami ketidakpastian dengan terus berharap pada Mesias, sampai akhirnya Allah menetapkan rencana-Nya untuk penyelamatan manusia dari kebinasaan. Jalan pendamaian harus dibuat agar manusia tidak menjadi terasing dari Allah.
Kedua: Kristus Yesus sebagai jalan pendamaian (Ayat 24-25a)
Allah berhak murka terhadap setiap orang berdosa sebab telah murtad dan memberontak pada-Nya dan memperlakukan Allah seolah-olah bukan menjadi Tuhan dan Rajanya. Inilah yang disampaikan oleh Rasul Paulus, setelah berbagai pernyataan tentang kelemahan dan ketidakmampuan manusia serta adanya hukuman Allah itu, Rasul Paulus menyampaikan berita penyelamatan yang menggembirakan dengan tiga kata kunci dalam nas ini yang diberikan pada manusia, yakni: dibenarkan, penebusan dan pendamaian. Paulus mengambil istilah ini dari proses pengadilan yang lumarah saat itu yakni "dibenarkan", dan dari pasar perbudakan yakni "penebusan". Seseorang yang dibenarkan berarti dinyatakan “Tidak Bersalah”. Apabila hakim di pengadilan menyatakan terdakwa tidak bersalah, maka semua tuduhan otomatis dihapus dari catatan atas dirinya. Secara hukum berarti orang tersebut seolah-olah tidak pernah didakwa apalagi dipersalahkan. Untuk itu Allah menunjukkan ada jalan agar dinyatakan "Tidak Bersalah" dari tuntutan hukuman akibat dosa itu, yakni dengan percaya kepada Yesus, anak-Nya, yang diutus dan mati bagi kita, mengaku dosa-dosa kita telah ditebus melalui penyaliban-Nya di Golgota, dan mengakui diri-Nya sebagai pengganti atas hukuman dosa kita.
Dalam perjanjian lama, seseorang yang memiliki hutang dapat dihapus hutangnya dengan dijual menjadi budak. Untuk pembebasannya maka sanak keluarganya kemudian dapat menebus atau membeli kebebasannya. Maka penyelamatan harus dilakukan melalui penebusan sesuai dengan konsep dalam perjanjian lama tersebut, bahwa manusia yang sudah terikat dan menjadi hamba iblis, harus ditebus dengan nyawa juga. Konsep penebusan juga dilakukan oleh Allah ketika umat Israel harus keluar dari tanah Mesir dengan membebaskan mereka dari perbudakan oleh bangsa itu. Penebusan lainnya dilakukan Allah ketika bertindak untuk mengembalikan umat Israel kembali dari pembuangan di Babel. Maka penebusan merupakan jalan yang dilakukan oleh Allah melalui Yesus bagi orang-orang berdosa yang terjerat untuk bebas dari perbudakan dosa untuk kembali masuk ke dalam kerajaan-Nya. Yang percaya pada penebusan itu sekaligus harus menerima Dia sebagai Juruselamat dalam hidupnya. Dengan demikian, kita menerima rencana Allah yakni Kristus sebagai persembahan penebusan dosa kita, dengan kata lain, Ia mati bagi kita untuk dosa-dosa yang kita lakukan, dan darah-Nya yang tercurah yakni darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (Mat 26:28). Darah Kristus telah menjadi percikan darah ke empat penjuru di Bait Allah sebagai pengganti diri kita (band. Kel 24:8; Im 16:15; 17:11), sekaligus merupakan jalan pendamaian sebagaimana istilah yang dipakai pada kemah suci yakni "korban pendamaian".
Dalam hal ini Allah Bapa yang berinisiatif menjadikan Tuhan Yesus sebagai korban pendamaian. Ia menyediakan jalan untuk mendapatkan pengampunan melalui iman kepada Tuhan Yesus. Penyelamatan manusia ini didasari oleh kasih Allah yang demikian besar, sehingga Allah melalui rencana-Nya, “menganugerahkan anak-Nya yang tunggal, sehingga mereka yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Jalan penyelesaian itu adalah kasih karunia yang bersumber dari Allah, dan karena itu adalah kasih karunia maka bersifat cuma-cuma. Allah telah menyatakan kematian Kristus adalah khusus dan cukup sebagai korban persembahan atas penebusan dosa kita. Kristus telah berdiri dan menggantikan tempat kita, membayar lunas tebusan nyawa bagi kita, dan sekaligus memenuhi kepuasan kehendak Allah. Maka ketika Allah mengampuni dosa-dosa kita, catatan kita menjadi bersih, seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa. Orang yang berdosa, meski pun berulang-ulang melakukan dosa karena kelemahan daging dan kekuatan Iblis, maka ia tetap harus datang kembali kepada Yesus untuk mohon pengampunan, sebab pengudusan berlangsung terus menerus. Ini adalah keistimewaan menerima kasih karunia Allah yang diberikan. Dosa yang memisahkan kita dari Allah kini dipersatukan dengan darah Kristus.
Ketiga: Manusia dibenarkan karena iman (Ayat 25b-28)
Ada pertanyaan yang mungkin timbul di pikiran orang: Jika Allah menghukum mereka yang tidak mengenal Kristus, bukankah Dia menjadi tidak adil? Jika Allah menyelamatkan mereka, bukankah korban Kristus menjadi tidak perlu? Dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan, Allah dengan penuh kesabaran-Nya membiarkan dosa-dosa yang dahulu dan menanti saat yang tepat untuk menjalankan rencana-Nya melalui Yesus. Allah membebaskan manusia dari dosa dengan cara penebusan bukan dimaksudkan bersikap tidak benar dengan menghilangkan keadilan-Nya, melainkan hanya dengan itu satu-satunya cara terbaik Allah, sebab semua orang telah berbuat dosa, tidak terkecuali; sementara Allah adalah Allah yang Mahakasih. Allah telah menetapkan Kristus Yesus menjadi jalan pendamaian, namun membutuhkan respon iman dari manusia atas karya penyelamatan tersebut. Orang yang percaya pada masa perjanjian lama pun sebenarnya telah melihat dengan iman akan kedatangan Yesus sebagai Penyelamat, namun mereka tidak tahu bahwa nama-Nya adalah Yesus dan rincian perjalanan hidup-Nya di dunia.
Adalah betul bahwa kebanyakan agama-agama menguraikan tugas atau perbuatan tertentu yang harus dilakukan untuk berkenan kepada Allah. Umat Yahudi juga berpikiran bahwa manusia hanya berkenan kepada Allah apabila manusia melakukan semua hukum Taurat dengan benar. Namun adalah tidak mungkin melakukan semua hukum Taurat itu dengan benar. Juga tidak ada perbuatan atau pencapaian manusia atau kehebatan pribadi seseorang, yang dapat mendekatkan jurang perbedaan standar perlindungan moral Allah dengan ketidaksempurnaan kehidupan keseharian kita. Perbuatan baik memang penting, tetapi itu tidak dapat menghapuskan dosa dan memberikan kehidupan kekal. Maka dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan bahwa perbuatan dan usaha ketaatan pada hukum adalah sesuatu yang tidak memberikan jaminan. Dalam hal itulah diperlukan iman. Nah, mengapa demikian mudah hanya dengan iman? Mengapa tidak perlu dengan perbuatan yang bersusah payah?
Mengapa Allah menyelamatkan kita hanya dengan iman? Jawaban yang bisa diberikan adalah: Pertama, iman menghilangkan kesombongan dan kebanggaan akan usaha manusia, sebab perbuatan melahirkan kesombongan sementara iman bukanlah hasil prestasi atau perbuatan kita. Ini yang terjadi pada manusia di era PL. Kedua, iman mengangkat akan Allah yang telah lakukan, bukan apa yang telah manusia lakukan. Ketiga, iman mengakui bahwa kita tidak dapat mencapai hukum dan ukuran standar Allah sendirian, untuk itu perlu pertolongan dari-Nya. Keempat, iman didasarkan atas hubungan kita dengan Allah, bukan atas prestasi kita bagi Allah. Kelima, Perbuatan berpusat pada diri sendiri tetapi iman berpusat pada Allah. Dalam hal keselamatan berdasarkan iman ini memang kekristenan adalah unik dalam pengajaran dan dianggap sebagai hukum yang baru, dan sekaligus mengatakan bahwa perbuatan (baik) tidak akan membuat kita benar di hadapan Allah (Rm 3:27; 8:2; Yak 1:25; 2:8, 9; 2:12). Dengan demikian kita percaya kepada Allah akan kemahakuasaan-Nya dan kita juga percaya akan kasih-Nya yang telah dilakukan melalui Kristus Yesus, artinya, kita diselamatkan hanya karena percaya pada apa yang telah Allah perbuat bagi kita (Ef 2:8-10). Itulah hakekat iman yang menyelamatkan kita.
Keempat: Hanya ada Satu Allah (Ayat 29-31)
Ada beberapa kesalah-pahaman di antara orang Kristen Yahudi dan orang Kristen Yunani saat itu di Roma. Orang Kristen Yahudi yang kuatir bertanya kepada Rasul Paulus sebagaimana dituliskan di awal pasal tiga ini: "apakah iman menghapuskan seluruh hukum yang dipegang oleh umat Yahudi? Apakah iman meniadakan hukum Taurat, mengakhiri seluruh kebiasaan dan tradisi mereka, dan menyatakan bahwa Allah tidak lagi bekerja bersama-sama dengan mereka?" Pertanyaan ini sangat wajar sebab mereka merasa bermegah telah menerima hukum Taurat langsung dari Allah. Rasul Paulus tegas menjawab: "Jelas tidak!" Dalam hal ini, sesuai penjelasan Alkitab, sebenarnya ada dua fungsi hukum Taurat. Pertama, memperlihatkan jalan yang salah kepada kita. Dengan adanya hukum Taurat, kita tahu bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang tak berdaya dan karena itu kita perlu datang kepada Yesus untuk belas kasihan-Nya. Kedua, hukum Taurat sebagai kumpulan hukum moral (moral code) dan melalui hukum itu kita diberi panduan untuk dapat mengikuti dan mempertahankan moral standar Allah. Akan tetapi, meski kita tidak mendapatkan keselamatan dengan melakukan hukum Taurat, sebab tidak ada seorang pun yang mampu (terkecuali Yesus yang dapat menjalankan hukum Taurat dalam kehidupan-Nya), tetapi kita akan menyenangkan hati Allah apabila kehidupan kita semakin sesuai dengan maksud dan kehendak-Nya dalam hukum itu.
Menerima Yesus sebagai Juruselamat berarti meletakkan iman dan bersandar pada-Nya dan ini menjadikan diri kita benar di hadapan Allah, dan memampukan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Di dalam Kristus berarti menjadi milik-Nya dipergunakan untuk kemuliaan-Nya. Mungkin timbul pertanyaan yang lain: Apa yang terjadi kepada orang yang hidup sebelum Kristus datang dan mati bagi dosa? Bagaimana dengan mereka yang dahulu memakai hukum Taurat sebagai pegangannya dan belum mengenal Tuhan Yesus? Mengapa Allah membiarkan umat-Nya di Israel sedemikian lama hingga mereka tercerai berai dahulu? Bukankah PL menuliskan, "Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah"? Bagaimana mungkin Yesus sebagai karya penebusan bagi orang berdosa? Kitab Roma 2:14-15 menuliskan, “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Dengan demikian "hukum Taurat" sebagai alat untuk menyadarkan manusia akan dosa ada pada setiap hati manusia meski mereka tidak mengenal hukum Taurat yang tertulis. Allah bekerja dengan caranya yang unik dan penuh misteri. Demikian juga bagi mereka yang dahulu mati sebelum datangnya Yesus, bahwa Yesus tetap merupakan hakim dan jalan keselamatan yang akan dinyatakan oleh Allah Bapa kelak. Kristus menjadi pembebasan dosa dan kemerdekaan bukan hanya untuk mereka yang masih hidup, tetapi juga bagi mereka yang berdosa sebelum Yesus turun ke dunia sebagai Penebus, sebab penebusan itu prinsipnya berlaku bagi semua orang.
Ketika kita memahami jalan keselamatan melalui iman, maka kita secara tidak langsung memahami lebih baik ajaran Yahudi. Kita tahu mengapa Allah memilih Abraham, mengapa hukum Taurat diturunkan melalui Musa, dan mengapa Allah begitu sabar terhadap umat Israel berabad-abad lamanya. Iman tidak meniadakan hukum Taurat, hanya membuat Allah berurusan dengan umat Yahudi menjadi dapat kita pahami (di dalam pasal empat Rasul Paulus akan menjelaskan tema ini secara lebih luas, band. 5:21: 8:3,4;13:9,10; Gal 3:24-29; dan 1Tim 1:8 tentang konsep ini). Hal ini juga bukan berarti bahwa hukum Taurat tidak bermanfaat atau dibatalkan, akan tetapi hukum Taurat menuntun kita kepada anugerah pengampunan yang diberikan oleh Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Inilah yang dimaksudkan nas minggu ini, semua itu meneguhkan hukum Taurat. Pendekatan Allah bukan pendekatan hukum, melainkan pemberian kasih anugerah. Jalan pengampunan hanya dengan pertobatan mengaku dosa kita di hadapan Yesus, tanpa ada persyaratan lain: siapa pun kita, latar belakang kita: baik orang kaya atau miskin, orang jahat atau setengah jahat, orang Batak atau Jawa, Yahudi atau Indonesia dan lainnya; baik mereka yang melakukan dosa yang besar dan berulang-berulang, maupun mereka yang merasa sedikit dosanya. Dengan demikian, semua orang, baik Yahudi atau bukan Yahudi, yang mengaku Yesus adalah Tuhan dan menjadikan Dia sebagai Juruselamat, akan diterima oleh Allah yang Satu.
Penutup
Melalui mas minggu ini kita disadarkan bahwa memang semua manusia telah melakukan perbuatan dosa dan tidak seorang pun layak di hadapan Allah. Dengan keberdosaan itu manusia layak menerima murka dan hukuman Allah, sehingga dengan demikian semua manusia menjadi binasa. Allah mengambil inisiatif untuk memperdamaikan dengan menganugerahkan Yesus Anak-Nya yang tunggal sebagai jalan pendamaian. Itulah iman yang diminta dari kita, yakni Yesus adalah Penebus dan Penyelamat bagi semua orang, baik yang telah mati sebelumnya, baik yang hidup sesudahnya. Dengan manusia mengakui jalan pendamaian itu dan bertobat, mengaku bahwa Yesus adalah korban persembahan yang diberikan Allah sebagai pengganti diri kita, dan menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan Gembala hidup kita, maka kita telah ditebus dan dibenarkan. Pembenaran demikian adalah sesuatu yang sah dan bukan berarti Allah membiarkan manusia begitu lama dalam keberdosaannya sampai Yesus datang ke dunia. Baik dia Yahudi ataupun bukan Yahudi, semua layak datang kepada-Nya memohon pengampunan dan pembenaran. Dengan demikian, melalui Yesus sebagai Tuhan, Allah kita adalah Allah yang Satu. Hanya yang penting, bagi kita semua yang sudah percaya dan menerimanya dengan iman, kita patut meminta pertolongannya dengan doa agar dimampukan untuk hidup benar berdasarkan iman kepada-Nya, karena orang benar hidup oleh iman.
Tuhan Yesus memberkati.
(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci dan tambahkan kata humor atau joke).
--------
Dalam pengadilan, jika seseorang terbukti bersalah melanggar hukum, bagaimana ia dapat membela diri? Begitulah situasi yang dihadapi manusia berdosa, tidak dapat membenarkan diri.
Lalu apa lagi yang dapat dilakukan manusia? Tidak ada, selain berharap pada kasih karunia Allah.
Paulus menegaskan: \= 1) Kebenaran manusia berwudjud anugerah, bukan gandjaran, 2) diberikan melulu atas kerahiman Allah, 3) diberikan karena ditebus oleh darah Kristus, 4) ditebus berarti diperdamaikan dengan Allah, 5) dari manusia hanja dituntut kepertjajaan akan Kristus. \+
mereka tidak mempunjai bagian dalam kemuliaan (kebenaran, kekudusan) Allah, sebab bukan atau belum anak Allah dan ahliwaris surga.
Lalu apa lagi yang dapat dilakukan manusia? Tidak ada, selain berharap pada kasih karunia Allah.
Doa: Ya Kristus,
Rm 3:24 - penebusan dalam Kristus Yesus identik bahwa Yahwe telah "menebus" Israel dengan membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjadikannya umat milik-warisanNya, Ula 7:6. Dalam menubuatkan "penebusan" dari pembuangan di Babel, Yes 41:14; para nabi memikirkan suatu pembebasan dengan arti lebih mendalam dan lebih umum, yakni pengampunan dosa, Yes 44:22; bdk Maz 130:8; 49:8-9.
Penebusan di zaman Mesias itu terlaksana melalui Yesus Kristus, 1Ko 1:30; bdk Luk 1:68; 2:38. Allah Bapa dengan perantaraan Kristus - atau Kristus sendiri - telah "membebaskan" Israel baru dari perbudakan hukum Taurat, Gal 3:13; 4:5; Kol 1:14; Efe 1:7; Ibr 9:15, dengan memperolehnya, Kis 20:28, menjadi kepunyaanNya sendiri, Tit 2:14, dengan membelinya, 1Ko 7:23; 6:20; bdk Gal 3:13 (terj: menebus); Rom 4:5
Rm 3:25 - jalan pendamaian // dalam darah-Nya // telah membiarkan
• jalan pendamaian: Kel 25:17; Im 16:10; Mazm 65:4; Ibr 2:17; 9:28; 1Yoh 4:10
• dalam darah-Nya: Kis 20:28; Rom 5:9; Ef 1:7; Ibr 9:12,14; 13:12; 1Pet 1:19; Wahy 1:5
• telah membiarkan: Kis 14:16; 17:30
pembenaran oleh iman menopang hukum Taurat menurut maksud dan fungsinya.
-------------------------------------
3:26 MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
Berdasarkan Sebaliknya dasar untuk tidak bermegah adalah berdasarkan iman. sebab dengan iman orang justru menyatakan dirinya tidak mampu. Yer 31:33; Gal 5:6; Rom 8:2.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak mungkin seseorang membenarkan dirinya sendiri dengan upaya menaati Taurat
karena iman: Rom 4:11,12; Gal 3:8
• kasih karunia: Yoh 1:14,16,17; Rom 4:16; 5:21; 6:14; 11:5; 2Kor 12:9; Ef 2:8; 4:7; Tit 2:11; Ibr 4:16
• telah dibenarkan: Rom 4:25; [Lihat FULL. Rom 4:25]
• karena penebusan: Mazm 130:7; 1Kor 1:30; Gal 4:5; Ef 1:7,14; Kol 1:14; Ibr 9:12
Tuhan tidak pernah melupakan dosa-dosa ini. Dia dapat mengampuni dosa, dan Dia sendiri tetap benar
jaitu seolah-olah benar dihadapan Allah karena djasanja sendiri. untuk bermegah: Rom 2:17,23; 4:2; 1Kor 1:29-31; Ef 2:9
Yeremia 9:23-24 yang berkata, "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya... tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena... ia mengenal Aku...."
PB menekankan beberapa kebenaran mengenai kematian Kristus.
1. Kematian itu suatu pengorbanan, yaitu korban darah-Nya (bd. 1Kor 5:7; Ef 5:2)
2. Kematian itu adalah untuk orang lain, yaitu Dia tidak mati bagi diri sendiri, tetapi untuk orang lain (Rom 5:8; 8:32; Mr 10:45; Ef 5:2).
3. Kematian itu bersifat penggantian, yaitu Kristus mengalami kematian sebagai hukuman atas dosa kita, sebagai pengganti kita (Rom 6:23; lihat art. HARI PENDAMAIAN).
4. Kematian itu adalah mendamaikan, yaitu kematian Kristus demi orang berdosa memuaskan sifat Allah yang benar dan keadaan moral-Nya, sehingga dengan demikian mengalihkan murka Allah dari orang berdosa yang bertobat. Integritas Allah menuntut bahwa dosa dihukum dan korban pendamaian dibuat untuk kita. Melalui korban pendamaian oleh darah Kristus, kekudusan Allah tetap tidak berkompromi dan Dia sanggup menyatakan kasih karunia dan kasih-Nya dalam keselamatan dengan adil. Harus ditekankan bahwa Allah sendirilah yang telah menetapkan Kristus sebagai korban pendamaian. Allah tidak perlu diajak untuk menunjukkan kasih dan belas kasihan-Nya, sebab "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2Kor 5:19; bd. Yoh 3:16; Rom 5:8; 8:3,32; 1Kor 8:6; Ef 4:4-6).
5. Kematian itu adalah penebusan, yaitu suatu korban untuk menebus atau membayar kerugian karena dosa. Dalam pengertian ini, kematian Kristus sebagai korban adalah dalam rangka meniadakan kesalahan akibat dosa. Melalui kematian Kristus kesalahan dan kuasa dosa yang memisahkan Allah dengan orang percaya ditiadakan.
6. Kematian Kristus itu mujarab, artinya kematian-Nya sebagai korban pendamaian mengandung khasiat untuk menghasilkan efek penebusan penuh yang diinginkan, bila kita menerimanya dengan iman.
7. Kematian itu adalah kemenangan, yaitu di salib Kristus berjuang dan menang atas kuasa dosa, Iblis, dan segala kekuatan jahat yang membelenggu manusia. Kematian Kristus adalah kemenangan awal Allah atas musuh-musuh rohani Allah dan manusia (Rom 8:3; Yoh 12:31-32; Kol 2:15). Jadi, kematian Kristus bersifat menebus. Dengan membayar tebusan dengan hidup-Nya sendiri (1Pet 1:18-19), Dia membebaskan kita dari musuh yang memperbudak umat manusia, yaitu dosa (Rom 6:6), kematian (2Tim 1:10; 1Kor 15:54-57) dan Iblis (Kis 10:38), sehingga membebaskan kita untuk melayani Allah (Rom 6:18;
----------------------
Seandainja pengalaman hukum ini sjarat mutlak untuk diselamatkan, maka seluruh bangsa manusia jang bukan Jahudi, dan sebab itu tidak dikurniakan hukum, tak mungkin diselamatkan.
Rm 3:30 •
• kebenaran Allah: Rom 1:17 • karena iman: Rom 9:30;
• Yesus Kristus: Gal 2:16; 3:22 • yang percaya: Yoh 3:15;; Rom 4:11; 10:4
• ada perbedaan: Rom 10:12; Gal 3:28; Kol 3:11
tetapi hukum Taurat membawa pengenalan akan dosa, sehingga "setiap mulut tersumbat." Hukum Taurat berfungsi terutama untuk membungkam setiap manusia yang suka memegahkan diri.
Melalui pendamaian dengan Allah dan melalui karya pembaharuan Roh Kudus, orang percaya sanggup menghormati dan menaati hukum moral Allah
(lihat cat. --> Rom 8:2;lihat cat. --> Rom 8:4).
Jika perbuatan baik tidak sanggup menggantikan keberdosaan manusia yang sangat fatal itu, Yesus Kristus adalah pengharapan bagi manusia berdosa untuk bisa berkenan kepada Allah.
===========================================================
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 617 guests and no members online