Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 5 Januari 2014

Khotbah Minggu 5 Januari 2014

 

 

Minggu Efipani

  

MEMPEROLEH KEBERANIAN MASUK KE HADIRAT ALLAH

(Ef 3:1-12)


Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 60:1-6; Mzm 72:1-7, 10-14; Mat 2:1-12

(berdasarkan   http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.


Ayat Ef 3:1-12 selengkapnya dengan judul:
Rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi.

 

3:1 Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah 3:2 -- memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, 3:3 yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. 3:4 Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, 3:5 yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 3:6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. 3:7 Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. 3:8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 3:9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 3:10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 3:11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 3:12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.

 

----------------------------

 

Pendahuluan

Minggu ini adalah minggu pertama setelah tahun baru yang oleh gereja dinamakan sebagai minggu Epifani, yang berarti penampakan. Epifani dapat diartikan dalam beberapa peristiwa, seperti kelahiran Tuhan Yesus, kunjungan orang Majus, pembaptisan-Nya, dan peristiwa di Kana sebagai pelayanan pertama-Nya. Nats minggu ini dilatar belakangi adanya pendapat dan kesombongan pada dua suku bangsa waktu itu, yakni bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan Allah dan otomatis akan diselamatkan, dan kedua bangsa Yunani adalah bangsa yang paling beradab dan pemikir sehingga mereka akan mendapatkan yang terbaik, menjadi latar belakang nats ini. Melalui nats minggu ini kita diberi pelajaran tentang hubungan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan Allah Bapa, menjadi hubungan khusus sebagai berikut.

  

Pertama: Panggilan khusus kepada tiap orang (ayat 1-3)

Rasul Paulus melalui surat ini menekankan bahwa ia dipanggil melalui kasih karunia sebagaimana yang dialaminya dalam perjalanan ke Damsyik, yang awalnya ia memburu orang-orang Kristen yang dibencinya sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Tapi melalui peristiwa kebutaannya, disembuhkan oleh mukjizat sesuai janji Tuhan, serta wahyu yang diterimanya dari Tuhan Yesus, ia kemudian disadarkan untuk tidak berbuat kejahatan lagi. Kesadaran itu membawanya untuk terus mengenal Kristus, melalui interaksinya dengan para murid, termasuk diduga ia juga membaca dan belajar tentang Injil yang sudah mulai dituliskan saat itu. Ia belajar bertahun-tahun sebelum akhirnya diminta Tuhan untuk Tiga kali mengadakan perjalanan pekabaran Injil ke berbagai wilayah di luar Israel.

  

Melalui peristiwa Damsyik itu, ia dipanggil Tuhan dan merespon dengan baik panggilan itu, bersedia dibentuk oleh-Nya dengan didikan dan tidak pernah takut untuk menderita termasuk dipenjara oleh karena penginjilannya. Ia menyadari bahwa kasih karunia yang ia terima haruslah dibagikan kepada banyak orang yang belum mengenal Allah yang benar, yakni Tuhan Yesus. Ia diberi hikmat oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil kepada mereka yang bukan Yahudi, sebab ia tahu bahwa murid-murid Yesus saat itu lebih banyak mengabarkan kepada umat Yahudi. Ia melakukan perjalanan melintasi daratan dan lautan, terhempas dan terjebak di pulau-pulau kecil, sampai akhirnya terpenjara di Roma. Semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk memberitakan dan membagikan kasih karunia itu.

  

Panggilan Tuhan pasti ada kepada semua orang. Jenis panggilan dan misinya pasti berbeda-beda, disesuaikan dengan pribadi dan lingkungan kontekstualnya. Ada yang menyadarinya dan merespon, ada yang menyadarinya tapi tidak memberi respon, dan ada yang tidak menyadarinya seolah-olah ia hidup untuk dirinya sendiri. Panggilan kepada Rasul Paulus adalah mengabarkan Injil bagi yang bukan Yahudi, yang saat itu menjadi tantangan utama. Kita pribadi yang masing-masing berbeda hadir Tuhan tempatkan dalam lingkungan yang berbeda dan dalam kontekstual yang berbeda pula. Bagi kita yang sudah menerima kasih karunia (keselamatan dan berkat) itu, pertanyaannya: apakah kita sudah menyadari adanya panggilan dari Tuhan untuk menjalankan misi-Nya; dan apakah kita sudah meresponnya dengan baik. Tetaplah bertanya dan tentukanlah jawabannya, sebab itu sebuah kehormatan bagi kita. Apakah kita bisa sama dengan Paulus, di tengah penderitaannya sebagai tahanan Romawi, ia masih tetap bersaksi dan berkarya? Itulah panggilan dan teladan buat kita semua.

  

Kedua: Dinyatakan di dalam Roh kepada semua bangsa (ayat 4-6)

Panggilan yang diberikan kepada Rasul Paulus membuka wawasan bahwa Injil adalah bagi segala bangsa. Keselamatan bukan saja bagi mereka keturunan Abraham, tetapi juga bagi mereka yang menjadi anak-anak rohani Abraham, untuk diadopsi menjadi anak-anak Allah. Panggilan Tuhan kepada setiap pribadi diminta membangun sebuah jemaah atau komunitas, dan komunitas atau jemaah inilah yang kemudian menjadi gereja, baik sebagai gereja lokal, gereja denominasi maupun gereja universal, yakni kumpulan orang percaya dan orang kudus. Inilah rahasia Allah di dalam Tuhan Yesus yang perlu disampaikan kepada banyak orang yang dinyatakan dalam Injil.

  

Pikiran orang Yunani mengatakan bahwa hikmat itu hanya ada dalam filsafat dan mereka yang berpikir keras dan dalam. Semua itu harus digali melalui diskusi-diskusi dengan pikiran yang terbuka. Akan tetapi Rasul Paulus mengatakan rahasia itu yakni hikmat Allah, ada pada Yesus dan akan diberikan kepada semua orang yang mau mengenal-Nya. Rahasia ini tidak diberikan kepada orang Yahudi yang berpikir mereka adalah umat istimewa sebagai keturunan Abraham; tidak diberikan kepada orang Yunani yang mencari hikmat melalui pikiran manusia. Sekarang, semua dibukakan kepada banyak orang melalui Injil sebagai sumber dari segala hikmat dan rahasia kehidupan. Rahasia itu diungkapkan kepada semua bangsa pada saat yang tepat yang merupakan waktu pilihan Allah melalui kedatangan Yesus sebagai manusia.

  

Rahasia dan sumber hikmat itu diberikan kepada semua orang melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati setiap orang percaya kepada Yesus, yang membuka hatiya akan panggilan menjadi utusan dan pewarta Injil dalam segala bidang kehidupan yang maha kaya. Kita bukan rasul, kita mungkin bukan pendeta atau penginjil, akan tetapi kita pasti dapat menceritakan tentang Yesus kepada orang-orang sekeliling kita. Cerita yang sederhana atau perbuatan kasih yang sederhana, pasti membuat mereka melihat Yesus. Roh Kudus akan bekerja menjadikan mereka murid. Dengan demikian mereka yang terpanggil dari segala bangsa dan percaya serta taat sebagai anak-anak-Nya, secara otomatis menjadi ahli waris dan sekaligus sebagai anggota tubuh-Nya yang dipakai bagi kemuliaan-Nya. Kepada mereka inilah janji itu diberikan, yakni janji damai sejahtera di dalam Yesus Kristus, janji berkarya dan berbuah bersama Roh Kudus, dan janji memperoleh keselamatan yang kekal bersama Bapa di sorga. Kasih dan kebenaran sejati itulah yang dinyatakan dalam Injil yang merupakan anugerah Tuhan bagi segala bangsa.

  

Ketiga: Injil sebagai pemberi kuasa (ayat 7-9)

Semua yang dijanjikan tersebut dapat terjadi hanya apabila manusia itu terus taat dan berusaha memberikan yang terbaik dari hidupnya. Namun kenyataan hidup di dunia tidak semudah yang kita bayangkan. Kelemahan tubuh, keinginan daging, dan iblis si penggoda membuat jalan yang kita tempuh sering menjadi tidak lurus. Memang hidup itu kadang seperti menggambar, membuat garis bengkok-bengkok sangatlah mudah, namun membuat garis lurus pasti sangat susah. Demikianlah juga kita dalam menjalani kehidupan keseharian, membuat hidup yang bengkok sangat mudah dan membuat hidup lurus pasti banyak tantangan. Oleh karena itu, melalui Injil yang menjadi dasar kasih karunia dan anugerah bagi kita, melalui Injil itu juga kita dikuatkan agar mampu memelihara dan menjaga hidup kita lurus sesuai dengan kehendak Allah.

  

Injil dapat menjadi sumber kekuatan untuk kita tetap hidup lurus karena melalui firman yang dituliskan tersebut, yang kita baca dan dengarkan, renungkan dan pelihara, kita terus menerus diingatkan dan perbaharui. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Luk 11:28). Inilah rahasia yang tersimpan berabad-abad dan tersembunyi bagi banyak bangsa, sebab sekarang pintu terbuka bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi dan Yunani saja. Menemukan kuasa Injil itu haruslah dengan rendah hati, bukan dengan kesombongan, sebagaimana Rasul Paulus katakan, ia adalah pelayan (deacon=pelayan meja) dan bahkan yang paling hina dari semua rasul. Dengan kerendahan hati itu, yang menganggap tugas pelayanan sebagai rahmat karena ketidaklayakan kita, maka Roh Kudus akan bekerja secara optimal bagi pelayanan yang kita berikan, sesuai dengan panggilan yang dinyatakan dalam kehidupan berdasarkan talenta dan karunia-karunia rohani yang kita miliki.

  

Kuasa Injil itu adalah kabar baik tentang damai sejahtera dan keselamatan di dalam Kristus Yesus melalui pederitaan, kematian dan kebangkitan-Nya dan menjadi nyata bagi banyak orang. Itu memampukan semua orang yang mau bertobat dan mengikut Dia menjadi anggota persekutuan orang kudus, yang setara di hadapan Allah Bapa, yakni anggota gereja sebagai tubuh-Nya dan Dia bertindak adalah Kepala. Semua disatukan dalam satu tubuh tidak hanya orang Yahudi tetapi semua bangsa. Ini merupakan hal yang tersembunyi juga bagi para malaikat-malaikat (pemerintah dan penguasa) di sorga, yang memudian terbuka melalui karya jemaat-jemaat dalam pelbagai hikmat Allah. Karya itu bukan eksklusif milik Rasul Paulus, melainkan karya kita semua anak-anak Tuhan melalui gereja-Nya.

  

Keempat: Memperoleh keberanian masuk ke hadirat Allah (ayat 10-12)

Hal yang penting dalam ayat ini adalah pernyataan bahwa maksud abadi rencana Allah itu telah ada sejak manusia jatuh ke dalam dosa, yang membuat Allah menyesal dan berjanji bahwa keturunan perempuan itu yang akan meremukkan pembuat dosa itu, yakni ular dan iblis. Perjalanan hidup umat pilihan-Nya yakni bangsa Israel menjadi bangsa teladan bagi sekalian bangsa-bangsa di seluruh bumi telah gagal. Nabi Yesaya juga sudah menyatakan bahwa segala bangsa untuk memperoleh Terang dan diselematkan (Yes 49:6). Aturan hukum Taurat yang dibuat tidak dapat membawa umat Israel sebagai umat kudus dan layak menjadi pilihan-Nya, sehingga Allah memberi perjanjian baru bagi semua bangsa-bangsa melalui Yesus dan Injil. Tembok pemisah itu telah dihancurkan Allah sehingga semua bangsa adalah sama dihadapan-Nya (Ef 2:14-15).

  

Perjanjian Lama memberi jalan pemulihan bagi umat yang berdosa melalui penyesalan dan pemberian korban persembahan, namun itu semua membuat manusia tidak semakin baik. Hal itu juga membuat manusia semakin jauh dari Allah yang mengakibatkan manusia semakin takut menghampiri takhta Allah yang Maha Suci dan Tinggi itu. Akan tetapi melalui rahasia yang diungkapkan oleh Injil, yakni dosa manusia telah ditebus oleh Yesus dan kita tidak memerlukan lagi pengantara, melainkan masuk dengan penuh keberanian dalam takhta hadirat-Nya, ini yang membuat kita dengan penuh keyakinan untuk datang kepada-Nya tanpa rasa takut, sebab semua dosa-dosa kita sudah diampuninya dan kita berusaha memberikan yang terbaik kepada-Nya. Bertanyalah pada Tuhan bagaimana kita akan dipakai-Nya, dan mintalah kuasa-Nya melalui Injil dan Roh Kudus yang menyertainya.

  

Allah kudus dan melalui Kristus kita dikuduskan dan inilah yang membuat kita dengan mudah menghampiri Allah. Melalui Yesus semua bangsa-bangsa dikuduskan dalam persekutuan umat-Nya, yakni Gereja-Nya dan Tubuh-Nya. Tanpa Kristus atau terlepas dari iman Kristus maka rasa takut itu akan muncul, dan ini pula yang membuat kita semakin tidak yakin dan gentar dalam menghampiri takhta-Nya. Namun kita juga perlu menyadari bahwa masuk ke dalam hadirat Allah bukan saja melalui pengudusan oleh darah Kristus, juga karena kita melakukan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita menerima berkat anugerah dan hendaklah berkat itu kita bagikan kepada orang lain juga, sebab tanpa membagikannya, kita juga bisa kehilangan berkat itu. Dengan demikian kita akan berani masuk ke dalam hadirat-Nya yang kudus dan agung.

  

Penutup

Nats di minggu epifani ini kembali mengingatkan kita bahwa kasih Allah demikian besar akan manusia. Kegagalan bangsa Israel sebagai bangsa teladan membuat Allah menetapkan rencana awalnya dinyatakan, yakni keturunan perempuaan itu menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari iblis. Keselamatan bukan hanya milik bangsa Yahudi dan hikmat bukan hanya milik bangsa Yunani saja. Kebanggaan atau kesombongan rasial tidak ada lagi pada dunia yang semakin terbuka ini. Allah mengasihi semua manusia dan rindu untuk menyelamatkan, dan Injil dinyatakan melalui Yesus sebagai sumber kekuatan yang terus menerus bagi orang yang dipanggil sebagai anak-anak-Nya untuk hidup dalam terang Illahi, berbuah, dan bersaksi, sehingga setiap orang yang dipanggil memperoleh keberanian masuk dalam hadirat-Nya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

  

(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min adalah Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode Pusat GKSI. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari dan juga diselingi humor yang relevan).

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 639 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7416415
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1173
58357
169181
7204198
451277
1386923
7416415

IP Anda: 172.70.92.233
2024-11-22 00:26

Login Form