Friday, October 10, 2025

2025

Kabar dari Bukit, Minggu 5 Januari 2025

Kabar dari Bukit

 

 KEKAYAAN DI DALAM YESUS (Ef. 1:3-14)

 

 ”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef. 1:14)

 

 

 

Semua orang ingin hidup dalam kekayaan, termasuk materi. Memang ada ungkapan: uang bukanlah segala-galanya, tapi tanpa uang, akan susah segala-galanya. Namun uang/harta tidak dapat membeli keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan sejati; bahkan akan menyirami "cinta uang akar segala kejahatan" dan berujung maut (1Tim. 6:10; Rm. 6:23a).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14; sebuah pujian syukur yang dalam bahasa aslinya (Yunani) berupa puisi kalimat panjang, tanpa koma. Judul perikopnya: Kekayaan orang-orang yang terpilih. Ada enam kekayaan besar yang diterima dari Allah Bapa, bila kita "Di dalam Dia", Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan pertama, "Di dalam Dia" kita telah dipilih sebagai milik-Nya; mengenal diri sendiri. Yesus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Juga tertulis, iman adalah pemberian, karunia rohani, bukan atas dasar pikiran dan kehebatan manusia (1Kor. 12:9; Rm. 12:3). Tentang kita dipilih sebelum dunia dijadikan (predestinasi), memang masih misteri, sebab konsep ini bisa bersifat pribadi, kelompok atau bangsa, misalnya, bangsa Israel; dan semua kelak akan dibukakan. Dipilih tentunya untuk dikhususkan, kudus, dan tak bercacat di hadapan-Nya (ay. 4-5).

 

 

 

Kedua, "Di dalam Dia" kita ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ay. 6). Firman-Nya menyatakan, "semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yoh. 1:12). Menjadi anak-anak Allah dilakukan dengan prinsip adopsi, diambil dan diangkat sebagai manusia baru di dalam Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan ketiga, "Di dalam Dia" dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa (ay. 7; 1Pet. 1:18-19). Penegasan lain, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus,.. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1Kor. 1:30). "Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr. 10:10).

 

 

 

Keempat, "Di dalam Dia" kita masuk persiapan dalam kegenapan yaitu dipersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi (ay. 10). Di bumi kita dipersatukan dalam gereja-Nya dan di sorga kita dipersatukan dalam persekutuan yang Am/universal dengan Kristus sebagai Kepala (Luk. 13:29; Why. 19:6-9).

 

Kelima, "Di dalam Dia" kita "mendapat bagian yang dijanjikan – yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah..., menurut keputusan kehendak-Nya" (ay. 11-12). Artinya, kita tidak dapat menuntut upah atau pahala, sebab semua adalah anugerah, bukan hasil usaha kita (Ef. 2:8-9).

 

 

 

Terakhir, "Di dalam Dia" kita diperlengkapi dan dikuatkan dengan Alkitab firman kebenaran - yaitu Injil keselamatan, yang menuntun kita menjalani kehidupan (ay. 13; 2Tim. 3:16). Selanjutnya kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, Roh Allah yang hidup menyertai kita. Dengan setia membaca firman-Nya dan teguh percaya, maka Roh Kudus menjadi jaminannya (ay. 14).

 

 

Oleh karena itu Alkitab berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi, ngengat dan karat merusakkannya" dan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:19, 33). Semoga di tahun yang baru ini kita lebih kaya di dalam Dia.

 Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

 

TERANG YANG BERCAHAYA (Yoh. 1:1-9)

 

 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat 4-5).

 

 

 

Minggu ketiga adven hari ini bagaikan jembatan yang menghubungkan situasi peringatan tentang datangnya akhir zaman yang maha dahsyat, menuju situasi sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru peristiwa 2000 tahun lalu di kota mungil Betlehem.

 

 

 

Firman Tuhan yang menjadi rujukan renungan kita hari minggu ini, Yoh. 1:1-9, berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Terang. Manusia membutuhkan terang yang secara umum tidak suka pada kegelapan. Allah pun, menciptakan terang di hari pertama (Kej. 1:3). Dengan terang, manusia merasa lebih aman dan nyaman. Terang membimbing seseorang terhindar dari kejatuhan, terperosok dalam, bahkan dapat menyelamatkan dari kematian.

 

 

 

Kehidupan rohani manusia juga memerlukan terang. Jiwa yang penuh terang akan berisi sukacita, dan jiwa yang gelap akan berisi kekuatiran dan ketakutan. Dan jelas, terang Ilahi akan melampaui terang dari hikmat pengetahuan dunia. Yesus memberi terang Ilahi pada manusia. Pribadi dan hidup-Nya membebaskan manusia dari kegelapan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga dasar bekal bagi hidup yang kekal. Tuhan Yesus adalah terang sejati. Manusia dengan Terang Yesus, membuat hidup lebih bermakna sesuai dengan kehendak Bapa.

 

 

 

Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang ke dalam dunia. Menyongsong natal berarti menyambut Sang Terang. Dia adalah Firman yang mencerahkan dan sumber segala inspirasi. Dia adalah Firman hidup yang memberi Roh penuntun. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4).

 

 

 

Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati, bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga bersifat adikodrati sebagai akibat tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita. Namun, kita tidak sekedar bersukacita atas kedatanganNya, karena kita juga dipanggil untuk menyiarkan Dia, sehingga orang lain pun memiliki Terang itu dan hidup mereka juga penuh dengan sukacita.

 

 

 

Tetapi kadangkala, itu tidak mudah bagi mereka yang sedang dalam kegelapan dosa, atau situasi kemiskinan yang membuat hidup menjadi perih. Bagi yang dalam kegelapan dosa, membuat rasa takut menjadi tampak nyata dan terbuka, tanpa mengetahui ada perdamaian dan pengampunan. Ini perlu usaha ekstra. Bagi yang dalam kemiskinan, khususnya di wilayah Kristiani lainnya yang masih rata-rata di atas 10% penduduk miskinnya, usaha lebih ekstra lagi. Perlu tindakan nyata. Bawalah dan siarkan Terang itu.

 

 

 

Mari membawa Kristus kepada mereka, melepaskan ikatan dosanya dan membebaskan kemiskinan yang tanpa pengharapan, dan menjadikan Terang memimpin hidup mereka. Seperti dikatakan dalam nas hari ini oleh Yohanes Pembaptis: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Kitab Filipi menyampaikan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5). Maranata.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (3) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

Khotbah (3) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

 

 SUKACITA MENANTI (Yer. 31:7-14)

 

 “Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana” (Yer. 31:12)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini adalah Yer. 31:7-14. Judul perikopnya: Perjanjian baru. Surat Yeremia ini ditulis saat bangsa Israel di masa pembuangan. Berbagai kesusahan mereka alami: tidak ada lagi lahan bertani dan panen hilang, kejahatan meningkat, umat terserak tidak dapat berkumpul, beribadah sulit sehingga pengajaran hilang, rumah Tuhan kosong, hubungan dengan Allah semakin menjauh (ay. 4-9). Tetapi, Allah berjanji memulihkan hal itu semua. Keselamatan akan diberikan, kesedihan menjadi sukacita dan sorak-sorai.

 

 

 

Kita sudah merasakan beratnya perjalanan hidup tahun lalu. Pandemi Covid-19 melantakkan seluruh bumi. Jutaan orang Indonesia semakin miskin, pekerjaaan hilang, pendapatan turun bahkan lenyap, berkumpul untuk melepas rindu pun dilarang. Keluar rumah harus bertutup mulut dan hidung, tidak boleh lagi merangkul, dan harus mengikuti prokes 5M supaya selamat dari virus jahat. Dalam hal ini, mungkin ada yang bertanya: Dimana Tuhan? Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi?

 

 

 

Nas minggu ini menjelaskan bahwa di atas semua kesusahan umat Israel itu, tujuan Allah adalah terjadinya pemulihan rohani. Bangsa Israel dihukum dengan dibuang ke negeri orang; oleh karena dosa-dosa umat dan pemimpinnya. Tidak ada ketaatan dan tidak ada lagi hubungan kasih sesama yang erat di antara umat. Para imam tidak lagi peka terhadap pesan Allah; umat telah meninggalkan Allah dan para pemimpin pun tidak peduli atas situasi yang ada yakni berkat Tuhan tidak lagi tercurah bagi mereka.

 

 

 

Perayaan Natal yang baru lalu selayaknya mengingatkan, jika ingin kita dipulihkan maka umat perlu semakin mendekat kepada Tuhan. Pemimpin juga harus semakin menyadari tujuan Yesus datang ke dunia, yakni bukan hanya untuk menebus dosa dan memberitahukan tahun rahmat, tetapi juga "untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19). Sangat jelas, selain rohani dipulihkan, semua kemiskinan dan dampaknya, mesti dikembalikan kepada gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26).

 

 

 

Pemulihan seperti apa yang kita harapkan setelah pandemi ini berlalu? Pemulihan apa yang kita mimpikan di tahun yang baru ini? Semua tergantung kita. Allah bekerja dengan perkasa dengan mudah membalikkan semua keadaan. Justru kita yang perlu banyak berkorban, perlu lebih banyak bersekutu dengan Tuhan dengan membaca firman dan berdoa; berdoa tidak hanya untuk diri sendiri.

 

 

 

Gereja-gereja kita sebaiknya  tidak hanya fokus dan sibuk dengan dirinya, mengurus organisasi dan denominasi untuk kepentingan anggotanya saja. Sebab, hal ini akan membuat umat lainnya yang berada di kawasan jauh dan pinggiran menjadi terus terabaikan. Serigala mengintai dan gereja tidak peduli. Jika kita ingin kesusahan pandemi ini segera berlalu, mohonkan kita dipulihkan dari "pembuangan" peradaban normal. Saatnya semua pihak bertobat, berbalik ke maksud Tuhan demi menebus dan menyelamatkan, yakni untuk menjadi alat Tuhan dalam menyelamatkan orang lain. Yesus diutus untuk mengutus kita. Ia memberkati agar kita menjadi berkat. Ia memberi teladan supaya kita menjadi teladan.

 

 

 

Marilah, memasuki tahun yang baru ini, kita nyatakan dengan bersyukur, juga semakin memberi hati dan talenta kita kepada Tuhan dan sesama. Kita bersukacita karena Tuhan telah menebus dan menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya. Kita melewati tahun lalu dan kini kita berpengharapan sebab Tuhan memberi janji baru kepada kita. Saatnya akan tiba: "Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka. Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku” (ay. 13b-14).

 

Tuhan telah bersemayam dalam hati kita semua menjalani tahun yang baru ini.

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

 

 SPESIAL DI HADAPAN ALLAH (Mzm. 147:12-20)

 

 “Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya! (Mzm. 147:20)”

 

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu kedua setelah Natal atau Minggu pertama di tahun baru, diambil dari Mzm. 147:12-20. Judul perikopnya: Kekuasaan dan kemurahan Tuhan. Ayat 1-11 sebelumnya menekankan kekuasaan dan kemurahan Tuhan, dengan karya-Nya yang besar dan ajaib bagi umat-Nya Israel. Tuhan baik dengan memulihkan mereka dari pembuangan di Babel, menyembuhkan yang patah hati, dan membalut luka-luka mereka (ayat 1-3). Kebaikan tersebut meneguhkan pengakuan Allah Mahakuasa, yang menciptakan bintang-bintang dan membuat awan-awan penutup langit. Ia membuat gunung-gunung dan menumbuhkan rumput (ayat 4, 8). Maka untuk itu Allah sungguh layak dimegahkan, disembah, serta dinaikkan puji-pujian bagi-Nya (ayat, 6-7).

 

 

 

Kita pun sebagai jemaat Israel baru, pengikut Kristus, tentu sudah merasakan kuasa dan kemurahan Tuhan sepanjang tahun lalu. Kita merayakan Yesus Kristus yang turun ke dunia, menebus dosa-dosa manusia, dan menjadikan Ia sebagai Juruselamat dan Raja yang memerintah hidup sehari-hari. Kita dapat menghitung hari-hari kemurahan Tuhan, membuat daftar besarnya, termasuk kemurahan-Nya, sehingga kita sehat selamat masuk ke tahun yang baru ini.

 

 

 

Tetapi, mungkin ada yang tidak dapat merasakan kebaikan Tuhan selama tahun lalu, atau sebelumnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pertama, kita perlu menyadari bahwa kebaikan Tuhan tidak tergantung kepada keadaan kita atau seseorang. Dia Allah yang Mahabaik; itu karakter Allah. Tidak ada yang dapat mengubah itu. Mungkin kita merasa sudah meminta, bahkan mengklaim memintanya dengan iman, namun belum ada jawaban. Tentu hal yang perlu ditanyakan adalah: apakah kita memintanya dengan motivasi yang baik? Allah tidak mungkin memberikan ular jika anak-anak-Nya meminta ikan (Mat. 7:9-10, Flp 4:19).

 

 

 

Nah, kalau kita merasa Allah belum baik (kepada kita), justru pertanyaannya: Mengapa? Mazmur minggu ini mengajarkan: Pertama, kita belum sungguh-sungguh menjalankan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kurang taat, itu istilah tepatnya. Jika kita merasa Allah berkuasa memberikan yang kita minta, maka taatlah pada aturan dan perintah-Nya. Bersekutu tiap pagi, berserah dalam menjalani kehidupan, produktif dan bekerja dengan baik, dan berbuah bagi sesama. “Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel,” kata Mazmur ini dalam ayat 19.

 

 

 

Kedua, kita mungkin tidak mensyukuri pemberian Allah yang sudah ada. Istilahnya, sering kurang puas. Allah Mahatahu akan kebutuhan dan keperluan kita. Tidak pernah ada yang mati karena kelaparan di negeri ini. Maka bila ada yang ingin ditambahkan, berusahalah dalam jalan Tuhan untuk meraihnya. Membuat rencana itu mutlak, sebab Allah lebih senang melihat rencana yang kita buat dan diberkati-Nya (Luk. 14:28; Yak. 4:15). Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.... (Mat. 7:7). Tetapi janganlah meminta hanya kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yak. 4:3).

 

 

 

Kita juga harus belajar bersyukur, meski ada pergumulan dan ujian iman yang datang menerpa. Sepanjang itu bukan karena kebodohan atau hilangnya hikmat, maka Tuhan pasti memberikan jalan keluarnya (1Kor. 10:13; Flp 4:13). Tetaplah semangat dan bersyukur. Tuhan menginginkan kita bertumbuh dalam keyakinan akan penyertaan-Nya, dan semua itu terjadi jika ada penghayatan firman yang dalam dan benar (lih. Rm 8:28). Ketahui firman-Nya dan refleksikan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan semakin mengenal Allah yang Mahabaik itu. Jadi, jangan hanya manis di mulut saja (Mat. 2:1-12).

 

 

 

Allah berkuasa dengan karakter Mahabaik-Nya, maka tidak sulit merasakan kita telah diberkati. “Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik” kata ayat 14. Ia menyampaikan perintah-Nya, firman-Nya, maka semua terjadi, bahkan membalikkan (ayat 15, 18).

 

 

 

Merasa diri hebat bahwa kita tidak membutuhkan Allah, sebab pintu-pintu gerbang berkat telah ada, itu sikap yang salah. Matthew Henry mengatakan, “palang pintu” tetap Allah yang pegang (ayat 13). Palang itu bisa menutup semua, kemudian orang congkak menjadi sengsara. “Allah senang kepada orang-orang yang takut akan Dia,” kata nas di ayat 11.

 

 

 

Poin penting dalam nas Mazmur minggu ini adalah: jadikan diri kita spesial, istimewa di hadapan Allah. Jangan merasa kita seperti “orang kebanyakan”, biasa-biasa saja. Kita merupakan pilihan Allah dalam bagian rencana-Nya. Membuat “perjanjian dengan Allah” menjadikan kita spesial, dan Allah akan menyertai dengan janji tersebut (ayat 19). Dan ayat 20 nas mengatakan, “Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.” Jadikan resolusi kita di tahun yang baru ini: aku istimewa di hadapan Tuhanku. Haleluya!

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Tahun Baru 1 Januari 2025

Kabar dari Bukit

 

 LIHATLAH, INI BARU (Pkh. 1:1-11

 

Perayaan Tahun Baru 1 Januari 2025

 

 

 

“Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” (Pkh. 1:9).

 

 

 

Hari ini kita memulai tanggalan yang baru, 1 Januari 2025. Mulai hari ini ke hari seterusnya, tahunnya bertambah satu. Seperti itulah kira-kira cara kita memahami masa depan dan akhir dunia ini.

 

 

 

Tahun baru selalu membawa harapan. Memang harapan kadang-kadang bisa menjadi sumber kekecewaan, jika tidak terwujud atau terlambat. Francis Bacon berkata, “Harapan sangat bagus sebagai sarapan, tetapi tidak bagus untuk makan tengah malam.” Tetapi harapan lebih memiliki nilai plus yang besar, yakni menjadi pendorong dalam kehidupan. Harapan adalah sauh yang kuat (Ibr. 6:19), maka tetap bersukacitalah dalam pengharapan (Rm. 12:11). Harapan yang besar membuat orang menjadi besar, kata Thomas Fuller. Alkitab menegaskan, jangan terjebak realitas. “... karena hal-hal yang dilihat bersifat sementara; tetapi hal-hal yang tidak terlihat adalah abadi (2Kor. 4:18).

 

 

 

Saya percaya segala sesuatu memiliki awal dan akhir. Firman Tuhan berkata: “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (Why. 21:6). Saya juga percaya pada proses. Dalam proses ada yang berjalan sesuai hukum alam, dan kadang campur tangan Tuhan secara langsung. Orang beriman layak menyadari hal itu. Dalam proses tersebut, firman Tuhan menekankan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:12).

 

 

 

Hidup di dunia sebuah perjalanan, sebuah ziarah. Di pergantian tahun ini, sangat baik bagi kita untuk berhenti sejenak, merenungkan perjalanan kita selama tahun 2024. Pasti ada sesuatu kebiasaan dan tingkah laku perbuatan kita yang kurang berkenan kepada Tuhan. Demikian halnya ada doa dan pengharapan yang terwujud, tapi mungkin ada pergumulan yang belum terjawab. Semua layak direnungkan dan dikembalikan kepada Tuhan kita, pemilik dan pengendali kehidupan.

 

 

 

Kita harus tetap berpegang bahwa Tuhan itu baik, sangat baik. Untuk itu “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 107:1). Dengan bersyukur maka kita tahu Tuhan bekerja dan memberi yang terbaik dalam hidup kita dalam memasuki tahun yang baru ini. Bila ada pengharapan naikkan dalam resolusi baru di 2025. Bila ada pergumulan yang belum terjawab, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (ay. 11a).

 

 

 

Mari kita berpegang pada narasi lagu KJ 408:

 

 

 

"Di jalanku 'ku diiring oleh Yesus Tuhanku.

 

Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku?

 

Diberi damai sorgawi, asal imanku teguh.

 

Suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku;

 

Suka-duka dipakai-Nya untuk kebaikanku."

 

Selamat TAHUN BARU 2025 untuk kita semua dan selamat beribadah bersekutu bersama Dia.

 

 

Tuhan Yesus mengiringi kita yang takut kepada-Nya, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 62 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12880567
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4023
3598
28951
0
46525
152208
12880567

IP Anda: 216.73.216.14
2025-10-10 22:44

Login Form