Tuesday, January 07, 2025

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 TUMPANG TANGAN (Kis. 8:14-17)

 

 

Minggu I setelah Epifani adalah Minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan yang menjadi renungan kita diambil dari Kis 8:14-17. Nas ini berbicara tentang kisah tanah Samaria yang telah menerima firman Allah, tetapi Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka. Padahal, dua rasul yakni Petrus dan Yohanes telah berdoa bagi mereka supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Mereka bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kedua rasul menumpangkan tangan di atas orang-orang Samaria, lalu mereka menerima Roh Kudus (ayat 14-17).

 

 

 

Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus ada tumpang tangan? Apakah dengan doa saja tidak cukup untuk mendapatkan kuasa sehingga Roh Kudus berdiam dan bekerja pada seseorang?

 

 

 

Tumpang tangan sudah berlaku sejak zaman PL. Itu dilakukan oleh para imam dalam pelbagai upacara khususnya untuk berdoa (1Raj. 8:54), dan memohon berkat Tuhan (Im. 9:22; Luk. 24:50). Tetapi orang tua terhadap anaknya juga sering tumpang tangan, seperti ketika Yakub memberkati anak-cucunya (Kej. 48:8-20). Tuhan Yesus juga melakukan penumpangan tangan ketika memberkati anak-anak yang dibawa kepada-Nya (Mrk. 10:16; Mat. 19:13-15) dan kepada orang sakit (Mrk. 5:23; Mat. 9:18; Luk. 4:40).

 

 

 

Kita juga sering melihat penumpangan tangan dalam peneguhan panitia dan pejabat gerejawi. Ini sama dengan Musa yang menumpangkan tangannya saat Yosua diteguhkan sebagai penggantinya (Bil. 27:18-23; Ul. 34:9, band. 2Tim. 1:6).

 

 

 

Maka terlihat bahwa fungsi dan makna penumpangan tangan sangat penting sejak dahulu, dan merupakan simbol adanya kuasa dan berkat rohani yang turun dari Allah kepada orang yang ditumpang tangan (band. Mrk. 5:30).

 

 

 

Tujuan dari semua itu yakni Roh Kudus berdiam dan bekerja dalam diri orang tersebut. Maka kita yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus oleh hamba Tuhan, perlu mengingat dan memahaminya dengan baik. Tidak ada yang dapat memindahkan atau menghalau kuasa yang telah diberikan. Terlebih bagi para pengerja gereja atau organisasi yang menyatakan dirinya Kristiani dan melakukan tumpang tangan, maka buah-buah karya Roh Kudus harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Bila itu tidak terlihat maka kuasa Roh Kudus yang diberikan melalui tumpang tangan menjadi sia-sia.

 

 

Orang yang hidup oleh Roh Kudus mestinya tidak suam-suam kuku; tidak terlihat semangat dan kuasa yang bekerja dalam dirinya. Ini teguran kepada orang-orang Kristen di Laodikia yang tidak panas dan tidak dingin (Why. 3:14-22). Mereka tidak menjadi sumber berkat dan kesegaran bagi orang lain; tidak menjadi pendorong semangat, sukacita, dan pengharapan bagi sesama. Allah sangat tidak menyukainya. Maka tetaplah bersemangat dan terus berbuah, sebab Roh Allah berdiam dan bekerja dalam diri kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 1020 guests and no members online

Statistik Pengunjung

10208220
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
31179
117800
300065
9392853
581793
1777712
10208220

IP Anda: 162.158.163.31
2025-01-08 05:33

Login Form