Friday, October 10, 2025

Khotbah (3) Minggu XVI Setelah Pentakosta - 28 September 2025

Khotbah Minggu 28 September 2025

 Minggu XVI Setelah Pentakosta (Opsi 3)

  

IBADAH DAN KECUKUPAN (1Tim. 6:6-19)

 

            Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVI setelah Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 6:6-19. Pokok renungan nas ini tentang ibadah, cinta uang, dan kebajikan. Ibadah berasal dari kata Ibrani abodah, avodah yang menurut KBBI berarti "Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya."

 

 

 

            Alkitab meminta kita orang percaya agar jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr. 10:25a). Pertemuan ibadah yang dimaksud mencakup ritual rutin, seperti doa pagi dan membaca Alkitab/Renungan, doa syukur malam, ibadah Minggu, doa-doa bersama, PA bulanan. Semua itu mestinya menjadi bagian dari kehidupan kita.

 

 

 

            Tetapi Alkitab juga memberikan pemahaman, bahwa melakukan kegiatan baik dalam kerangka pekerjaan, sosial, rumah tangga dan lainnya, itu pun merupakan ibadah. Perintahnya cukup jelas, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23). Dengan demikian seluruh kehidupan kita harus dianggap sebagai ibadah, dalam arti totalitasnya mewujudkan misi Allah di dunia ini.

 

 

 

            Manusia perlu uang. Itu wajar. Kita tahu tanpa uang hidup akan susah. Tapi uang bukanlah segalanya.  Banyak kesaksian dari orang kaya raya, bahwa uang tidak bisa membeli kebahagian. Uang juga tidak bisa membeli keselamatan. Oleh karena itu nas ini menekankan, jangan cinta uang sebab itu menjadi akar semua kejahatan (ayat 10). Kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia saat lahir, dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa saat mati (ayat 7). Cinta uang membawa kita menghalalkan secara cara. Menumpuk uang serta harta dapat menjadi tujuan dan menjadikannya mammon sebagai penyembahan berhala (Kol. 3:5; Ef. 5:5).

 

 

 

            Kita diajar untuk memahami sukacita mencukupkan diri dan terhindar dari keserakahan. Kita diminta bijak membedakan keperluan hidup dan keinginan hidup. Keinginan mudah terkontaminasi dengan godaan kedagingan, kuasa dunia, dan pengaruh iblis; semua dipadu melalui jerat dan nafsu keserakahan. Dan, motivasi ibadah kita janganlah untuk mencari berkat kekayaan. Waspada, tidak sedikit yang kecewa, berakhir dengan penjara, rasa malu, tekanan pikiran, atau putus asa.

 

 

 

            Pemazmur berkata, "Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik" (Mzm. 37:16). Untuk itu bersyukurlah atas hal yang sudah diterima. Justru perasaan syukur lebih dinikmati saat dapat memberi, bukan menerima. "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kis. 20:35b). Kita anak-anak Allah atau manusia Allah disebut dalam nas ini (ayat 11), diminta: "engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." Jelas. Jangan kalah karena rakus uang, jadilah pemenang pertandingan dan teruslah rebut hidup yang kekal.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 25 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12880514
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3970
3598
28898
0
46472
152208
12880514

IP Anda: 216.73.216.14
2025-10-10 22:35

Login Form