Friday, November 22, 2024

Khotbah Minggu I Setelah Natal 2023

Khotbah Minggu Pertama Setelah Natal 2023

 

 MELIHAT KESELAMATAN (Luk. 2:22-40)

 

 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa” (ayat 29-31)

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu pertama setelah Natal, Luk. 2:22-40, bercerita tentang Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan – Simeon dan Hana. Sebuah tradisi Yahudi, bila seorang anak laki-laki lahir, maka pada hari kedelapan bayi itu disunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan bagi keturunannya. “Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat” (Kej. 17:10). Dalam nas ini pengertian sunat disebut sebagai pentahiran, dikuduskan bagi Allah (ayat 23; Im 12:1-4). Dalam kesempatan itu pula orang tua bayi membawa persembahan, sesuai aturan hukum Tuhan. Yusuf membawa sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Sebuah pertanda bahwa Yusuf dan Maria bukanlah dari keluarga kaya, yang dapat membawa persembahan domba, hewan yang lebih besar dan mahal.

 

 

 

Ketika mereka memasuki Bait Allah, mereka dipertemukan dengan dua nabi, Simeon dan Hana, keduanya sudah tua. Yesus, bayi yang sejak awalnya telah menimbulkan “geger” dengan dikandung oleh perawan Maria dan kelahirannya membuat takut raja Herodes dan ingin membunuhnya, kemudian diperkuat dengan peneguhan oleh Zakharia dan Elisabet orangtuanya Yohanes Pembaptis, kini semakin diteguhkan dengan pernyataan Simeon dan Hana.

 

 

 

Simeon memiliki pesan dari Roh Kudus bahwa sebelum ia mati, kerinduannya untuk melihat Mesias akan terkabul. Maka ketika melihat Yesus, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa” (ayat 29-31). Janji Tuhan kepadanya telah digenapi dan ia penuh sukacita atas hal itu. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (ayat 34-35). Pedang yang menembus, merupakan nubuatan bahwa Yesus akan mati muda di hadapan Maria.

 

 

 

Hana, janda yang sudah tua, hidupnya diisi dengan terus beribadah, berdoa dan berpuasa siang malam dan tidak pernah meninggalkan Bait Allah. Tatkala melihat Yesus, ia pun lega dan langsung mengucap syukur kepada Allah. Ia berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan bangsa Yahudi dari penjajah Romawi. Kerinduannya telah dipenuhi dengan melihat langsung Yesus Sang Pelepas telah datang, terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya, Israel (ayat 32).

 

 

 

Pesan pertama nas minggu ini adalah kita tidak dilarang merancang pengharapan yang tinggi. Tetapi diperlukan suatu tindakan yang mendukungnya, sebagaimana dilakukan Simeon dan Hana. Simeon hidup dengan benar dan saleh, serta Hana hidupnya diisi total dengan beribadah siang malam di Bait Allah. Sebuah ekspresi kerinduan, dan doanya dikabulkan oleh Allah.

 

 

 

Pesan kedua, ketika doa permohonan dikabulkan oleh Tuhan, maka kita layak bersyukur. Doa permohonan yang spesial, maka responnya juga mesti spesial. Tidak baik mengabaikan peran doa, tetapi lebih tidak baik lagi jika doa telah dikabulkan, kita membuatnya seolah-olah itu “biasa saja”. Simeon menyerahkan hidupnya kepada Tuhan setelah melihat keselamatan dan terang itu datang. Hana menyampaikan kabar sukacita itu kepada banyak orang setelah melihat Yesus. Perbuatan kebaikan Allah kepada kita, harus dibagikan dan menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain.

 

 

 

Pesan ketiga, Yusuf dan Maria menghagai dan mengikuti ajaran yang berlaku. Mereka taat meski sudah mengetahui sebelumnya tentang “Anak Kudus Yesus” yang spesial. Tetapi mereka tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk mengabaikan hukum. Ini juga mereka perlihatkan saat Yesus berusia 12 tahun, membawa Yesus ziarah ke Yerusalem saat perayaan Paskah, tradisi yang lazim bagi umat Yahudi.

 

 

 

Ketaatan dan ketekunan orang tua Yesus pada tradisi dan hukum Tuhan, memberi kita pelajaran bagaimana seorang anak dapat bertumbuh dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Nas minggu ini menyebutkan, “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (ayat 40). Sebuah teladan bagi kita orang tua, agar anak kita diberkati dan dipakai Tuhan.

 

 

 

Mari kita lihat keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Mari kita lihat berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Semua itu harus kita syukuri dan jadikan sebagai kesaksian yang hidup melalui anak-anak kita, keluarga kita, dan tentu saja bagi semua orang yang merindukan keselamatan.

 

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 913 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7501108
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
20160
65706
253874
7204198
535970
1386923
7501108

IP Anda: 162.158.162.189
2024-11-23 06:11

Login Form