Thursday, November 21, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 30 Juli 2023

Kabar dari Bukit

 

 KARMA DAN TABUR TUAI (Kej. 29:15-28)

 

 ”Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" (Kej. 29:25b)

 

 

 

Alam semesta memperlihatkan hukum kausilitas sebab akibat, aksi reaksi, dampak interaksi dan tindakan; bukan hanya kebendaan tetapi juga interaksi sosial psikis manusia. Dan, ada mekanisme yang menjaga keseimbangan, keadilan dan keharmonisan.

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Kej. 29:15-28. Ini kisah Yakub yang melarikan diri ke rumah pamannya Laban, terkait tipuannya terhadap abang dan ayahnya untuk mendapatkan hak kesulungan. Sebagai paman, Laban memberi kesempatan Yakub tinggal bersamanya.

 

 

 

Laban memiliki dua anak perempuan: Lea dan Rahel. Yakub ternyata tertarik kepada Rahel yang cantik parasnya (ay. 17), dan ingin menikahinya. Sebagai mahar, Yakub sepakat bekerja selama tujuh tahun bagi Laban. Ternyata di malam pernikahan, Laban menipu Yakub dengan menyerahkan Lea (ay. 23). Yakub pun protes. Setelah perundingan, akhirnya Yakub setuju bekerja tujuh tahun lagi. Sebuah usaha panjang mendapatkan Rahel pujaannya (ay. 27).

 

 

 

Apakah Yakub tertipu merupakan hukuman dari Allah? Apakah itu karma? Istilah karma cukup populer. Kata ini berasal dari ajaran agama Hindu dan Buddha yang dalam KBBI disebutkan sebagai (1) perbuatan manusia ketika hidup di dunia; (2) hukum sebab-akibat.

 

 

 

Alkitab tidak mengatakan bahwa Yakub yang menipu kini tertipu sebagai hukuman. Namun PL menjelaskan keadilan Allah untuk menghukum orang yang salah sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya (Ul. 19:15-21). "Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki" (ay. 21; bdk. Kel. 21:23-25; Im. 24:19-21).

 

 

 

Namun bila didalami, nas ini dapat diartikan sebagai hukum balas dendam (retributive justice). Kitab PL memang memberi peluang sebagaimana dituliskan, "Hak-Kulah dendam dan pembalasan" (Ul. 32:35a). Hukuman dan pembalasan dapat diberikan di dunia, dengan melibatkan subjektivitas manusia dalam penerapannya.

 

 

 

Dalam PB ada perintah yang serupa, tapi tak sama. "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan" (Rm. 12:19b; Ibr. 10:30). Itu sebabnya Tuhan Yesus menentang tafsiran lama tentang pembalasan oleh manusia (Mat. 5:38-42). Yesus malah meminta pengikut-Nya mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka (Mat. 5:44). Jadi pembalasan tidak boleh oleh manusia. Soal penerapan hukum positif negara dan kemasyarakatan, itu hal yang lain.

 

 

 

Melalui PB kita juga bisa melihat karma dari hukum tabur tuai yang Tuhan Yesus ajarkan. "Jangan sesat! .... Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7). Meski demikian, baik yang ditabur hal baik dan buruk, tidak spesifik dijelaskan tuaiannya diterima di dunia, atau kelak dalam penghakiman saat pembagian upah dan mahkota. Semua kemutlakan hak Allah, dengan dua pertimbangan: keadilan dan anugerah.

 

 

 

Ada perbedaan lainnya. Karma terkait dengan kehidupan berulang yang mungkin dalam bentuk spesies yang lebih tinggi atau rendah. Ini disebut samsara atau reinkarnasi. Ajaran Alkitab tidak mengenal hal itu, dengan menekankan, "manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibr. 9:27). Tidak ada kehidupan yang berulang. Justru ada pintu pengampunan melalui pertobatan untuk hidup selamanya melalui anugerah.

 

 

 

Tetapi ada kesamaannya. Sebuah hukuman pada dasarnya tidak hanya demi keadilan, juga memiliki aspek pengajaran. PL menjelaskan, "Maka orang-orang lain akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu" (Ul. 19:20-21).

 

 

 

Melalui nas ini kita lebih belajar. Pertama, perbuatan dosa akan menjadi pintu masuk dosa lainnya. Perbuatan tipu dan kecurangan membuahkan hal jahat lainnya. Kedua, Yakub telah bertobat, tapi ia siap menerima konsekuensi dengan bersedia bekerja tujuh tahun lagi, meski Rahel telah diberikan kepadanya tujuh hari setelah pernikahannya dengan Lea (ay. 20). Tidak ada lagi tipu-menipu. Patuh dan taat, memang itu jalan lurus menuju kehidupan damai sejahtera dan diberkati, sebagaimana Yakub kemudian menjadi bapak bangsa Israel. Semoga kita siap untuk hal tersebut.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 723 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7419439
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4197
58357
172205
7204198
454301
1386923
7419439

IP Anda: 162.158.106.9
2024-11-22 01:34

Login Form