Friday, November 22, 2024

Khotbah 1 Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga 2023

Khotbah Tuhan Yesus Naik ke Sorga 18 Mei 2023

 SEGALA SESUATU TELAH DILETAKKAN DI BAWAH KAKI KRISTUS (Ef. 1:15-23)

 Bacaan lainnya: Kis. 1:1-11; Mzm. 47 atau Mzm. 93; Luk. 24:44-53

 

 

Pendahuluan

Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu membantu informasi tentangnya, tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesungguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya bagaikan sebuah buku terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua tercatat dan dapat dinilai (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak belajar menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang tertulis, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol. 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam bentuk dukungan mereka bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan pengenalan dengan berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef. 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb. 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan Ilahi-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus pasti mengubah hidup kita selamanya.

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

Doa Rasul Paulus kedua bagi jemaat Efesus yakni agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita baik, melainkan suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor. 4:6; Ibr. 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup penuh semangat dan berdaya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kemuliaan yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya berupa damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut terhadap kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah bagian alam semesta milik dan ciptaan Allah. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang dipakai untuk membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga yang diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti pada Yesus, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni kekekalan (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang tak terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" dalam melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini sekaligus penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian duduk berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator, sebuah bangsa, atau pada kematian dan bahkan pada setan. Kekuasaan Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9, 10).

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Semua ini merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibela dan dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia dapat mudah mengalahkan keinginan tubuh, namun begitu menghadapi godaan hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, berteriak, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

 

Dalam Mzm. 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah pasti menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi alam semesta.

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa diberikan pada Kristus sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian, kumpulan orang ini disebut dengan gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala, Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Kepenuhan Dia untuk memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus sebagai Raja yang kita peringati dan teguhkan melalui nas minggu ini.

 

Penutup

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur dan dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah dan Ia duduk di sebelah kanan Allah, tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan dalam kekekalan. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 758 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7432713
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
17471
58357
185479
7204198
467575
1386923
7432713

IP Anda: 162.158.162.210
2024-11-22 08:17

Login Form