Khotbah 1 Minggu Hari Raya Paskah - 2023
Khotbah 1 Minggu Hari Raya Paskah - 2023
PIKIRKANLAH PERKARA DI ATAS, BUKAN DI BUMI (Kol. 3:1-4)
Bacaan lainnya: Kis. 10:34-43 atau Yer. 31:1-6; Mzm. 118:1-2, 14-24; atau Kis. 10:34-43; Yoh. 20:1-18 atau Mat. 28:1-10
Pendahuluan
Dalam kitab Kolose, firman Tuhan yang disampaikan melalui Rasul Paulus pada bab 1 dan 2 bercerita tentang hal yang sudah dilakukan oleh Kristus bagi kita, khususnya dalam menebus dosa-dosa kita dan keselamatan, termasuk penjelasan alasan yang salah tentang penyangkalan diri. Maka dalam bab 3 dan 4 Rasul Paulus menjelaskan bahwa setelah Kristus melakukan sesuatu yang begitu istimewa bagi kita, maka kita pun perlu melakukan sesuatu bagi Dia, termasuk untuk keberadaan gereja yang Dia adalah Kepala. Pada bagian awal bab 3 ini dijelaskan tentang pentingnya kita memikirkan hal-hal di atas dan bukan lagi soal-soal di bumi. Maka melalui nas minggu ini, kita diberikan pokok-pokok pengajaran sebagai berikut.
Pertama: Dibangkitkan bersama Kristus (ayat 1a)
Setiap orang percaya yang menerima Kristus pada hakekatnya telah mati dengan dosa-dosa lamanya (Rm. 6:11), sebab dosa upahnya maut (Rm. 6:23). Hidup lamanya telah dikubur dan dipisahkan dari dosa-dosa itu. Namun oleh karena kebaikan dan anugerah Tuhan Yesus, kita dibangkitkan dari kematian. Simbol baptisan dengan diselam pada zaman dahulu dapat diartikan demikian: ketika seseorang dibenamkan, itu lambang dikuburkan, dan ketika diangkat dari air, itu lambang dibangkitkan. Tetapi baptisan tetaplah sebuah simbol, sama seperti tanda sunat lahiriah di zaman Musa. Oleh karenanya dalam Kol. 2:12 dikatakan, "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati."
Bangkit bersama Kristus berarti hidup kerohanian kita dibangkitkan oleh Allah untuk memasuki hidup baru bersama dengan Kristus. Melalui kebangkitan itu, Allah memperbarui roh dan jiwa kita dengan jalan Roh Kudus diam dan berkuasa di dalam hati kita, meski fisik kita belum berubah setelah kebangkitan itu, yakni masih memiliki tubuh yang sama sebelum masa hidup baru. Kita masih tetap hidup dan tinggal di dunia ini, dengan pengertian kita tidak bisa lepas dari kebutuhan pangan, sandang, biologis, rasa aman, dan lainnya, dan demikian juga kita tidak bisa menghindar dari penyakit dan kematian tubuh duniawi yang ada. Dalam hal itu memang "dunia lama" kita masih tetap ada, yang kadang-kadang membuat kita terjatuh ke dalam dosa akibat kedagingan dan rayuan si jahat. Oleh karenanya, tanpa memiliki hidup baru dengan kuasa Roh Kudus, maka segala upaya kita untuk hidup yang berkenan kepada Allah akan sia-sia.
Bangkit bersama Kristus berarti memberi kesempatan kepada Roh Kudus untuk membaharui hidup kita secara terus menerus, sebagaimana dijelaskan pada pasal 2 sebelumnya, mengakui bahwa hidup kita sudah menjadi milik-Nya, sehingga kita memiliki sifat dan perilaku serupa seperti Kristus. Ayat Rm 6:5 mengatakan, “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Kita jangan masuk dalam pengajaran-pengajaran yang salah sebagaimana dinyatakan pada pasal 2 yang menjauhkan kita dari Kristus dan kasih akan sesama, melainkan berupaya memberikan yang terbaik sesuai dengan talenta dan karunia untuk menyenangkan hati Allah. Orientasi kita tetaplah sorgawi, tempat Kristus Yesus duduk saat ini di sebelah kanan Allah (Mzm. 110:1; Mrk. 16:19; Ef. 1:20). Ia bertakhta sambil terus berdoa bagi kita orang percaya, agar kerohanian kita sama dengan wujud perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua: Cari dan pikirkanlah perkara di atas (ayat 1b-2)
Bagi kita yang sudah dibaptis dan mati di dalam Kristus, firman Tuhan sebelumnya mengatakan, "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia” (Kol. 2:20). Sebagai manusia baru, kita orang percaya diminta mencari perkara-perkara di atas, maksudnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan sorgawi. Kita tidak terjebak lagi dengan aturan-aturan legalistik dan menghilangkan hakekat yakni kasih termasuk belenggu ritual peribadatan. Firman Tuhan menegaskan, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33). Mencari dan memikirkan sesuai nas minggu ini berarti mengerahkan segala upaya roh dan jiwa kita untuk memberikan yang terbaik. Kita bisa lihat dan ukur hal itu dari kesukaan kita pada firman Allah, doa dan ibadah, dan keinginan menjadi pelaku-pelaku firman Allah.
Memikirkan hal-hal di atas berarti berjuang untuk menempatkan prioritas sorgawi dalam kehidupan praktis sehari-hari. Hal-hal di atas berarti sesuatu yang berlawanan dengan di bumi, dan cara berpikir kita akan mempengaruhi tindakan di bumi. Ini juga berarti kita berkonsentrasi pada hal-hal yang abadi dibandingkan dengan hal sementara di dunia ini, yang memperlihatkan kedewasaan dalam berpikir. Memikirkan tentang hal-hal di atas berarti melihat kehidupan ini dari sudut pandang Allah dan mencari tentang rencana-Nya dalam hidup kita. Beberapa hal tentang hidup yang berkenan kepada Allah diberikan pada ayat-ayat berikutnya hingga pasal 4. Dalam Kol 3:15 diberikan gambaran bagaimana Kristus menguasai hati dan pikiran orang-orang Kristen (band. Flp. 4:9). Hal ini bisa menghasilkan penangkal bagi kecenderungan materialisme, dan kita juga mendapatkan pemahaman yang benar tentang materi dan kekayaan ketika kita melihat dari sudut pandang sorgawi. Itu juga penangkal bagi sensualitas, dan akan melengkapi penangkal-penangkal yang menghambat perkembangan aspek kerohanian kita, serta menyadari mengikut Kristus berarti mengasihi dan melayani dunia. Dengan mencari yang Kristus inginkan, kita memiliki kekuatan untuk menahan kesenangan-kesenangan dan kegiatan tidak produktif lainnya.
Kewargaan kita adalah sorgawi (meski kita masih punya KTP di bumi). Dalam kitab Filipi dikatakan, “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp. 3:20-21). Dengan demikian kita membuat penilaian dan pertimbangan segala aspek kehidupan ini dari sudut pandang sorga. Hidup di dunia bukan berarti kita harus membenci dunia dan menjadi terpisah dengannya. Kita hanya memperlakukan dunia di sekitar kita sebagaimana Allah menciptakan dengan maksud tujuan-Nya, dan kita hidup secara harmoni di dalamnya. Membenci dunia haruslah dalam pengertian sifat-sifat duniawinya, bukan membenci isi ciptaan-Nya, sebab tugas dan tanggungjawab kita ada juga di dalamnya yakni sebagai orang-orang yang mengelola demi kemuliaan-Nya.
Ketiga: Kamu telah mati dan tersembunyi dalam Dia (ayat 3)
Apa yang dimaksud dengan hidup orang percaya tersembunyi di dalam Kristus? Kita tahu orang mati dikuburkan dan menjadi tersembunyi di dalam tanah. Tetapi orang yang telah mati dosa-dosanya, tubuhya tetap ada terlihat namun hidupnya menjadi tersembunyi di dalam Kristus. Inilah perbedaan yang sangat penting. Dalam Perjanjian Lama kata tersembunyi berarti aman dan selamat (Mzm. 27:5–6; Yes. 49:2; 31:19–20). Pelayanan dan perbuatan kita tidak menghasilkan keselamatan, sebab keselamatan dari iman, tetapi semua pelayanan dan perbuatan baik itu adalah buah dari keselamatan. Ini bukan sekedar pengharapan terhadap masa depan, tetapi juga sebuah fakta yang sudah digenapi pada saat ini. Status dan kedudukan kita sudah pasti. Oleh karena itu, peganglah teguh keselamatan yang diberikan, dan hiduplah setiap hari untuk Kristus. Kebenaran ini melengkapi perspektif yang berbeda tentang hidup kita di dunia ini dan dunia ini bukan lagi yang terpenting dan utama.
Tersembunyi di dalam Kristus berarti yang terjadi bukan lagi penonjolan diri. Hal yang kita perbuat dan capai dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan harus kita akui adalah kehendak dan pertolongan Allah, sehingga Dia-lah yang ditinggikan, bukan diri kita. Kita bermegah hanya dalam salib Tuhan (Gal. 6:14; Luk. 9:23). Hal yang kita lakukan memang bisa tersembunyi bagi mata dan pujian manusia, tetapi itu semua akan terbuka dan terungkap dalam buku kehidupan kita. Kita juga jangan terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang membawa kita seolah-olah rajin bersekutu, ikut beribadah, membaca firman Tuhan, bahkan melayani, namun kemudian kita merasa tidak bahagia. Pasti ada yang salah dalam hal ini. Jangan sampai dalam melakukan itu kita sebenarnya melupakan hakekat dan tujuan melakukan itu sehingga kita kecewa dan merasa tidak puas. Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita berpusat pada diri sendiri, bukan pada Kristus. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas tujuan dan penyertaan Roh dalam melakukan semua itu, sebelum akhirnya kekecewaan kita membawa kita kepada dosa. Perlu dilihat dan diperhatikan bahwa komunitas kita saat bergaul sangat menentukan cara berpikir kita, di samping tentu saja kecenderungan bawaan dari bawah sadar yang merupakan hasil pendidikan dan masa kecil.
Kita yang telah mati dan tersembunyi berarti harus menekan serendah dan sesedikit mungkin keinginan-keinginan duniawi. Semua itu hanya terjadi bila proses identifikasi diri kita menjadi serupa dengan Kristus. Tujuan kita hanyalah untuk melakukan kehendak Allah yang bersifat kekal dan mulia. Namun jangan juga ditafsirkan bahwa kita harus lari dari dunia ini dengan mengasingkan diri dalam bentuk tapa, merenung-renung, semedi, atau larangan-larangan yang tidak berguna. Kalaupun kita melakukan hal itu, maka dasarnya harus dari hikmat akal pikiran atau tujuan pelatihan rohani. Seseorang yang tidak makan daging atau darah jangan berdasarkan bahwa itu dari firman Tuhan, tetapi boleh saja berdasarkan hal itu kurang sehat sebab mengandung kolesterol tinggi. Memang dalam sejarah kekristenan hal-hal ekstrim juga pernah ada dalam bentuk menjaga kekudusan, namun akhirnya semua kembali kepada firman Tuhan yang dipadu dengan hikmat akal pikiran yang diiluminasi oleh Roh Kudus.
Keempat: Kita pun menyatakan diri kelak dengan Dia (ayat 4)
Sebagaimana dikatakan di atas, mereka yang sudah percaya hidupnya tersembunyi di dalam Kristus, dalam pengertian yang dilakukannya adalah pekerjaan Kristus dalam dirinya (Gal. 2:20). Ia tidak menonjolkan diri sehingga manusia tidak dapat melihatnya dengan baik. Tetapi dalam semua perbuatan baiknya itu, Allah melihat dan mencatat dengan jelas semua hasil kerjanya termasuk dengan motivasinya. Satu pun tidak akan terlewat dan semua yang mengambil bagian dalam perluasan kerajaan-Nya menjadi jelas bagi semua orang. Kemuliaan Yesus pada masa kedatangan-Nya dan masa penghakiman bagi bangsa-bangsa, merupakan saat kemuliaan bagi kita. Semua janji-Nya pasti sebab Dia adalah Allah yang setia.
Kebangkitan Kristus adalah fakta yang sudah tidak dapat disangkal. Kebangkitan Kristus merupakan dasar iman kita yang membuat semua yang kita percayai dan kerjakan sebagai buah iman tidak sia-sia, dan semua yang kita lakukan akan penuh berarti. Kebangkitan-Nya adalah kebangkitan kita juga, bukan saja saat ini tetapi juga kelak pada diri kita berupa kebangkitan tubuh kemuliaan. Kebangkitan kita saat ini memberi kita kuasa untuk hidup bagi Dia, dengan hidup berbuah dan terus berkarya. Kebangkitan kita kelak dengan tubuh kemuliaan memberi kita pengharapan tentang masa depan, yakni Dia akan datang kembali. Pada bagian akhir pasal 3, Rasul Paulus menjelaskan bahwa orang percaya harus bertindak saat ini dalam menyongsong saat kembali-Nya.
Saat ini Tuhan Yesus sudah duduk bertakhta di sorga (Mzm. 110:1; Ef. 1:20). Rumah kediaman orang Kristen adalah tempat Kristus hidup (Yoh. 14:2, 3). Semangat kita adalah semangat pengabdian dan rasa syukur dan bukan semangat mencari imbal jasa. Upah adalah suatu hak yang melekat dan bukan tujuannya. Kesempurnaan dalam panggilan dan pilihan Tuhan yang membuat kita sebagai orang yang merdeka, itu supaya kita semakin memberi buah, menjadi serupa dengan gambar Kristus (2Kor. 3:18, dan hidup semakin berbuahkan kebenaran (2Kor. 9:10). Bagi kita yang sudah memahami hal itu pasti rindu untuk berbakti, melayani Allah dengan segenap hati dan melayani sesama. Dan semua itu akan dibuka dan dinyatakan pada saat Parusia, janji kemuliaan yang datang bersama-sama dengan Dia (Yoh. 17:24).
Penutup
Melalui nas minggu ini diingatkan bahwa sebenarnya kita sudah dibangkitkan dari kematian akibat dosa-dosa kita. Kristus Yesus telah melakukan itu melalui penderitaan dan kematian-Nya sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Maka untuk itu kita tidak lagi memikirkan hal-hal yang “rendah” di bumi ini, melainkan berpikir dan mencari hal-hal di atas yang di sorga. Cara berpikir ini akan mempengaruhi kita untuk mengakui pertolongan Tuhan, dan itu membuat kita tidak menonjolkan diri. Diri kita menjadi tersembunyi di dalam Kristus yang sudah hidup di dalam diri kita. Kita tidak perlu kecewa atau kesal meski manusia tidak melihat dan menghargai hal itu. Seperti dikatakan ayat terakhir nas minggu ini, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 384 guests and no members online