Khotbah 1 Minggu V Pra Paskah Tahun 2023
Khotbah Pertama Minggu 26 Maret 2023 – Minggu V Pra Paskah
HIDUP OLEH ROH (Rm. 8:6-11)
Bacaan lainnya: Yeh. 37:1-14; Mzm. 130; Yoh. 11:1-45
Pendahuluan
Dalam bacaan nas minggu ini Rasul Paulus mengungkapkan rencana Allah terhadap krisis yang dialami oleh orang percaya. Manusia telah terjerat dalam keinginan daging dan hidup menurut keinginan daging. Di lain pihak nas ini juga menyampaikan adanya hubungan antara roh orang percaya dengan Roh Kudus dan Bapa. Kita perlu disadarkan bahwa hidup di dalam keinginan daging itu menjadi sesuatu yang sia-sia. Akibat dosa, kita ditempatkan ke dalam perjalanan menuju kematian. Namun kasih Allah tidak terbatas, Roh Kudus akan menuntun orang percaya untuk dapat mencapai kemenangan atas dosa. Maka melalui nas minggu ini kita diberi pelajaran penting tentang hidup menurut keinginan daging dan hidup oleh Roh.
Pertama: Keinginan daging (ayat 6a, 7-8)
Kata sarx yang dipakai dalam nas ini memang secara harafiah berarti daging. Namun Rasul Paulus memakai kata daging dalam pengertian yang lebih luas, tidak hanya berarti tubuh atau dunia tetapi juga dalam pengertian nafsu dan ambisi manusia dengan segala kelemahannya. Keinginan daging dalam hal ini juga tidak terbatas pada keinginan tubuh atau seksual, tetapi juga merupakan sifat buruk yang membuat manusia masuk ke dalam jerat iblis dan jatuh dalam dosa. Semua sumber keinginan daging ini berasal dari diri sendiri, bukan kepentingan orang lain apalagi untuk kepentingan Allah. Keinginan daging manusia dengan roh yang lemah, dimanfaatkan oleh iblis dengan segala tipu daya dan kebohongannya, agar manusia terus didorong kuat untuk melakukan perbuatan dosa, melupakan Allah dan membuat keadaan menjadi putus asa dan frustasi. Adanya kecenderungan berbuat dosa (dosa asal) dari Adam membuat situasi semakin buruk dan menjauh dari Allah.
Keinginan daging merupakan pemberontakan dalam diri manusia yang berwujud nyata, yaitu berupa percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5:19-21a). Dengan semakin kompleksnya dunia dan hidup manusia, keinginan daging itu telah bertambah dengan penyakit kejiwaan lainnya yang berhubungan dengan sifat sadisme dan kekerasan, narkoba dan kecanduan zat aditif lainnya, penyakit yang dibawa pornografi, judi, dan lain sebagainya (band. Kol. 3:5-9). Dan firman Tuhan mengatakan sikap tentang hal ini, “terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (Gal. 5:21b). Dalam hal ini juga, hukum Taurat tidak dapat menolong dan membebaskan sebab tidak memiliki gigi untuk membendung.
Dalam keadaan ini, ironisnya, sifat dosa itulah yang berkuasa mengendalikan hidup manusia. Hidup dalam dosa berarti dikuasai oleh suara-suara yang memanggil kembali untuk mengulang dosa yang sama. Dosa melahirkan dosa baru, beranak pinak. Seperti beberapa kasus yang marak saat ini pejabat/pengusaha korupsi atau mencuri, akibat mencuri melahirkan perselingkungan, perselingkuhan melahirkan kebohongan, berbohong membuat tekanan jiwa dan seterusnya. Perbuatan dosa memang membentuk pola pikir tertentu bagaikan rangkaian sebuah kecanduan dengan racun (toxit) mengalir dalam darah seseorang, sehingga untuk menghilangkannya harus dilakukan pemurnian dengan detoksifikasi. Dalam ayat-ayat sebelumnya dikatakan: tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka!” (Rm. 7:23-24). Menuruti keinginan daging layaknya menuju kekekalan maut. Ini seperti melakukan tindakan bunuh diri secara perlahan karena secara rohani memang sudah mati. “Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” begitu pertanyaannya kemudian dalam Alkitab.
Kedua: Keinginan Roh (ayat 6b, 9)
Berlawanan dengan keinginan daging maka roh manusia pada dasarnya memiliki keinginan baik untuk menyenangkan hati Allah. Manusia memang memiliki kecenderungan berbuat dosa (dosa awal), akan tetapi manusia juga memiliki bawaan warisan napas dan Roh Allah dalam hidupnya. Manusia diciptakan dan lahir pasti untuk keinginan luhur yakni memiliki misi Allah. Firman Tuhan mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10). Seburuk apapun kondisi dan latar belakang seseorang lahir di dunia ini, Allah pasti memiliki rencana yang baik untuk dia. Warisan "hukuman" yang ada karena perbuatan orangtua, sebagaimana dinyatakan hukum Taurat keempat, Allah telah menyediakan jalan untuk menebus dan memberkati.
Roh Allah yang diam merupakan warisan awal dan “dinyalakan kembali” melalui lahir baru untuk menguasai hidup orang percaya dan berbuah dalam tindakan kehidupan sehari-hari. Buah-buah roh ini dinyatakan dalam firman Tuhan, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23a). Semua ini terjadi ketika orang percaya bekerjasama dengan Roh Allah dalam menuntun hidup mereka, sehingga kuasa dosa dapat dikalahkan dan hidup mereka menjadi pemenang. Hidup bersama Roh Allah berarti pola pikir kita dikendalikan Roh Allah dan bukan oleh kuasa dosa, bersikap tunduk dan kasih kepada Allah dan bukan menjadi seteru Allah, serta hidup menjadi berkat bagi orang lain dan bukan lagi menjadi budak-budak iblis dan beban bagi orang lain. Oleh karena itu dikatakan dalam nas minggu ini, “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”. Karena Kristus ada di dalam diri kita, kini kita mengalami hidup dalam Roh. Dalam kelanjutan firman Tuhan di atas dikatakan, “Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Gal 5:23b).
Kalau demikian, pernahkah kita merasa bahwa kita belum sungguh-sungguh menjadi orang Kristen? Sejatinya, seorang Kristen adalah yang mengaku dan bekerjasama dengan Roh Kudus di dalam hatinya. Apabila kita mengaku bahwa hidup kita sudah diselamatkan melalui penebusan Yesus di kayu salib dan mengaku Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita, maka Roh Kudus akan diam bersemayam di dalam hati kita dan siap bekerjasama dalam menjalani kehidupan ini, baik untuk melawan keinginan daging maupun sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Kita tidak akan tahu bahwa Roh Kudus telah "datang dan masuk" ke dalam hati kita melalui suatu perasaan khusus; tapi kita tahu bahwa Roh Kudus hadir, sebab itu janji Tuhan Yesus. Uniknya, ketika Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, maka secara otomatis kita juga percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan kehidupan kekal datang dari pada-Nya (1Yoh. 5:5); kita juga akan bertindak sesuai kehendak Kristus dan menemukan bahwa Dia menolong kita dalam pergumulan hidup sehari-hari. Kita lebih dimampukan untuk melayani sesuai dengan kehendak-Nya (Kis. 1:8) serta kita akan menjadi bagian dari rencana Allah untuk membangun gereja dan kerajaan-Nya (Ef. 4:12-13). Demikianlah orang yang hidup menurut keinginan Roh.
Ketiga: Roh adalah Kehidupan (ayat 10)
Rasul Paulus dengan baik membagi manusia dalam dua kategori utama, yakni mereka yang memiliki sifat-sifat yang dikuasai dosa dan mereka yang dikendalikan oleh Roh Kudus. Ia menyampaikan pesan Allah betapa pentingnya Roh dalam kehidupan manusia. Dari penjelasan di atas, semua kita pasti menjadi bagian dari kelompok pertama apabila Tuhan Yesus tidak memberikan jalan penyelamatan keluar. Apabila kita sudah mengatakan "Ya" pada Yesus, kita perlu terus mengikuti-Nya, sebab jalan yang diberikan-Nya adalah jalan yang penuh damai sejahtera. Setiap hari kita secara sadar memilih jalan hidup berpusat pada-Nya. Kita memakai Alkitab sebagai petunjuk dalam mengikuti kehendak-Nya. Di dalam situasi yang lebih kompleks dan membingungkan, jangan ragu untuk bertanya kepada diri sendiri: "Apa yang Yesus kehendaki saya perbuat?"
Hal yang perlu diketahui semua orang adalah: Menerima dan didiami Roh adalah hak dan pilihan semua orang. Mereka dapat mengatakan tidak dan bergelut dengan segala kemampuan dirinya untuk melawan keinginan daging tadi, yang sudah kuat sejak manusia lahir (dosa asal) dan kemudian dipicu dan dihela oleh kemampuan jahat si iblis. Roh manusia memang memiliki kemampuan dan itulah yang terus dicari orang lain melalui semedi, tapa, yoga atau meditasi lainnya, akan tetapi pengalaman manusia dan sejarah mengungkapkan bahwa roh manusia itu tetap lemah dan mudah jatuh, baik melalui keinginan daging tadi, maupun melalui godaan setan. Orang yang sekarat, bahkan sudah mati, tidak mungkin bisa menolong dirinya sendiri. Seperti dalam ritual umum, orang mati harus dimandikan orang lain karena memang sudah tidak bisa mandi sendiri membersihkan dirinya sendiri. Manusia memerlukan pihak lain untuk bisa bersih dan selamat.
Allah mengetahui hal itu. Manusia tidak lagi dibiarkan sendirian berjuang dengan hukum-hukum Taurat untuk dapat melakukan sesuai dengan kehendak Allah. Roh Allah yang tadinya tidak diam secara permanen di dalam hati manusia, kini ditawarkan bagi mereka yang percaya penebusan melalui Tuhan Yesus. Bagi mereka yang percaya maka Roh Allah diam secara permanen di dalam hatinya, sehingga roh manusia tidak lagi sendirian berjuang melawan keinginan daging dan kehendak iblis (band. 1Kor. 3:16; Ef. 2:22; 3:17). Roh Allah yang diam bersatu melawan roh iblis jahat dan yang pasti dimenangkan oleh Roh Allah sebab Ia adalah Mahakuasa dan Mahabenar. Oleh karena itu dikatakan dalam ayat 10, “Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.”
Keempat: Kebangkitan tubuh oleh Roh (ayat 11)
Memang muncul pertanyaan: Kalau memang Roh Kudus (yakni Allah) itu diam di dalam hati manusia, mengapa manusia harus mati? Bukankah interaksi Roh Allah dan roh manusia itu dapat berlangsung selamanya, sehingga manusia tidak perlu melalui kematian? Atau apabila manusia harus mati secara fisik, mengapa perlu ada "masa antara", yakni masa pasca kematian sampai kemudian tubuhnya dibangkitkan kembali? Ini semua pertanyaan yang kritis. Semua pertanyaan kritis dalam teologi dan etika kristiani adalah sah-sah saja sepanjang dengan maksud untuk mencari kebenaran sejati. Firman Tuhan dalam bentuk narasi sangat terbatas, namun Allah melalui iluminasi Roh Kudus memberikan pengertian bagi mereka yang ingin mencari kebenaran seperti ini. Namun apabila tujuan bertanya itu melecehkan, Allah akan menghukumnya sebab manusia sudah menyombongkan diri di hadapan-Nya.
Manusia harus mati secara fisik sebab tubuh sudah tercemar dengan dosa. Manusia datang ke dunia ini melalui Adam dan Hawa, dan dosa pun datang serta membawa konsekuensi kematian sehingga tubuh manusia itu harus melalui kematian. Roh Kudus yang diam di dalam hati orang percaya bukan saja mampu untuk menuntun perilaku sesuai dengan kehendak Allah, tetapi juga mematikan sisa-sisa keinginan daging serta mengubah tabiat manusia, sehingga menjadi jaminan kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya sesuai dengan janji Allah. Roh Allah yang diam di dalam hati kita bukan saja mampu menghidupkan roh yang mati rohani, akan tetapi melalui iman dan dengan iman, kematian tubuh dikalahkan dan membuat kepastian kita hidup dalam kekekalan bersama Kristus selamanya (band. 2Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14).
Maka kebangkitan tubuh memang menjadi ajaran pokok dalam iman Kristiani. Kebangkitan Kristus adalah kunci utama dari semua itu dan tidak terbantahkan sampai dengan saat ini. Dia yang sudah mati di kayu salib dengan dibuktikan dari tusukan di lambung, pematahan kaki, penguburan dan menutup lubang kuburan dan itu semua disaksikan oleh banyak orang. Namun kenyataannya Ia bangkit pada hari ketiga. Semua ini terjadi karena kuasa Allah melalui Roh Kudus membangkitkan Yesus dari kematian-Nya. Oleh karena itu di dalam ayat 10 dikatakan, bahwa tubuh kita yang mati karena dosa, maka Allah yang telah membangkitkan Yesus akan menghidupkan “tubuh dosa” kita menjadi tubuh dan kehidupan yang baru. Karya hidup baru itu diteguhkan dengan kita menjadi anak dan serupa dengan Anak (Rm. 8:14, 29). Perjalanan dari kefanaan menuju kekekalan merupakan hasil karya Roh Kudus.
Penutup
Allah yang Mahabaik tidak hanya membenarkan orang-orang yang percaya kepada- Nya. Ia juga melepaskan anak-anak-Nya dari perbudakan dosa keinginan daging yang menjerat dan membawa kepada maut. Kuasa dosa melalui keinginan daging dapat dipatahkan melalui kuasa Allah dalam Roh Kudus yang diam dalam hidup orang percaya. Manusia yang telah didiami oleh Roh Allah tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang mendukakan Allah, melainkan berbuah sesuai dengan kehendak Allah. Manusia harus menyadari betapa pentingnya Roh Allah dalam kehidupan sehari-hari. Roh manusia sendiri tidak akan sanggup untuk melawan keinginan daging, apalagi dengan godaan iblis. Allah Mahakasih memberi kemenangan bersama Roh Kudus melalui iman percaya kepada Yesus Kristus. Kemenangan tidak hanya dalam kehidupan saat ini tetapi hingga kehidupan kekal nanti. Teruslah bertekun dalam doa sehingga kita terus hidup oleh Roh-Nya, bukan oleh keinginan daging.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 8 guests and no members online