Khotbah 1 Minggu III Pra Paskah Tahun 2023
Khotbah 1 Minggu III Pra-Paskah Tahun 2023
KETEKUNAN, TAHAN UJI DAN PENGHARAPAN (Rm. 5:1-11)
Bacaan lainnya: Kel. 17:1-7; Mzm. 95; Yoh. 4:5-42
Pendahuluan
Minggu ini kita kembali diberikan peneguhan bahwa melalui iman kepada Tuhan Yesus kita banyak menerima berkat. Berkat anugerah itu tidak hanya kita dibenarkan, tetapi juga berbagai berkat yang disediakan Allah bagi kita yang setia dan mengasihi-Nya. Selain kita diberi keselamatan, kita juga dibebaskan dari murka Allah masa kini maupun masa mendatang, dan terutama Roh Kudus dicurahkan untuk menolong kita dalam mengarungi kehidupan ini. Melalui nas yang kita baca minggu ini kita diberikan pengajaran sebagai berikut.
Pertama: Perdamaian sebagai buah pembenaran (ayat 1-2)
Nas ini kembali menegaskan bahwa melalui iman kita dibenarkan dan karena kita dibenarkan ternyata berkat-berkat anugerah tidak berhenti di situ saja; dengan dibenarkan kita juga diperdamaikan dengan Allah dan itu merupakan jalan masuk dan jaminan keselamatan yang diberikan. Dengan dibenarkan dan diperdamaikan, kita akan masuk ke dalam kasih karunia Allah yang semakin sempurna dengan menikmati damai sejahtera dengan Dia. Kalau selama ini tidak ada yang dapat menghampiri Allah, melalui pendamaian manusia tidak lagi memerlukan perantara imam untuk datang kepada Allah, sehingga terjalin persekutuan langsung manusia dengan-Nya (band. Ef. 3:12). Dengan dibenarkan dan diperdamaikan, kita juga memiliki penyertaan Roh Kudus, bebas dari hukuman murka Allah, dan pengharapan akan kemuliaan-Nya. Kita berdamai dengan Allah bukan dalam pengertian rasa damai biasa di hati seperti keteduhan dan ketenangan. Damai dengan Allah berarti terjadi rekonsiliasi dengan Pencipta kita, Tuan dan sekaligus Tuhan kita. Tidak ada lagi permusuhan antara kita dengan Dia, tidak ada lagi dosa yang membentengi hubungan kita dengan-Nya. Damai dengan Allah itu terjadi hanya karena Yesus telah membayar lunas dan menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib.
Pembenaran dan perdamaian dengan Allah ini memuat konsep yang penting dan mengantarkan kita pada dua jenis kehidupan orang Kristen. Di satu sisi kita sepenuhnya berada di dalam Kristus, yang berarti penerimaan kita pada-Nya dijamin, dan di sisi lain kita juga bertumbuh di dalam Kristus dengan pengertian yang semakin hari harus semakin sama dengan Dia. Kita juga diberikan dua status sekaligus, yakni menjadi anak-anak Raja tetapi juga sebagai hamba kerajaan. Dalam hal ini kita merasakan dua hal yang bersamaan setiap saat: kehadiran Kristus yang memberi rasa damai dan tekanan kedagingan dari iblis untuk keinginan berbuat dosa. Kita bisa merasakan damai sejahtera dari Allah karena kita sudah diterima-Nya, tetapi kita juga masih hidup di dunia ini dengan permasalahan dan pergumulan sehari-hari. Padahal, semestinya permasalahan dan pergumulan itu menjadi cara dan jalan bagi kita untuk bertumbuh menjadi sama dengan Dia, namun ada juga di antara kita yang jatuh menuruti kehendak iblis dan daging sehingga membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Apabila kita memahami dua sisi kehidupan orang Kristen ini dalam keseharian kita, maka sebenarnya kita tidak mudah berputus asa dalam setiap pergumulan dan permasalahan yang datang, melainkan kita belajar untuk berserah dan bergantung pada kekuatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus, yaitu Roh Kudus yang diam dalam hati kita.
Nas firman Tuhan ini juga menyatakan bahwa sebagai orang percaya, kita berdiri di tempat yang tinggi dan diistemewakan. Kita diperdamaikan dan sekaligus mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Ini terjadi bukan hanya karena kita sudah dinyatakan tidak bersalah, tetapi juga karena Tuhan menarik dan merangkul kita lebih dekat kepada-Nya. Kita tidak lagi menjadi seteru-Nya tetapi menjadi sahabat-Nya dan bahkan menjadi anak-anak-Nya (Yoh. 15:15; Gal. 4:5). Hubungan yang sudah terputus dan tertutup karena dosa kini dipulihkan melalui jalan yang dibuka Yesus Kristus dengan kematian-Nya. Dia yang betakhta Raja kini membuka diri-Nya, dan kita tadinya sebagai seteru kini sebagai sekutu. Inilah jalan masuk ke dalam kasih karunia yang begitu besar sebagai buah kita dibenarkan karena iman dan kebenaran itu menuntun kita kepada iman yang berbuah untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Kedua: Kesengsaraan membawa ketekunan dan tahan uji (ayat 3-4)
Bagian terakhir dari berkat-berkat anugerah yang disediakan dari hasil pembenaran itu memampukan kita bermegah dalam kesengsaraan. Ini mungkin sesuatu yang aneh, sesuatu yang dianggap salah; bagaimana kita bisa bermegah dalam kesengsaraan? Rasul Paulus mengatakan bahwa kita bermegah dan bersukacita di dalam penderitaan, bukan karena kita menyukai penderitaan itu atau menolak pandangan bahwa bagaimanapun penderitaan adalah sebuah tragedi. Akan tetapi, kita berani bermegah karena tahu bahwa Allah yang baik itu menggunakan penderitaan yang kita alami (dan/atau setan yang menyerang) bertujuan membangun karakter kita. Permasalahan dan pergumulan yang kita harus hadapi dan menangkan akan membangun ketekunan dan tahan uji, yang sekaligus menguatkan karakter kita, mempertebal iman percaya kepada Allah dan memberi kita keyakinan akan pengharapan masa depan. Kita pasti dihadapkan dengan persoalan ini setiap hari dalam tingkatan yang kecil sampai besar, maka berterimakasihlah kepada Allah untuk kesempatan bertumbuh, dan bekerjasama dengan-Nya dalam mengatasi persoalan itu sampai menang (band. 1Pet. 1:6-7).
Dalam abad-abad awal masehi kehidupan kekristenan penuh dengan penderitaan. Semua rasul dibunuh atau mati dengan cara-cara yang kejam dan menyedihkan. Orang-orang percaya harus melarikan diri dari kejaran pembenci pengikut Yesus. Kisah-kisah menyedihkan orang Kristen seperti tubuhnya dibakar untuk dijadikan obor penerang sudah pernah kita dengar. Oleh karena itu, penderitaan bagaikan sebuah hal yang umum dan bukan sebuah pengecualian. Tapi melalui firman Tuhan ini kita diajar bahwa untuk kita "menjadi" berhasil di masa mendatang itu kita harus "jadi" (to become we must overcome). Artinya, kita harus menjalani pengalaman-pengalaman yang sulit untuk lebih bertumbuh, pengalaman penderitaan dan ujian dalam bentuk kesusahan, seperti penyakit tubuh, keuangan, penindasan dan ketidakadilan bahkan kesepian dan kesendirian. Semua ini menantang kita untuk bertekun, bukan berputus asa atau mengeluh, apalagi menghujat pihak lain (Yak. 1:2-4, 12). Yang penting dari semua itu adalah kita mengimani kalau kesengsaraan yang datang adalah sepengetahuan Allah.
Paulus menyatakan dalam 1Kor. 13:13 bahwa iman, pengharapan dan kasih adalah inti dari kehidupan Kristiani. Hubungan kita dengan Allah didasari oleh iman, yang menolong dan menyadarkan kita bahwa hidup kita harus siap dengan segala rencana Tuhan, baik dipakai melalui sukacita dan ujian. Ketekunan di sini melebihi kesabaran, sama dengan semangat tidak mau menyerah dan daya juang yang tinggi, dan melalui ketekunan itulah kita mendapatkan tahan uji, dalam arti kita mampu melewati ujian yang diberikan dengan kemenangan. Tahan uji berarti bebas dari kotoran yang mengganggu dan handal terpercaya dalam setiap situasi, tidak berputus asa, dan hal seperti inilah yang kemudian menimbulkan pengharapan akan hari esok yang lebih baik dan cemerlang. Jadi, dalam hal ini ada hubungan segaris antara penderitaan – ketekunan – tahan uji – dan pengharapan. Pengharapan itu hadir dan bertumbuh sebab melalui penderitaan kita mempelajari semua yang telah direncanakan oleh Tuhan bagi kita; itu memberi kita janji yang penuh keyakinan akan masa depan. Kasih yang Allah berikan untuk mengisi hidup kita akan memberi kita kemampuan untuk membaginya dengan orang lain.
Ketiga: Kasih Allah tercurah di hati kita (ayat 5-8)
Firman Tuhan mengatakan "ketika kita masih orang berdosa" Yesus mati bagi kita, ini jelas sebuah kalimat yang indah dan bukti konkret tentang kasih yang besar. Kalau seseorang berkorban bahkan mati untuk membela orang benar, itu sesuatu yang biasa dan lumrah. Tetapi Yesus mati bagi kita yang durhaka dan orang tidak benar, jelas itu perbuatan yang tidak terkira, karena kita tidak layak menerimanya. Bahkan semua kematian dan penebusan Yesus itu terjadi bukan karena kehebatan perbuatan kita, tetapi hanya karena Allah mengasihi kita. Atau, apakah mungkin kita ragu? Maka apabila kita merasa goyang atau tidak yakin bahwa Allah mengasihi kita sedemikian besar, ingatlah bahwa Allah sebenarnya mengasihi kita sebelum kita bertobat. Jika Allah mengasihi kita pada saat kita masih durhaka, maka kita kini diyakinkan akan kasih-Nya, dan kita cukup membalasnya dengan kasih kepada-Nya.
Kita mungkin merasa lemah dan putus asa karena kita tidak melakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan apa yang kita terima untuk menolong diri kita sendiri. Kita mungkin hanya mengeluh, menyesali, menyalahkan atau bahkan kemudian tidak percaya ada Allah melalui Roh Kudus yang sedia membantu. "Sesuatu" perlu datang untuk menolong dan menyelamatkan kita yang lemah. Pengertian lemah di sini mengacu pada moral dan rohani, meski kadang dalam pengertian tubuh dan jiwa. Kristus terbukti datang memberi pertolongan pada saat yang tepat sesuai sejarah 2000 tahun yang lalu, tetapi Ia juga datang tepat pada saatnya sesuai dengan waktu terbaik dari Tuhan. Memang kadang kita tidak sabar atau ingin lari mencari pertolongan lain, tetapi tetaplah sabar dan bertekunlah hingga waktu terbaik dari Tuhan itu dinyatakan. Allah mengendalikan waktu dan sejarah, mengontrol setiap cara, gerak dan metode yang pas bagi kita untuk keluar dari persoalan yang ada.
Allah Tritunggal terlibat dalam peristiwa keselamatan. Allah Bapa begitu mengasihi kita sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menjembatani hubungan kita yang berdosa dengan Dia (Yoh. 3:16). Kasih Allah memang sungguh luar biasa, bahkan kasih itu tidak berhenti sampai di situ. Untuk memperlihatkan kasih-Nya tidak sesaat melainkan selamanya, Allah Bapa dan Allah Anak mengirimkan dan mencurahkan Roh Kudus mengisi hati kita dengan penuh kuasa dan memampukan kita hidup dengan kuasa-Nya (Kis. 1:8). Kata dicurahkan dalam nas ini berarti keadaan yang berlangsung terus menerus tanpa henti. Dengan demikian, Roh Kudus yang tercurah hadir untuk menghibur kita dalam setiap pencobaan dan mendukung dalam setiap keadaan, sehingga segala persoalan dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan (Flp. 4:13). Dengan semua kasih yang besar tercurah dari Allah, bagaimana kita tidak mau melayani Dia dengan sepenuh hati sebagai balasan kasih-Nya?
Keempat: Kasih Allah menyelamatkan kita dari murka-Nya (ayat 9-11)
Kasih yang menyebabkan kematian Yesus sama dengan kasih yang Allah berikan melalui Roh Kudus yang hidup di dalam hati kita dan siap memimpin dan menyertai kita dalam hidup ini. Kuasa yang membangkitkan Kristus dari kematian adalah sama dengan kuasa yang menyelamatkan hidup kita dari dosa-dosa, dan sama dengan kuasa yang memimpin keseharian kita. Dengan memulai hidup dengan Kristus, kita akan memiliki kuasa dan kasih besar yang siaga saat menghadapi pergumulan hidup setiap hari. Melalui iman kepada penebusan Kristus, kita menjadi dekat dan berkonsiliasi dengan Allah, bukan lagi menjadi musuh atau menjadi orang yang terbuang.
Allah itu kudus dan tidak berinteraksi dengan dosa. Semua manusia telah berdosa dan terpisah dari Allah dan ini membuat kita melanggar kekudusan Allah. Dosa juga membawa penghukuman berupa murka Allah, bukan saja saat ini, tapi juga pada masa penghakiman kelak. Dan sebagai orang berdosa, sudah sepatutnya kita dihukum melalui kematian dan penderitaan selama-lamanya dengan ditempatkan di neraka. Namun Kristus telah mengambil semua ini dengan mengalami kematian dan penderitaan di atas kayu salib. Dengan penebusan itu kita diluputkan dari murka-Nya dan bahkan terbebas dari belenggu dosa yang selalu menjerat. Kita dimampukan melalui kekuatan Roh Kudus untuk melawan iblis sehingga kita terbebas dari kuk dosa yang jahat. Roh Kudus dicurahkan dalam hati kita agar hidup kita bebas dari kuasa dosa, belenggu hukum Taurat, murka, dan dari kuasa maut. Kita juga akan bebas dari “hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan kemuliaan kekuatan-Nya” (2Tes. 1:9). Oleh karena itulah kita bersukacita d idalam Kristus.
Bagian terakhir dalam nas ini menyatakan bahwa kita diselamatkan oleh hidup-Nya. Yesus yang telah mati dan bangkit kembali hidup, itu adalah bukti kekuasaan Allah ada pada-Nya dan kemenangan atas kematian (1Kor. 15:55). Dengan Yesus hidup bangkit dari kematian, maka kita menjadi selamat dan hidup selamanya. Dengan dasar itulah kita layak bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus. Kita bermegah diselamatkan bukan karena kehebatan kita, bukan karena kekuatan atau prestasi dan perbuatan kita, melainkan hanya karena kasih-Nya. Kita juga bermegah karena kita memperoleh pengharapan kemuliaan bersama-Nya kelak, ketika Yesus Tuhan kita akan datang kembali untuk menyatakan kuasa-Nya (Kol. 3:4). Pengharapan ini tidak mengecewakan sebab dasarnya adalah kasih Allah. Ini hal yang paling prinsip dalam memahami keselamatan, bahwa penyelamatan itu menyeluruh. Dengan demikian, sungguh Allah itu kasih, dan kita dipanggil untuk terus beriman dan berdoa agar kuasa dan kasih itu tetap hidup dan merajai hidup kita setiap saat.
Penutup
Melalui nas minggu ini kita diteguhkan bahwa dengan iman kepada Yesus Kristus, manusia ditempatkan secara istimewa di pintu masuk gerbang anugerah, mulai dari pembenaran, perdamaian dan berkat-berkat lainnya. Berkat ini jangan dilihat hanya dalam bentuk sukacita dan berkat jasmani, tetapi juga dalam wujud beban kesengsaraan dan kesusahan. Semua yang terjadi setelah kita menerima dan mengakui Yesus sebagai penebus kita harus dilihat sebagai rencana Allah dalam mendewasakan karakter kita untuk dapat melewati dengan ketekunan, membuat kita tahan uji dan berpengharapan untuk ikut serta dalam kemuliaan Allah ketika nanti Yesus kembali. Kita sudah terbebas dari segala murka akibat dosa dan kuk perhambaan. Kita bermegah karena kasih Allah dan bukan karena kehebatan dan prestasi kita. Selayaknyalah kita membalas kebaikan Allah itu dengan membagikannya kepada orang lain yang belum mengenal dan merasakannya.
Tuhan Yesus memberkati, amin
Pdt. Ramles M. Silalahi
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 19 guests and no members online