Saturday, November 23, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 15 Januari 2023

Kabar dari Bukit

HIDUP INI KESEMPATAN (Yes. 49:1-7)

 Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6b)

 Salam dalam kasih Kristus.

 

Semua orang percaya rasanya tahu lagu “Hidup ini adalah kesempatan”. Lagu ciptaan Pdt. Wilhelmus Latumahina ini di utube sudah dilihat 22 juta orang dalam satu versi saja. Sebuah pencapaian yang tinggi bagi lagu rohani berbahasa Indonesia.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Yes. 49:1-7. Temanya: Hamba Tuhan sebagai terang di tengah-tengah segala bangsa. Ada yang menafsirkan nas ini khusus nubuatan tentang Mesias Tuhan Yesus. Tetapi dapat lebih umum, panggilan kepada semua, sebab Tuhan membutuhkan hamba-hamba menyatakan keagungan-Nya (ay. 3) dan menjadi terang.

 

Kita kembali ke lagu tadi dan menyimak liriknya yang sederhana: Hidup ini adalah kesempatan.... (lirik lengkapnya di bawah).

 

Melayani adalah kewajiban setiap orang percaya. Ada banyak ayat di Alkitab meneguhkannya: layanilah seorang akan yang lain (1Pet. 4:10-11); jangan fokus pada ego/diri, perhatikan orang lain (Flp. 2:4); kamu wajib saling membasuh kaki (Yoh. 13:14-15); hidupku bukan lagi milikku (Gal. 2:20), biarlah semua yang bernafas memuji Tuhan (Mzm. 150:6), dan lainnya. Menurut Alkitab juga, Tuhan memberikan 19 karunia rohani yang setiap orang pasti memilikinya, meski satu atau dua, dan itu dari satu Roh, satu Tuhan (1Kor. 12:4-5).

 

Alkitab juga tidak terlalu membedakan pelayanan itu mesti bagi orang percaya saja. Demikian juga tidak terbatas di jemaat atau gereja. Pelayanan bisa di tempat kita kerja, perkumpulan, di organisasi atau lembaga sosial kemanusiaan, bahkan di bidang bisnis usaha.

 

Bagaimana membedakan pelayanan dan pekerjaan? Paling mudah dilihat adalah motifnya. Gilbert Beers dalam buku Pola Hidup Kristen berpendapat, “motif kita melayani Allah dan orang lain jangan sekali-kali untuk memperoleh sesuatu dari pelayanan itu.” Artinya, jika motif melakukannya adalah materi atau imbalan lain, maka itu bukan lagi dari hati melayani; itu adalah pekerja yang mencari upah.

 

Dan jika dilihat dari sudut itu, maka tidak terlalu perlu tegas batasan melayani penuh waktu atau paruh waktu, sebab buah atau hasilnya yang dilihat. Meski dikatakan menjadi hamba Tuhan dan melayani adalah panggilan sejak dari kandungan (ay. 1 dan 5), kita menerjemahkan panggilan itu dapat saja dipenuhi pada setiap tahap kehidupan.

 

Pertanyaannya, mengapa orang tidak merasa bahwa hidup itu adalah kesempatan (yang singkat) untuk melayani Tuhan? Padahal, syair lagu tadi sangat jelas: “Jangan sia-siakan apa yang Tuhan b’ri.... Hidup ini harus jadi berkat.” Tentu Tuhan tidak harus memberikan kekayaan, mobil dan harta lainnya, atau hasil pelayanan berbuahkan kekaguman dan tanda-tanda mukjizat. Melayani memakai karunia rohani dapat melalui cara sederhana yakni melalui tangan, lidah dan mulut serta kemurahan hati.

 

Pertanyaan kedua, mengapa orang tidak bersedia melayani, mengambil kesempatan hidup yang singkat, padahal mengaku Yesus sebagai Tuhan? Nah, ini tentu faktor kedagingan yakni malas, tidak mau berkorban. Kedua, ada kesombongan, berpikir melayani itu memposisikan diri lebih rendah. Ketiga pusat hidupnya adalah dirinya, bukan Kristus. Dan tentu, keempat, tidak percaya adanya Tuhan dan penghakiman.

 

Syair lagu bagian terakhir meminta kita menjadi berkat bagi sesama, memenuhi panggilan menjadi terang agar semakin banyak diselamatkan dalam Tuhan Yesus (ay. 6b). Dan nas paralel minggu ini (lihat dibawah) mengatakan, Tuhan kita yang memanggil akan terus menyertai dan Ia setia (1Kor. 1:1-9).

 

Selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 743 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7538649
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
57701
65706
291415
7204198
573511
1386923
7538649

IP Anda: 172.69.165.74
2024-11-23 18:34

Login Form