Khotbah Minggu Adven IV - 18 Desember 2022
Khotbah Minggu Adven IV – Tahun 2022
DIPANGGIL MENJADI MILIK KRISTUS (Rm. 1:1-7)
Bacaan lainnya: Yes. 7:10-16; Mzm. 80:1-7, 17-19; Mat. 1:18-25
Pendahuluan
Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Roma yang belum pernah dikunjunginya (mungkin juga oleh para rasul dan pemimpin lainnya), namun hatinya tetap rindu ingin melihat jemaat tersebut. Ia menulisnya saat masih di Korintus pada perjalanan penginjilannya yang ketiga dan terakhir (Kis. 20:3; Rm. 15:25). Jemaat di Roma ini terbentuk mungkin setelah beberapa orang berkunjung ke Yerusalem di hari pentakosta Yahudi mendengar kabar baik tentang Tuhan Yesus (Kis. 2:10), dan beberapa peziarah atau pelancong (sebagian bukan orang Yahudi) yang mendengar di lain tempat, seperti Priskila dan Akwila di Korintus (Kis 18:2; Rm 16:3-5) dan mengembangkan iman mereka setelah kembali ke kota Roma. Kitab Roma juga merupakan kitab yang ditulis dengan sangat sistematis tentang iman orang percaya, dan pasal 1 yang merupakan bacaan kita minggu ini merupakan pengantar dan berisi pelajaran sebagai berikut.
Pertama: Hati seorang hamba (ayat 1)
Surat Paulus diketahui selalu dengan salam dan memperlihatkan kepedulian kepada pihak yang ditulisnya. Bagi yang belum pernah ditemuinya, adalah wajar apabila ia memperkenalkan dirinya. Itu adalah sikap rendah hati. Terlebih saat itu ada beberapa pihak yang mempertanyakan kerasulannya, sebab ia bukan murid Tuhan Yesus secara langsung, sebagaimana Matius, Petrus, dan lainnya. Sikap menyapa dengan rendah hati ini perlu kita teladani sebab seringkali kita berkomunikasi dengan pihak lain (seperti surat, email, sms, wa, bbm dan lainnya), isinya jangan langsung “nyaplak”, tanpa “basa-basi” salam atau pengharapan, seperti menyebut Syalom, Selamat Pagi/Siang/Malam, Horas, semoga sehat-sehat dan lainnya. Paulus dan kita belajar dari sikap Tuhan Yesus yang merendahkan diri-Nya dengan turun dari sorga menjadi manusia dan hamba (Flp. 2:6-8).
Sikap rendah hati Rasul Paulus juga diperlihatkan ketika ia menyebut dirinya sebagai hamba. Dalam arti sebenarnya hamba adalah budak, seseorang yang tidak memiliki hak asasi pribadi yang seluruhnya sudah menjadi hak si pemilik. Kalaupun ia menyebut dirinya sebagai rasul, maka itu hanya merupakan kata umum yang berarti utusan (apostle/apostolos=utusan), bukan dalam pengertian kedudukan dengan hak-hak khusus. Ia perlu menyebut dirinya sebagai utusan atau rasul hanya dengan tujuan agar pembaca suratnya (di Roma) memahami posisi dan tugas dirinya dalam komunikasi tersebut, yakni mewakili Tuhan Yesus. Ia juga menegaskan bahwa sebenarnya ia adalah rasul yang paling hina dari segala rasul (1Kor. 15:9). Namun kita mengakui, meskipun ia tidak “langsung” murid Tuhan Yesus semasa hidup-Nya, ia memperoleh karunia yang luar biasa dan karya yang dijalaninya mulai mempersiapkan dirinya dan perjalanan penginjilannya, membuat kita tidak ragu bahwa kerasulannya adalah sah dan semua yang diterimanya sebagaimana dituliskannya dalam surat-suratnya adalah langsung dari Tuhan Yesus.
Ia menyadari para murid langsung Tuhan Yesus (seperti Matius, Yohanes, Petrus, dan lainnya) semuanya berlatar-belakang Yahudi dan meneruskan misi Tuhan Yesus bagi umat Yahudi saja. Oleh karena itu melalui ilham, suara dari Tuhan Yesus, Paulus menerima langsung tugas panggilan merintis menginjili orang-orang yang bukan Yahudi (Kis. 26:17; Rm. 11:13; Gal. 2:8) dan inilah yang ditegaskannya kepada ke jemaat Roma, yang pada saat itu merupakan campuran antara orang Yahudi, Yunani dan lainnya. Pada ayat 5 ia juga mengatakan bahwa panggilan Tuhan Yesus itu merupakan kasih karunia, terlebih latar belakangnya adalah penganiaya orang-orang percaya. Ia juga merasa telah dikuduskan melalui karya Tuhan Yesus di Golgota. Penyebutan dirinya sebagai hamba Kristus juga jelas memperlihatkan sikapnya bahwa ia sesungguhnya sudah menjadi milik Kristus. Itulah sikap seorang pemberita Injil yang sejati yang layak kita teladani.
Kedua: Janji dan keturunan Daud (ayat 2-3)
Rasul Paulus melakukan semua itu sebab mengakui kekuatan Injil, dalam bentuk kitab Perjanjian Lama yang sudah meluas dikenal saat itu (kitab Septuaginta), dan juga kitab-kitab para murid Tuhan Yesus yang sudah mulai dituliskan dan beredar, serta khususnya yang diterimanya dari Tuhan Yesus secara langsung. Ia memahami akan janji yang diberikan Allah kepada umat Yahudi dan kepada umat manusia, bahwa keselamatan akan diberikan bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi tetapi bagi siapa saja yang bersedia menerima kehadiran Allah di hatinya. Allah mempunyai jawaban atas penderitaan rohani bangsa Yahudi setelah sekian lama dijajah oleh bangsa-bangsa lain.
Sebagai orang Yahudi, Paulus tahu persis tentang kisah kebesaran Raja Daud dan kejayaannya dalam memerintah bangsa Israel dan juga menguasai bangsa-bangsa lainnya. Berangkat dari keturunan Isai dan menjadi pelayan Saul, hingga kemudian menjadi panglima perangnya, Raja Daud kemudian naik takhta dengan pertolongan Tuhan, tanpa harus melakukan kudeta dan kekerasan terhadap Saul. Raja Daud pada masa keemasannya mempersatukan keduabelas suku-suku Israel, bahkan memperluas kerajaan Israel dengan menguasai wilayah-wilayah sekitarnya. Semua wilayah yang dikuasainya tunduk pada perintahnya dan bahkan memberi persembahan yang layak bagi seorang Raja yang berkuasa.
Rasul Paulus tahu bahwa ada janji kebesaran yang akan datang kembali dari tahta dan Putra Daud, yang akan berkuasa dan memberikan keselamatan bagi banyak orang. Rasul Paulus telah melihat janji itu menjadi nyata ketika Yesus lahir di kandang domba berupa seorang bayi mungil manusia. Sesuai dengan silsilah yang kita lihat di Mat 1, maka garis keturunan itu jelas sehingga Yesus adalah Putra Daud menurut kedagingan dari "ayahnya" Yusuf, meski ia lahir dari kuasa Roh Kudus. Janji itu juga meneguhkan hal yang dituliskan dalam kitab Kejadian 15, bahwa keturunan wanitalah (sebab Yesus tidak lahir dari benih pria atau Yusuf) yang akan meremukkan kepada ular si penghasut yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Dengan silsilah dan sejarah demikian, maka Yesus, Tuhan kita, adalah manusia sejati.
Ketiga: Injil bagi semua bangsa (ayat 4-5)
Firman Tuhan yang kita baca menyebut Roh Kekudusan, yang sebenarnya menunjuk kepada Roh Kudus, Allah kita dalam wujud Roh yang kembali mengambil peran dalam kelahiran Yesus. Roh Kudus juga yang memelihara pertumbuhan kedagingan Yesus termasuk dalam hubungan dengan ibu dan keluarga-Nya. Roh Kudus memberi hikmat kepada Yesus sehingga Ia bertumbuh semakin bijak dan pandai dalam kitab-kitab suci, yang membuat para imam dan orang Farisi kagum. Yesus juga memperlihatkan kuasa dari sorga dengan membuat banyak mukjizat kesembuhan bahkan menghidupkan orang mati. Namun keberanian Tuhan Yesus untuk menegur para imam dan orang Farisi dalam menafsirkan kitab suci dan penerapannya, serta kecemburuan yang timbul dengan kuasa Yesus yang begitu besar, membuat Ia dibenci dan akhirnya dibunuh dengan cara dihina dan disalibkan hingga mati di Golgota.
Kembali Roh Kekudusan atau Roh Kudus menunjukkan karya-Nya dengan membangkitkan Yesus dari kematian-Nya. Kebangkitan inilah yang meneguhkan kedudukan Yesus sebagai Anak Allah dan Allah dalam wujud Manusia, meneguhkan Ia adalah Mesias, dengan tugas menyelamatkan manusia dari kematian selama-lamanya. Allah menyatakan kuasa Yesus melalui kebangkitan-Nya (2Kor. 13:4; Kol. 2:12). Banyak orang lain atau nabi yang membuat mukjizat, ada juga nabi yang naik ke sorga, tetapi hanya Yesus yang bangkit dari kematian, berinteraksi dengan manusia selama 40 hari dan akhirnya naik ke sorga disaksikan oleh banyak orang. Kuasa dan anugerah ini tidak pernah ada pada manusia lain, tidak juga pada nabi-nabi lain.
Dengan kuasa yang dimiliki-Nya, Yesus manusia sejati itu sah menjadi Tuhan, dan diteguhkan sebagai Allah sejati. Pelayanan-Nya yang demikian singkat membuat Yesus harus menyerahkan tugas misi tersebut kepada para murid, khususnya Amanat Agung yang disampaikan sebelum naik ke sorga. Yesus memberi karunia khusus kepada para murid untuk melaksanakan misi tersebut, dan ketika para murid memperdebatkan soal keselamatan itu hanya untuk orang Yahudi, Allah melalui cara-Nya yang unik, Yesus “seolah-olah hidup kembali” dan memanggil Saulus yang kemudian bertobat dengan nama Paulus, memberitakan keselamatan itu bagi semua bangsa, bukan hanya untuk orang Yahudi. Allah memiliki hak prerogatif dengan daulat penuh untuk memilih rasul-Nya. Kasih Allah untuk semua dan tidak membeda-bedakan suku, ras, bangsa-bangsa dan golongan. Semua bangsa dipanggil melalui para rasul (termasuk Paulus) dan utusan-utusan misionaris hingga abad ini agar semua berbalik dan menerima Injil berita keselamatan, menjadi taat kepada-Nya, bukan dalam ketaatan legalistik peraturan, akan tetapi berupa kasih karunia keselamatan yang bukan hanya di dunia ini tetapi juga hingga kelak pada kekekalan.
Keempat: Dipanggil menjadi milik Kristus (ayat 6-7)
Melalui para rasul, semua bangsa dipanggil menjadi pengikut Kristus. Rasul Paulus menekankan kata dipanggil dua kali dalam nas ini. Kunci kalimat dipanggil dalam pengertian inisiatif keselamatan dan menyelamatkan ada pada Tuhan dan kita manusia merespon atas panggilan itu. Dipanggil dan menjadi orang percaya dan beriman kepada Kristus adalah kasih karunia, bukan karena kehebatan kita, akan tetapi kasih Tuhan yang memilih kita dan hati kita terbuka oleh pimpinan Roh Kudus. Kita dipanggil untuk menjadi milik-Nya (band. Yud. 1:1; Why. 17:14) untuk taat dan setia kepada-Nya, melalui iman, Firman, ketekunan dan karya. Kita menjadi milik-Nya saat kita hidup, tetapi kita juga menjadi milik-Nya saat kita mati, dan kita hidup dan mati adalah seluruhnya untuk Tuhan (Rm. 14:8).
Orang percaya dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus. Kekudusan hidup itu sangat penting sebab Allah kita adalah Allah yang kudus sehingga yang berinteraksi dengan Dia haruslah kudus, sebagaimana kisah Musa ketika memasuki hadirat-Nya (Kel. 3:1-6; Im 11:44). Tujuan pengudusan ini bukan untuk membuat kita eksklusif terpisah dari sekeliling, melainkan menjadi orang yang dikhususkan untuk menjadi milik-Nya, melayani, dan mengemban misi-Nya. Melalui pengudusan kita juga dibentuk seturut dengan kehendak-Nya sepanjang kita taat dan setia (Ef. 4:22-24). Proses pengudusan ini berlangsung terus menerus yang diawali dengan pengakuan bahwa dosa-dosa kita telah dihapus dan ditebus dengan korban tubuh Yesus di Golgota.
Ayat terakhir dalam nas ini meminta kita untuk menjadi saluran berkat bagi semua orang. Menjadi berkat tidak hanya dalam bentuk pemberian uang, materi atau tenaga, bantuan informasi, tetapi juga melalui doa yang dipanjatkan pada Tuhan agar pihak lain yang berkomunikasi dengan kita memperoleh berkat melalui doa kita. Itulah makna doa syafaat, doa perantara. Kalimat-kalimat lengkap seperti kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian, adalah yang terbaik, akan tetapi singkatan GBU, TYM atau YBU merupakan bentuk doa kita kepada pihak yang berkomunikasi dengan kita.
Kesimpulan
Firman Tuhan yang kita baca minggu ini menjadi bekal yang baik dalam menyongsong peringatan lahirnya Tuhan Yesus Kristus. Kita diminta untuk terus merendahkan diri kita dan bersikap sebagai hamba dan sekaligus melihat diri kita menerima mandat sebagai utusan Kristus di dunia ini. Kita bersikap demikian karena janji yang diberikan-Nya melalui nabi-nabi telah menjadi nyata dengan peristiwa di Betlehem, Putra Daud telah menjadi manusia, sehingga kita menjadi pasti menerima janji-janji yang diberikan-Nya. Untuk menggapai itu, melalui ketaatan dan kesetiaan, kita dikuduskan-Nya secara terus menerus untuk bisa tetap menjadi milik-Nya. Kita dipanggil sebagai bagian dari bangsa-bangsa yang mengikut Dia. Mengikut dan menjadi saksi bagi-Nya, membuat Kristus hadir bagi semua dan kita benar-benar milik-Nya dan hidup (mati) kita adalah bagi Dia. Dengan demikian panggilan dan pemilihan Allah kepada diri kita tidak menjadi sia-sia. Tuhan Yesus memberkati.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 16 guests and no members online