Tuesday, December 03, 2024

Kabar dari Bukit 25 Agustus 2022

Kabar dari Bukit

WAHYU KEPADAKU (Yer. 32:1-3a, 6-15)

 

Maka tahulah aku, bahwa itu adalah firman TUHAN (Yer. 32:8b)

 

Salam dalam kasih Kristus.

Firman Tuhan bagi kita di Minggu berbahagia hari ini dari Yer. 32:1-3a, 6-15. Ini kisah tentang Nabi Yeremia yang dipenjara oleh karena bernubuat tentang kejatuhan Israel. “Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyerahkan kota ini ke dalam tangan raja Babel, supaya ia mendudukinya; …. Apabila kamu berperang melawan orang Kasdim itu, kamu tidak akan beruntung!" (ay. 3, 5b).

 

Nubuatan itu jelas kritik pedas. Sebenarnya nabi Yeremia juga memberi jalan keluar melalui pesan kiasan. Yeremia berkata bahwa ia menerima wahyu agar membeli dari sepupunya sebidang tanah. Tidak masuk akal membeli tanah di tengah situasi memburuk saat itu; perang, kelaparan, penyakit sampar melanda, dan kota Yerusalem akan jatuh (ay. 23-24). Namun ternyata, benar, sepupunya datang kepadanya dan berkata: “Belilah ladangku yang di Anatot itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak tebus untuk membelinya” (ay. 6-8, 23-24).

 

Merasa itu adalah nubuatan firman Tuhan yang benar kepadanya (ay. 8), ia pun taat membelinya. Sesuai pesan wahyu, nabi Yeremia membuat surat pembelian bermeterai di depan para saksi yang ikut menandatangani, dan juga di depan semua orang Yehuda yang hadir. Yeremia pun berkata kepada Barukh: “Ambillah surat-surat ini, baik surat pembelian yang dimeteraikan itu maupun salinan yang terbuka ini, taruhlah semuanya itu dalam bejana tanah, supaya dapat tahan lama. Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Rumah, ladang dan kebun anggur akan dibeli pula di negeri ini!” (ay. 10-15).

 

Pertanyaan kepada kita melalui nas minggu ini adalah: apakah kita merasa masih menerima wahyu pada masa kini? Yohanes Calvin mengatakan bahwa wahyu terus ada, yakni melalui firman Tuhan dan khotbah yang disampaikan oleh para hamba-Nya (band. Why. 2:29). Jika firman Tuhan yang kita dengar/baca dan renungannya tepat mengenai diri kita, untuk mengajar, meminta perubahan sikap, bahkan berbalik bertobat, sebenarnya itu adalah wahyu Tuhan kepada kita. Untuk itu kita perlu menyikapinya.

 

Janganlah kita seperti bangsa Israel. Pesan nabi Yeremia sangat jelas, Allah menghendaki mereka bertobat, kembali ke jalan Allah. Namun raja Zedekia tidak mengindahkan, malah memenjarakan Yeremia. Buruk muka cermin dibelah, itulah pepatahnya. Padahal, nabi Yeremia berkata, meski mereka akan dihukum dan dibuang ke Babel, ada janji bahwa semua akan dipulihkan, TUHAN pasti memimpin umat-Nya kembali (ay. 15).

 

Firman Tuhan melalui bacaan dan renungan yang disampaikan hamba-Nya, janganlah kita abaikan. Apalagi kita merasa sudah sangat benar dan layak, berdalih bahwa firman-Nya untuk orang lain, atau penyampai renungannya dihakimi sok tau, tidak disukai bahkan mencela yang menambah dosa. Jika seseorang ingin menunjukkan bulan kepada kita, namun yang kita lihat adalah jari penunjuknya, bukan bulannya; itu bukanlah berhikmat.

 

Orang percaya memerlukan kontrol dalam hidupnya. Jangan sampai salah arah, salah langkah, yang membawa ke jurang kematian yang tidak terseberangi. Ketekunan membaca firman Tuhan melalui disiplin, merupakan ekspresi kerinduan, agar hidup diubah diperbarui, sekaligus menjauhkan ego dan nafsu kedagingan dan dunia. Mari terus belajar mendengarkan suara TUHAN. Bila pun jalan yang diminta-Nya susah, percayalah Tuhan tetap berjalan bersama kita. Taatlah, meski sulit diterima akal pikiran. “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar” (Mat. 11:15).

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 755 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8030451
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2509
80866
181736
7546890
181736
883577
8030451

IP Anda: 172.70.143.245
2024-12-04 00:52

Login Form