Kabar dari Bukit 28 Agustus 2022
Kabar dari Bukit
SUNATLAH DIRIMU (Yer. 4:4-13)
Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat! (Yer. 4:4)
Salam dalam kasih Kristus.
Saya kira semua kita pernah merasa kecewa bahkan marah kepada orang yang kita kasihi; terhadap anak, istri/suami, atau kakak/adik. Kita semula berharap mereka menunjukkan kasih, setia dan tanggungjawab, tapi kenyataan sebaliknya; wajarlah kita kecewa bahkan marah.
Respon manusia terhadap kekecewaan memang beragam, mulai bersikap diam, meski biasanya disertai rasa sakit terpendam, seperti jengkel, marah, kepahitan, benci atau dengki. Namun bagi yang tempramental sumbu pendek, respon kemarahan seringnya bersuara keras membentak, kadang disertai memukul atau melemparkan sesuatu, atau membanting pintu. Hanya sedikit yang melakukan hal unik, seperti anekdot, masuk ke kamar mandi dan menggunakan sikat gigi orang yang mengecewakannya untuk dipakai membersihkan kloset hehehe. Namun, itu kepuasan semu yang sia-sia.
Rasa kecewa dan marah yang terjadi berulang-ulang, biasanya menimbulkan sikap putus asa. Jika mengikuti lagu Trio Ambisi Jangan Sampai Tiga Kali: Dua kali kau sakiti hati ini juga kumaafkan, tapi jangan kau coba tiga kali. Terlalu, kata penyanyi lain. Dan puncaknya, manusia kadang menghukum langsung, tidak jarang menyakiti dan merusak jiwanya.
Itulah kisah yang diceritakan dalam nas firman Tuhan bagi kita minggu ini, dalam Yer. 4:4-13. Allah kecewa berat terhadap bangsa Israel. Kerajaan Israel telah terpecah dua akibat dosa Raja Salomo: bagian Utara dan bagian Selatan atau Yehuda. Israel Utara telah dihukum terlebih dahulu, jatuh ke tangan penjajah bangsa Asyur. Hampir seabad Kerajaan Israel Selatan masih bertahan, namun setelah kematian Raja Yosia, warga kerajaan ini pun ikut menyembah berhala dan ilah-ilah palsu. Tuhan pun menyampaikan peringatan keras melalui Nabi Yeremia (untuk membaca nas lengkap, klik link https://alkitab.app/v/2df690dbd1d2
Seperti manusia juga, Allah adalah Pribadi, yang memiliki pikiran, hati, perasaan, emosi, dan amarah. Bedanya, kekecewaan dan kemarahan Allah lebih terkendali dan memiliki visi jauh ke depan. Amarah Allah dilandasi kasih untuk pemulihan dan pertobatan, agar kembali sesuai perjanjian yang dibuat dengan umat pilihan-Nya (ay. 2, 4). Hukuman Allah bertujuan umat-Nya kembali ke jalan-Nya dan bukan untuk menghancurkan (Ams. 3:11-12; 23:13-14).
Ini yang perlu kita pahami dan ikuti jika terjadi pada diri kita. Bisa saja kita kecewa dan marah terhadap seseorang, dan itu manusiawi. Tetapi kita perlu menjaga agar tindakan kita terus dibungkus kasih, tidak didasari oleh emosi, rasa benci, iri hati, dendam, atau ingin merusak tidak terkendali. Apalagi, penyebabnya bisa saja karena kesalahan pemahaman dan miskomunikasi. Menghukum dengan menghakimi, apalagi tanpa ada keinginan untuk mengampuni, bukanlah ajaran Kristiani.
Kini saudaraku, apakah kita saat ini sedang marah dan menghukum seseorang dengan kata-kata, sikap, atau tindak perbuatan? Mungkin kita merasa bersikap diam cukup baik, menjauh dari mereka yang kita rasakan membuat persoalan. Namun, pintu pengampunan haruslah terus terbuka. Janganlah kita setiap minggu mengucapkan Doa Bapa Kami, “ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah terhadap kami” (Mat. 6:12), namun pintunya kita tutup. Tuhan pun tentu tidak akan membuka pengampunan sebagaimana doa kita itu.
Jika itu yang terjadi, pertobatan yang perlu bukanlah dari orang lain, tetapi justru dari diri kita sendiri. Merasa terus benar, memperlakukan yang lain salah sebagai orang berdosa, itu hukuman yang tidak benar. Lihat diri kita dan sekeliling, mungkin Allah telah memberi tanda, sebagaimana kepada umat Yehuda (ay. 5-13), tetapi mereka tidak peduli, tetap bebal, tinggi hati, tidak berubah dan bertobat. Allah pun kemudian menghukum dan merendahkan mereka. Zedekia, raja terakhir digulingkan pasukan Babel yang dipimpin Nebukadnezar, Yerusalem dan bait Allah dihancurkan.
Sesal kemudian memang tidak berguna. Maka, sunatlah hatimu, penuhlah oleh kasih, abaikan hasutan si jahat, rendahkan hati, dan berhentilah melakukan yang Tuhan tidak sukai, apapun itu, sebelum kita dihukum oleh Allah dengan harga pemulihan yang mahal sekali.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 20 guests and no members online