Kabar dari Bukit 7 Agustus 2022
Kabar dari Bukit
HIDUP BERSANDIWARA (Yes. 1:1, 10-20)
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18b-19)
Salam dalam kasih Kristus.
Ayat di atas rasanya sering kita dengar dalam ibadah. Menyenangkan, sangat suka. Dan itu adalah bagian terakhir dari firman Tuhan untuk kita di hari Minggu ini, dari Yes. 1:1, 10-20. Tetapi ayat penutupnya kemudian berkata: "Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang. Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya" (ay. 20). Wuih, ngeri-ngeri sedap ya….
Nabi Yesaya menuliskan kitab nubuatannya dengan pesan awal yang sangat jelas: Tuhan tidak suka dengan orang yang tidak tahu diri, tidak membalas budi dan kebaikan, bebal (ay. 2-9). Bangsa Israel dilihat Tuhan telah bermain sandiwara. Mereka menyatakan percaya kepada Allah Abraham, Isak dan Yakub, datang ke Bait Allah membawa korban persembahan, merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan yang meriah (ay. 13-14).
Tetapi di sisi lain, kehidupan umat Israel sebaliknya, melakukan hal yang dibenci Tuhan. Kerohanian mereka tidak sesuai dengan keseharian, kehidupan mereka penuh dengan penindasan, hilang rasa kasih, tidak berbuat kebaikan nyata. Yesaya pun menulis, “…, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
Sikap Tuhan menghadapi sandiwara ini: "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku (ay. 11-13). Bahkan, Tuhan memanggil mereka dengan manusia Sodom dan Gomora (ay. 10).
Hidup orang percaya dan di dalam Tuhan memang tidak perlu bersandiwara. Mungkin dengan manusia kita bisa bersandiwara, seperti lagu Ahmad Albar: Dunia ini panggung sandiwara, cerita yang mudah berubah. Kita membuat panggung, agar bisa tampil lebih baik dilihat orang. Memakai topeng, peran lain, atau riasan tebal berlebihan menutupi bopeng wajah, atau sebagai pelarian jiwa kita. Kita ingin dipuji (Mat. 6:2-16). Tetapi Tuhan Mahatahu. Ia tidak bisa dikibuli seperti penonton. Ia membenci sandiwara kemunafikan (Mzm. 26:4), sebagaimana pesan nas minggu ini.
Kemunafikan dalam kamus berarti bermuka dua, perkataan berbeda dengan perbuatan dan isi hati; berpura-pura. Alkitab menjelaskan contoh kemunafikan, seperti senang menguji tapi memojokkan orang lain (Mat. 22:13), bersikap merasa hebat seperti orang Farisi dan ahli Taurat (Mat. 23:13), ingin selalu tampil tapi perbuatan nyata kosong (Mat. 23:25, 27). Dalam keseharian kita, hal itu tampak seperti rajin beribadah atau berkata haleluya tapi memelihara kebencian, berkata mengasihi tapi bersikap atau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, berlagak pintar dengan langsung menghakimi dan menghukum, melayani tapi dengan tujuan mendapatkan sesuatu.
Marilah kita menghentikan semua itu. Firman-Nya meminta dari kita, ”kasih yang keluar dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas” (1Tim. 1:5). Pengakuan kesalahan dan dosa selalu berbuah baik. Memang susah melakukannya. Lidah kita kadang berat untuk berkata: mohon maaf, minta tolong, atau terima kasih. Ego kita terlalu besar sehingga selalu melihat kesalahan orang lain lebih dahulu. Balok di mata tidak kelihatan, tetapi selumbar di mata orang lain kita mudah melihatnya (Mat. 7:4-5).
Ahmad Albar menutup lagunya dengan mengatakan, “Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan, mengapa kita bersandiwara”. Ya, semua akan ada akhirnya. Ujung jembatan menanti kita dengan pertanggungjawaban. Maka selalulah siap sedia (lihat renungan di bawah). Saatnya sandiwara rohani kita ubah menjadi kebangunan rohani. Tuhan kita baik, telah mengundang pemulihan: “Marilah, baiklah kita berperkara --firman TUHAN-- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (ay. 18-19). Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus yang baik.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 683 guests and no members online