Khotbah Minggu 10 April 2022
Khotbah Minggu Keenam Pra Paskah – Masa Sengsara
YANG TERBESAR DI SORGA (Luk. 22:24-34)
Pendahuluan
Minggu ini kita memasuki minggu sengsara menjelang peringatan kematian Tuhan kita Yesus Kristus di kayu salib, yakni pada hari Jumat Agung nanti. Bacaan minggu ini berupa dua peristiwa, yakni pertengkaran para murid tentang siapa yang terbesar dan terutama di antara mereka; dan kedua, tentang pemberitahuan penyangkalan Petrus akan Tuhan Yesus. Dari dua peristiwa ini kita dapat mengambil hikmat dan petunjuk hidup sebagai berikut.
Pertama: Dipanggil untuk melayani ( ayat 24-25)
Kalau kita baca dari awal pelayanan-Nya, para murid ini dipanggil untuk melayani Tuhan Yesus dan sesama manusia. Mereka diminta rela meninggalkan kehidupan awal pribadinya dan menyerahkan seluruh hidup mereka bagi Tuhan Yesus. Mereka bersedia karena percaya Ia adalah Mesias. Namun dalam perjalanan waktu yang singkat, mereka mulai menyadari bahwa pelayanan Yesus akan berakhir sebab perlawanan para Imam dan orang Farisi terhadap-Nya sudah semakin besar. Demikian juga penguasa Romawi tetap keras karena tidak mau mengambil resiko untuk memberikan perlindungan khusus kepada-Nya. Maka ketika Tuhan Yesus mengadakan perjamuan malam menjelang paskah, mereka sadar mungkin itulah adalah saat-saat akhir, dan ketika duduk dalam perjamuan itu, mereka mempersoalkan posisi duduk masing-masing murid dalam perjamuan tersebut.
Sebagaimana diketahui, posisi duduk dalam adat istiadat Yahudi yang di sebelah kanan tuan rumah adalah yang paling utama dan kemudian yang duduk di sebelah kirinya. Urutan kedudukan berikutnya adaalah duduk kedua di sebelah kanan dan yang berikutnya duduk kedua di sebelah kiri. Demikian seterusnya hirarki posisi duduk dalam adat-adat Yahudi tersebut. Yohanes, murid yang paling muda tampaknya duduk di sebelah kanan Tuhan Yesus dan hal ini menimbulkan kecemburuan dan protes para murid. Mengapa Yohanes yang masih muda duduk pada posisi yang paling terhormat itu?
Dalam hal ini tampaknya para murid melupakan bahwa yang utama tugas mereka adalah pelayanan, bukan mempersoalkan kebesaran dan keutamaan dari masing-masing orang. Mereka dipanggil untuk melayani dan harus fokus pada pelayanan itu sendiri. Apabila mereka mempersoalkan kedudukan dan kebesaran, maka itu tidak sesuai dengan panggilan awal dan itu adalah pikiran duniawi. Pikiran duniawi dan manusiawi selalu memperhitungkan posisi dan kedudukan, imbal jasa, untung rugi dan upah jerih payah dari pelayanan atau pekerjaan yang dilakukan. Mungkin kita berpikir bahwa itu wajar, manusiawi, tetapi apa yang disampaikan Tuhan Yesus pada murid saat itu, jelas hal itu salah dan bukan cara pandang rohani yang benar.
Tidak jarang kita pun acapkali berpikir dan bersikap demikian. Ketika kita memberi lebih banyak kepada gereja, atau ketika kita sangat aktif di pelayanan, maka kita akan menuntut posisi yang lebih dihormati, seperti selalu duduk di depan atau tempat istimewa. Ketika kita memiliki "jabatan” yang lebih "tinggi" maka kita ingin diperlakukan lebih terhormat dan utama dalam setiap kegiatan. Sikap inilah yang dicela Tuhan Yesus. Kalau kita memang sudah merasa dipanggil untuk melayani atau memberi, maka rendahkanlah hati kita. Kita harus mengikuti Tuhan Yesus, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan lain minggu ini, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:6-7). Kita juga harus bercermin pada petunjuk Alkitab, apabila kita dalam suatu acara pesta perkawinan atau acara lainnya, maka duduklah terlebih dahulu di tempat yang kurang terhormat, kalau memang "jatah" kita di tempat yang lebih terhormat, maka tuan rumah akan menempatkan di sana nantinya (Luk. 14: 7-11).
Kedua: Yang terbesar adalah yang paling melayani (ayat 26-27)
Melayani berbeda dengan bekerja, walau bekerja dapat juga sebagai pelayanan. Melayani tidak mengharapkan imbalan, sementara bekerja wajar mengejar upah atau imbalan yang besar. Kalau melayani tidak mengenal jam kerja atau batas minimum 160 jam kerja dalam sebulan, sementara dalam bekerja di kantoran, kriteria itu dipakai kecuali dia bekerja paruh waktu. Apabila bekerja lebih dari yang ditetapkan, misalnya menjadi 180 jam, maka pekerja mengharapkan lembur, dan kalau tidak ada lembur biasanya diberikan tunjangan khusus atau tunjangan jabatan. Tapi itu adalah hitungan atau prinsip duniawi. Kalau dalam pelayanan tidak ada istilah lembur. Bahkan seorang hamba Tuhan harus siap bila perlu melayani 24 jam sehari meski harus memperhatikam kesehatan tubuhnya.
Pengalaman di kantor memperlihatkan justru orang-orang yang bekerja tanpa berpikir lembur ini yang disukai pimpinan. Mereka bekerja secara sungguh-sungguh dan apabila situasi menghendaki kerja lembur, mereka tidak keberatan dan bahkan siap setiap saat. Mereka ini bukan orang-orang yang justru membuat pekerjaan lambat-lambat di jam kerja normal, sehingga berharap nanti bisa lembur dan penghasilan bertambah. Tidak sedikit yang berpikir dan bertindak demikian. Sejatinya bersikap demikian justru yang terjadi adalah kita mengasihi diri sendiri dan bukan mengasihi orang lain. Ini bertentangan dengan hakekat pelayanan.
Apakah kita di kantor bersiasat membuat seolah-olah kita tampak sibuk dan mengharapkan "lemburan", atau kita dengan tulus melakukan kewajiban pekerjaan dan pelayanan itu dengan sukacita. Kita lakoni pekerjaan dan pelayanan itu dengan penuh tanggungjawab dan bahkan tidak pernah mengeluh dan menuntut. Sikap demikian yang seharusnya tampak dalam pekerjaan kita di kantor. Inilah yang diharapkan bos kita dan menyenangkan hatinya. Pemimpin dalam pelayanan kita adalah Tuhan Yesus. Sikap hitung-hitungan jelas dicela Tuhan Yesus. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, justru yang paling besar di antara mereka adalah mereka yang merasa paling muda, dalam arti masih merasa perlu terus belajar dan merasa belum banyak berbuat; bukan perasaan sok tahu banyak pengalaman dan sudah berbuat banyak. Demikian juga mereka yang menjadi pemimpin dalam pelayanan, menurut Tuhan Yesus adalah mereka yang paling banyak dan bersungguh-sungguh melayani.
Kebesaran dan keutamaan seseorang dalam pelayanan bukanlah karena jabatan, kuasa, gelar, ketenaran, atau prestasi yang besar. Justru sikap kita terhadap pelayanan atas apa yang kita kerjakan bagi Allah serta pandangan rohani kita di hadapan Dia, itulah yang menentukan kebesaran kita di hadapan-Nya (band. Mat. 18:3-4; 20:25-28).
Ketiga: Kehormatan sudah diberikan (28-30)
Tuhan Yesus mengatakan dalam nats tersebut kita sudah memiliki keutamaan. Kita sebagai orang-orang yang dipanggil dan diselamatkan telah memiliki keutamaan menjadi bagian dalam kerajaan-Nya, baik saat ini maupun nanti. Kita sudah masuk dalam kerajaan damai sejantera itu dan memjadi warga sorgawi. Para murid telah bersama-sama dengan Yesus dalam perjamuan makan minum semeja dan ikut serta dalam pencobaan menghadapi umat Israel dan penderitaan yang akan dialami-Nya, merupakan kehormatan yang tidak terhingga. Ini yang seharusnya menjadi sikap mereka, sebagaimana dimaksudkan oleh Raja Daud dalam mazmurnya, "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik" (Mzm. 84:10).
Tuhan Yesus menegaskan posisi-Nya bahwa Ia yang menetapkan hak-hak Kerajaan itu bagi kita orang percaya. Bapa telah menyerahkan hak itu kepada Yesus dan apabila kita percaya dan mengikuti-Nya, maka kita akan mendapat bagian yang indah dalam Kerajaan itu, baik saat ini maupun penggenapannya nanti. Tuhan Yesus telah menyediakan suatu "Kerajaan" yang didirikan-Nya dan para murid jangan mengharapkan kemuliaan dan kuasa duniawi tersebut pada masa ini. Keutamaan bagi kita bahkan digambarkan dalam kerajaan-Nya kelak dengan ikut menjadi hakim atas bangsa-bangsa yang tidak taat. Kita akan duduk bersama Tuhan Yesus di atas takhta dengan kekuasaan dan kemuliaan tersebut.
Sebagai orang yang berdosa yang hukumannya neraka dan kematian kekal, sebenarnya apa yang kita peroleh itu sudah lebih dari cukup dan sangat berharga. Kita tidak perlu mendapat gambaran bagaimana kelak situasi itu akan terjadi dan bagaimana wujud rupanya. Itu sudah terlalu jauh dan bahkan mungkin tidak bisa terbayangkan oleh mata dan pikiran (1Kor 2:9). Kita tidak perlu menuntut itu saat ini. Semuanya justru kita sikapi dengan rasa syukur dan hormat atas pemberian anugerah itu dan bukan pula menjadi alasan sombong atau sesumbar. Tuhan Yesus secara tidak langsung juga mengatakan bahwa mengikuti-Nya berarti akan masuk dalam pencobaan-pencobaan dan hanya yang bertahan yang akan tetap masuk dalam Kerajaan itu. Hati- hatilah, iblis akan memanfaatkan hal ini.
Keempat: Jangan sesumbar (ayat 31-34)
Apa yang kemudian terjadi pada Simon atau Petrus merupakan peringatan Tuhan Yesus yang menjadi kenyataan. Yesus sudah mengetahui bahwa Petrus sedang diincar oleh iblis sehingga ia diperingatkan. Tetapi Petrus sesumbar dan berkata: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (ayat 33).
Petrus pada dasarnya adalah seorang yg berani (Yoh. 18:15). Kita tahu ia memotong telinga serdadu Romawi yang ingin menangkap Yesus. Petrus juga ikut sampai ke halaman rumah Imam Besar saat Yesus dibawa untuk diadili. Ini merupakan resiko bagi Petrus dan ia tidak takut. Namun apa yang terjadi, Yesus tahu oleh karena itu berkata: "Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (ayat 31-32). Pengertian menampi adalah melihat apakah memang Petrus memiliki iman yang kuat. Dalam hal ini Yesus mengizinkan iblis mencobai Petrus tetapi hanya sampai batas-batas tertentu dan dengan izin Allah (band. Ayub 1:10,12).
Iblis tahu dan menggunakan "kelemahan" Petrus yakni emosi dan kesombongannya. Iblis sudah menduga bahwa Petrus akan sesumbar dan mengatakan ia siap mati demi Yesus. Kenyataannya, Petrus memang tiga kali menyangkal Yesus. Tetapi Yesus juga menetapkan bahwa Ia akan berdoa bagi Petrus dengan mengatakan: Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (ayat 32).
Maka kita pun demikian agar jangan sesumbar. Jangan sombong rohani, meras sudah memberi dan berbuat pada Tuhan Yesus sangat banyak dan besar. Iblis akan mencobai kita meski ia tidak leluasa melakukan apa saja yang ia inginkan, sebab harus perkenan Allah. Kita berharap Allah berdoa bagi kita yang dikasihi-Nya. Itu juga sebabnya Yesus mengajar kita berdoa dalam Doa Bapa Kami, agar jangan membawa kita ke dalam pencobaan dan melepaskan dari yang jahat. Iblis itu jahat, begitu kita lepas dari iman dan kuasa Yesus, maka kita akan jatuh dan menjadi hamba iblis. Pesan ini juga disampaikan dalam bacaan lain minggu ini,
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid (Yes. 50:4). Ini yang dimaksudkan Tuhan Yesus agar Petrus, jikalau dia sudah insaf, dia menguatkan saudara-saudaranya (Luk. 22:32).
Kesimpulan
Minggu ini kita diajarkan tentang kelemahan manusia yang mengutamakan kedudukan dan kebesaran di masa kini. Sudut dan cara pandang demikian adalah duniawi. Justru bagi kita yang memberi dan melayani harus merasa kitalah yang paling muda dan masih sedikit serta terus belajar untuk yang lebih baik. Pemimpin adalah mereka yang paling merasa sebagai pelayan dan melayani lebih banyak tanpa memperhitungkan imbalan. Bagi kita yang sudah dipanggil masuk dalam Kerajaan-Nya, bagian kita sudah jelas tersedia yang paling baik. Kita tidak perlu sesumbar, sebab iblis dapat dengan memudah mencobai kita dan kalau tidak berpegang erat pada Allah, maka kita bisa jatuh. Mari kita rendahkan hati kita dalam memberi dan melayani sesuai yang Tuhan sediakan bagi kita.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 23 guests and no members online