Khotbah Minggu 3 April 2022
Khotbah Minggu Kelima Pra-Paskah 2022
MEMBERI DENGAN TULUS DAN PENUH SYUKUR (Yoh. 12:1-8)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes. 43:16-21; Mzm. 126; Flp. 3:4b-14
Pendahuluan
Perjalanan Tuhan Yesus menuju Yerusalem tinggal beberapa hari lagi. Meski Ia sudah dinyatakan lepas dari perlindungan hukum (Yoh. 11:57) namun Yesus tetap dalam langkah-Nya yang berani untuk menyelesaikan misi-Nya yang agung. Sebelum masuk kota Ia singgah di Betania pinggiran Yerusalem, bertemu dan dijamu oleh sahabat-sahabat-Nya. Di situ ada Simon (band. Mat 26:6-13; Mrk 14:3-9) dan juga hadir Marta dan Maria saudara Lazarus yang dibangkitkan oleh-Nya dari kematian. Kejadian dalam rumah itulah yang merupakan bacaan nats kita minggu ini, dan memberi kita pelajaran penting sebagai berikut.
Pertama: Memberi dengan tulus dan penuh syukur (ayat 1-3)
Marta yang hadir sangat sigap melayani Tuhan Yesus karena talenta paling berharga yang ia miliki adalah melayani. Ia tidak kecil hati dengan perannya itu meski hanya menyiapkan makanan dan minuman, sebab yang utama adalah hati dalam melayani tersebut. Berbeda dengan Maria, yang memiliki simpanan berupa minyak Narwastu, parfum mahal yang biasanya diimpor dari India. Jumlahnya pun tidak kecil yakni setengah kati, kurang lebih seperempat kilogram dan disimpan dalam buli-buli (semacam gelas kaca).
Ketika ia melihat Yesus ada dalam rumah itu, maka ia masuk dan tersungkur menuangkan minyak mahal itu ke kaki Tuhan Yesus. Kemudian ia mengusap kaki Tuhan Yesus itu dengan rambutnya yang tergerai panjang. Kita bisa bayangkan bahwa kaki Tuhan pada saat itu mungkin kotor karena baru dari perjalanan. Tetapi itulah yang dilakukan Maria, memberikan hatinya dengan minyak mahal dan mengusap kaki Tuhan Yesus dengan mahkota tubuhnya. Ia tidak peduli dengan pikiran orang, bahwa mengusap dan memperlihatkan rambut pada masa itu tentu dapat dikonotasikan dengan perempuan tercela, tetapi ia tidak peduli, karena yang terpenting baginya adalah memberi kasihnya dengan tulus dan sepenuh hati kepada Yesus.
Hal lainnya yang perlu kita amati adalah Maria sengaja memberi minyak narwastu tersebut di kaki Tuhan Yesus. Ini melambangkan bagaimana kerendahan hatinya dalam memberi itu. Ia tidak mengusapkan minyak mahal itu di kepala Tuhan Yesus atau dijubah-Nya, tetapi justru pada bagian yang paling "kotor" saat itu karena debu jalanan. Tetapi itulah sikap kita seharusnya dalam memberi kepada Tuhan, harus dengan rendah hati. Jangan pernah berpikir bahwa pemberian kita yang berharga kemudian kita bisa berbangga bahkan menyombongkan. Meski banyak yang menafsirkan bahwa pemberian minyak tersebut merupakan "urapan" sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, tetapi bagi Maria, ia melihat hanya layak mengoleskannya di kaki Tuhan Yesus. Demikian juga, ia mengusap kaki Tuhan kita itu dengan rambutnya yang merupakan mahkota dirinya.
Bagi Maria, bertemu dan mengasihi Tuhan Yesus adalah hal yang utama, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan lain pada minggu ini dari Flp 3:4b-14, "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (ayat 8).
Kedua: Jangan berpura-pura dalam memberi (ayat 4-6)
Sikap lainnya yang diperlihatkan oleh Maria adalah tidak hitung-hitungan dalam memberi. Maria tampaknya mengetahui bahwa itulah kesempatan yang dia miliki untuk mengungkapkan kasihnya kepada Tuhan Yesus. Apa yang menjadi miliknya paling berharga itulah yang dia berikan kepada Tuhan Yesus. Baginya tidak ada kemunafikan atau kepura-puraan bahkan terlebih lagi mengharapkan imbalan dari pemberian itu. Tidak ada yang tersembunyi sehingga tidak membuat ada ketakutan (nothing to hide, nothing to fear).
Ini berbeda dengan sikap Yudas yang mencela pemberian minyak mahal itu. Yudas menyebut nilai minyak itu 300 dinar (setara dengan upah pekerja setahun saat itu atau kurang lebih Rp. 20 - 30 juta). Di sini Yudas sudah mulai menghitung-hitung pemberian kepada Tuhan, dan hal itu bukan ungkapan kasih. Kasih sejati melepaskan hitung-hitungan. Demikian juga Yudas berpura-pura mengatakan bahwa lebih baik minyak itu dan hasilnya diberikan kepada orang miskin. Padahal, sebenarnya ia berpikir minyak itu kalau dijual seharga 300 dinar maka ia sebagai bendahara akan memegangnya dan dapat mencuri dari kas sebagaimana ia biasa melakukannya (ayat 6; band. Yoh 2:24-25; 6:64-70). Yudas memakai topeng dalam sikapnya.
Itulah contoh buruk dalam memberi, ada maksud dan motif tersembunyi. Ada topeng untuk ingin dipuji, topeng dengan kata-kata manis bahkan berlabel rohani. Ada yang terselubungi oleh iblis dengan pikiran jahat dan menipu. Lain di mulut lain di hati. Kalau pikiran kita sudah bengkok maka pandangan kita juga akan bengkok sehingga apa yang sebetulnya bagus menjadi buruk. Jangan-jangan pikiran kita yang buruk atau ada lapisan penghalang yang membuat pandangan kita kemudian melihatnya kotor. Ada kisah orang yang melihat pakaian tetangga yang dijemur menurutnya selalu kotor, padahal jendela kaca rumahnya yang kotor, sehingga pakaian yang dijemur itu selalu tampak kotor. Hikmatnya, apabila kita melihat sesuatu itu buruk, maka sebaiknya kita renungkan terlebih dahulu, apakah cara melihat kita ada yang salah?
Yudas sadar ada kesempatan untuk mencuri. Ini pelajaran yang penting: Jangan membenarkan diri karena alasan rohani seperti Yudas. Kita mungkin tergoda untuk memberi yang berharga, tetapi jangan tergoda memberi untuk mendapat pujian. Kita mungkin tergoda untuk sebuah jabatan atau kedudukan, tetapi jangan untuk maksud bisa mencuri seperti Yudas. Itu sama semua dengan penghianat. Dalam kisah ini Yesus juga tidak perlu menghentikan perbuatan Yudas, karena saatnya akan tiba Tuhan yang mengatur semua buah perbuatan jahatnya.
Ketiga: Memberi untuk menjadi berkat bagi yang lain (ayat 3 dan 7)
Maria mungkin sadar bahwa kesempatan untuk mengungkapkan pengabdian kepada Yesus segera akan berakhir, karena itu dia memanfaatkan kesempatan yang tersedia. Ia berpikir ini adalah saat yang sukar ditemukan bisa bertemu dan memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Karena itu, ia ingin pemberian itu menjadi ingatan baginya tanpa memperhitungkan nilai dan pengorbanan yang harus dia bayar untuk itu. Walau tidak dijelaskan bahwa Maria mengetahui itulah saat-saat terakhir Tuhan Yesus, namun insting wanitanya bekerja dan memutuskan pemberian itu.
Memberi sesuatu yang berharga dalam hidup kita kepada Tuhan dan dapat menjadi ingatan atau kenangan indah, jelas merupakan pilihan dan keputusan yang baik. Maria memberi parfum mahal dan menumpahkan semuanya. Kita tidak dapat mengatakan hal itu sebagai pemborosan, sebab arti pemborosan tergantung kepada makna rohani bagi yang memberi dan nilai apa yang kita anut sebagai paling berharga diberikan kepada Allah kita. Maria telah melihat bagaimana Yesus telah membangkitkan saudaranya Lazarus dari kematian. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa apa yang diperbuat Maria itu akan disebut dalam setiap pemberitaan Injil.
Hal itu terjadi karena pemberian itu bukan saja menyenangkan hati Tuhan sebagaimana respon Tuhan Yesus, tetapi apa yang dilakukan Maria juga menjadi berkat bagi semua yang hadir saat itu, tatkala ruangan menjadi harum dari parfum mahal itu. Itulah yang membuat pemberian Maria itu menjadi kesan sendiri bagi Tuhan Yesus sehingga Ia mengatakan bahwa kejadian itu akan selalu menjadi ingatan. Pemberian seperti itulah yang diinginkan oleh Tuhan Yesus.
Pernahkah kita terpikir untuk memberi yang terbaik milik kita dengan tulus dan ekspresif seperti yang dilakukan oleh Maria? Pemberian tidak harus dalam bentuk materi. Sebagaimana Simon dari Kirene memberi yang terbaik kepada Yesus tenaganya untuk memanggul salib bagi Yesus. Mungkin juga kita pernah diberi kesempatan terbaik seperti itu, tetapi mungkin kita menundanya. Mungkin kita tidak menyadarinya. Mungkin kita berhitung sehingga kesempatan itu hilang. Mungkin saja dan untuk itu kita perlu merenungkannya. Apa yang sudah terbaik kita berikan kepada Tuhan Yesus dari hidup kita? Ingatlah janji Tuhan dalam bacaan lain minggu ini Mzm 126, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).
Keempat: Tanggungjawab kepada orang miskin (ayat 8)
Apa yang disampaikan Tuhan Yesus kepada Yudas bahwa tidak masalah Maria memberikan minyak narwastu yang mahal itu itu, dan mengatakan orang miskin masih tetap ada, bukan berarti Tuhan Yesus mengabaikan mereka. Maksud Tuhan Yesus adalah persoalan orang miskin akan ada terus menerus dan itu tetap menjadi tanggungjawab kita orang percaya. Penekanan tanggungjawab pemeliharaan orang miskin ini sudah sejak perjanjian lama dan itu merupakan keharusan.
Apa yang lebih ditekankan Tuhan Yesus adalah sikap responsip dan tulus dari Maria atas keinginannya memberi yang terbaik, sekaligus Tuhan Yesus juga menyadari bahwa sikap itu merupakan pengurapan atas dirinya menjelang kematian-Nya. Iman dan pengabdian Maria kepada Tuhan Yesus merupakan teladan yang sangat baik yang diinginkan Allah dari orang percaya. Itu jelas perbuatan iman dan kesiapan berkorban demi Tuhan. Kesiapan berkorban sebagai pemberian yang terbaik kepada Tuhan Yesus dapat berupa kesetiaan, di kala kita sakit berat, terjerat hutang, tergoda cepat kaya dengan cara menipu atau mencuri, dan sebagainya. Itulah pemberian dan pengorbanan kita.
Yesus telah naik ke sorga. Pesan itu diberikan kepada kita orang percaya dan kepada gereja agar terus memperhatikan mereka yang miskin. Memberi kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi yang miskin, merupakan jalan dan cara yang berkenan kepada Tuhan. Sering kali orang percaya memberi kepada hamba Tuhan dan gereja yang sudah berkelimpahan, dan kadang gereja atau hamba Tuhan ini tidak menyalurkannya bagi orang miskin. Inilah pergumulan kita. Banyak jemaat tidak mepunyai gedung gereja yang tidak layak. Apabila kita jalan ke wilayah-wilayah kemiskinan tempat orang percaya sebagai mayoritas (Tapanuli, Mentawai, Nias, NTT, Kalbar, Papua, dan lainnya) kita akan melihat bangunan gereja yang sederhana dan jemaat miskin yang perlu diberdayakan. Kesanalah mestinya hati kita arahkan, agar nama Tuhan Yesus semakin dimuliakan. Seperti firman Tuhan melalui Rasul Paulus, "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku (Flp 3:13).
Kesimpulan
Minggu ini kita mempelajari kisah yang sangat hebat, ketika Maria memberikan yang paling berharga dari miliknya kepada Tuhan Yesus. Ia memberi dengan merendahkan diri tersungkur dan hati yang tulus. Tidak ada kepura-puraan, tidak ada yang tersembunyi dari kasihnya. Maria meggunakan kesempatan yang bagus untuk menjadi kenangan indah bagi semua orang, tanpa kita melupakan tanggungjawab kepada mereka yang masih berkekurangan. Mereka banyak sekali di desa-desa. Kesanalah hati kita diarahkan minggu ini.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 11 guests and no members online