Khotbah Minggu 20 Maret 2022
Khotbah Minggu Ketiga Pra-Paskah 2022
ADAKAH KESEMPATAN KEDUA? (Luk. 13:1-9)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 55:1-9; Mzm 63:1-8; 1Kor 10:1-13
Pendahuluan
Nats ini diawali dua kisah yang tidak pasti detailnya, yakni: pertama, tentang pembunuhan orang Galilea yang darahnya dicampur oleh Pilatus dengan darah korban persembahan (ada kemungkinan pembunuhannya dilakukan dalam Bait Allah sehingga disebut dicampur); kedua, detail cerita kematian 18 orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam. Sumber permasalahan kejadian ini menurut para ahli teologi, saat itu Pilatus berencana membangun saluran penyediaan air yang membutuhkan dana dan daya yang sangat besar. Pilatus menginginkan agar uang persembahan yang dibawa ke Bait Allah dipakai untuk dana pembangunan saluran air tersebut. Demikian juga diduga ada pekerja yang ikut membangun menara dan oleh karena sesuatu hal menara itu rubuh menimpa ke-18 orang tersebut. Tuhan Yesus mengambil dua kisah tersebut sebagai dasar untuk mencela umat Israel pada saat itu.
Melalui nats Firman Tuhan minggu ini, kita diberi beberapa pengetahuan dan hikmat sebagai berikut.
Pertama: Penghukuman adalah hak Allah (ayat 1-2)
Orang-orang Galilea yang terkenal fanatik dan keras berusaha menentang kebijakan Pilatus tersebut sehingga menimbulkan protes mungkin dengan demonstrasi. Pilatus yang terkenal keras dan sadis tidak mau mengambil resiko dan gangguan membantai mereka sehingga darahnya dicampur (atau tercampur) dengan persembahan yang diberikan pihak lain ke dalam Bait Allah. Kebijakan keras Pilatus ini mungkin untuk memperlihatkan kepada kelompok lain agar tidak melakukan gangguan-gangguan ketertiban. Sementara robohnya menara yang mengakibatkan meninggalnya 18 diduga karena mereka bekerja membantu Pilatus dan hal ini banyak yang tidak menyukainya. Kedua cara mereka meninggal ini yang menjadi bahan pengajaran Tuhan Yesus.
Jalan pikiran manusia biasanya menghubungkan dan berkesimpulan bahwa cara penderitaan menjelang kematian yang lebih berat, maka dosanya di dunia lebih besar. Seseorang yang mati dengan sakit yang berkepanjangan kadangkala dikatakan karena dosanya banyak dan itu penghukuman Allah. Melalui dua kisah diatas, Tuhan Yesus menekankan bahwa penderitaan dan kematian yang dialami oleh orang-orang Galilea dan 18 orang tersebut memang semua karena dosa. Tetapi apa yang ditekankan Tuhan Yesus adalah dosa orang Galilea yang dibunuh secara sadis tidak lebih besar dosanya dibandingkan dengan yang mati tertimpa menara. Artinya, manusia tidak bisa memahami dan menyimpulkan cara kematian seseorang atau sekelompok orang dan menghubungkannya dengan banyak-tidaknya dosa-dosa yang dilakukannya. Semua adalah hak dan kewenangan Allah untuk menentukan cara mati seseorang dan juga kaitannya dengan bentuk dan jenis hukuman yang diterimanya kelak. Allah berhak menetapkan penghukuman dan Allah berhak pula untuk memberi pengampunan. Apa yang disebut penderitaan dan penghukuman dalam mata manusia melalui peristiwa cara mati seseorang, belum tentu sejalan dan sama dengan pikiran dan hikmat Allah.
Oleh karena itu seseorang yang sakit berkepanjangan sebelum dipanggil Tuhan, atau meninggal dengan cara yang tragis, tidak dapat kita katakan karena dosanya terlalu banyak. Demikian juga seseorang yang matinya tampak "mudah", belum tentu karena dosanya ringan. Hal yang sama apabila terjadi bencana alam atau sejenisnya dalam suatu daerah atau kelompok masyarakat, maka kita tidak dapat katakan itu adalah penghukuman Allah bagi mereka semua. Pola pikir seperti ini harus kita jauhkan. Allah memiliki hikmat sendiri dalam menetapkan segala sesuatunya dan kita percaya Allah kita adalah Allah yang Maha Bijaksana, Maha Adil dan Maha Benar.
Kedua: Bebas hukuman bagi yang bertobat (ayat 3-5)
Hal yang ingin ditekankan Tuhan Yesus dari kedua peristiwa tersebut adalah perlunya pertobatan untuk bebas dari dosa dan penghukuman. Kalau tidak ada pertobatan maka penghukuman menanti dan dapat seperti nasib orang-orang Galilea atau yang tertimpa menara tersebut. Penderitaan dan kematian jelas merupakan buah dari dosa. Namun ada penderitaan yang datang bukan dari kehendaknya, bukan pula karena dosa dan kesalahannya. Kisah anak lahir dalam keadaan buta mengajari kita demikian karena bukan karena dosanya maupun dosa orang tuanya (Yoh 9:1-3). Demikian pula dengan penderitaan para nabi dan para rasul yang dialami demi menyampaikan kebenaran firman Allah, tentu bukan karena dosa mereka banyak. Para hamba Tuhan saat ini juga masih mengalami hal itu di beberapa wilayah bumi ini.
Ini tentu berbeda. Namun, yang pasti semua ada dalam sepengetahuan dan hikmat Allah. Kesalahan dan dosa seseorang secara prinsip penghukumannya akan ditanggung oleh orang tersebut. Kesalahan beberapa orang atau kelompok, sebenarnya penghukuman dan penderitaannya hanya ditanggung oleh kelompok itu. Namun dalam beberapa kejadian, bisa saja dosa kelompok tersebut mengakibatkan adanya "penderitaan" pihak lain yang tidak ikut (banyak) berdosa. Ini bisa kita lihat seperti dalam peristiwa bencana alam, kecelakaan massal, peperangan dan sebagainya. Mereka mungkin hanya menjadi "korban". Yang perlu kita ingat bahwa Tuhan memahami semua itu dan akan memperhitungkan semuanya dalam kekekalan.
Tuhan membenci dan merasa jijik dengan dosa. Dengan dasar keadilan, Tuhan akan menghukum setimpal dengan perbuatan dosanya, dan ujung penghukuman itu adalah kematian selama-lamanya. Ini pentingnya pertobatan. Tuhan Yesus mengatakan, mereka semua akan binasa kalau tidak bertobat. Pengutaraan dua kisah ini mungkin juga ada hubungannya dengan rencana Tuhan untuk menghukum Israel dan umat Yahudi yakni hancurnya kota Yerusalem beberapa tahun kemudian (lihat khotbah minggu lalu). Pesan Tuhan Yesus kepada bangsa Yahudi menjadi jelas agar mereka berpaling dan dengan cara itu mereka mendapatkan belas kasihan dan anugerah Allah. Pertobatan adalah pintu bagi datangnya anugerah kebaikan Allah.
Ketiga: Kita dituntut untuk berbuah (ayat 6-7)
Tuhan Yesus kemudian memberi perumpamaan tentang sebuah pohon ara. Sebagaimana kita ketahui, biasanya di masa itu pohon ara ditanam di antara kebun anggur, sehingga akarnya secara tidak langsung mengambil "jatah" pokok anggur itu. Oleh karena itu pohon ara ini sangat diharapkan buahnya oleh pemilik kebun, yang biasanya mulai berbuah setelah 3 - 4 tahun. Namun pohon yang diceritakan Tuhan Yesus itu ternyata tidak berbuah. Pemilik kebun mengatakan lebih baik pohon itu ditebang sebab tidak memberi hasil. Sebagai pemilik tentu ia wajar bersikap demikian, sebab setiap usaha atau investasi wajar diharapkan memberi buah dan manfaat. Namun pengurus kebun meminta kepada pemilik kebun untuk memberi kesempatan setahun lagi, dan kalau tetap tidak berbuah, maka pohon itu dapat ditebang. Pengurus kebun berjanji untuk merawat dan memberi pupuk atas pohon ara tersebut.
Prinsip ini juga akan dipakaikan kepada kita. Pertobatan dalam poin kedua di atas tidak berhenti disitu saja. Tuhan sebagai Pemilik hidup juga meminta kita untuk berbuah dan memberi manfaat bagi Sang Pemilik. Allah berhak atas buah perbuatan kita karena kita ini milik-Nya. Melalui pertobatan kita dapat berhenti berbuat kejahatan dan melukai hati Allah, tetapi menurut Alkitab, dosa terjadi tidak hanya karena tidak berbuat kejahatan, melainkan juga karena tidak berbuat kebaikan padahal kita seharusnya mampu dan berkesempatan: "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yak 4:17). Kitab Yesaya 55 yang merupakan bacaan lain dalam minggu ini juga mengingatkan agar kita memanfaatkan apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebagai berkat. Kita harus pakai berkat unuk kebaikan sesama. Pengunaan yang tidak sejalan dengan maksud Tuhan akan mengecewakan-Nya.
Ada yang menafsirkan pohon ara sebagai umat Israel saja. Tetapi perumpamaan ini tidak hanya berlaku bagi umat Israel atau pendengarnya saat itu, melainkan berlaku bagi siapa saja dan bagi kita semua orang percaya. Bertobat dan berbuah. Maka usahakanlah diri kita untuk berbuah agar tidak ditebang. Usahakan diri kita agar tidak dipotong-potong dan dibuang serta dibakar seperti perumpamaan pokok anggur (Yoh 15:1-6; band. Yes 5:1-4). Kita harus menyadari itu dan melakukannya.
Hal yang menarik lainnya adalah pengurus kebun. Siapakah pengurus kebun ini? Sebab tugas pengurus kebun adalah menjaga dan merawat pohon dikebunnya. Maka pengurus kebun dalam hal ini kehidupan seseorang, dapat sebagai orang tua, guru, hamba Tuhan dan lainnya, yang seharusnya terus menerus memelihara dan memupuk umat agar semakin berbuah dan berbuah banyak bagi pemilik kehidupan ini, yakni Tuhan Yesus Kristus. Secara prinsip mereka yang tidak bertobat atau "bertobat" tetapi tidak berbuah (ingat ayat yang mengatakan dari buahnyalah kita tahu apakah orang itu bertobat atau tidak), maka mereka akan dihukum dan ditebang. Ini tanggungjawab kita semua.
Keempat: Tuhan memberi kesempatan kedua (ayat 8-9)
Pengurus kebun dalam hal ini ikut bertanggungjawab secara langsung atas kehidupan moral dan spiritual diri seseorang. Merekalah yang seharusnya merawat, menyiram dan memupuk agar orang tersebut bisa berbuah bahkan lebat. Orang tua bertanggungjawab untuk membekali dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berkenan kepada Tuhan. Demikian juga keluarga dekat ikut bertanggung jawab. Para guru diminta menanamkan nilai-nilai kebaikan melalui keteladanan dan pengajaran. Hamba Tuhan juga harus terus menerus memberikan bimbingan dan petunjuk kepada umat untuk berbuah dan terus menyenangkan hati Allah sebagai Pemilik.
Tetapi tanggung jawab ini secara otomatis juga memberi keistimewaan bagi mereka untuk meminta khusus kepada Tuhan. Orangtua, keluarga dekat, guru, atau Hamba Tuhan, melalui ayat ini dapat berdoa dan memohon agar Allah memberi kesempatan baru kepada seseorang untuk dapat bertobat dan berbuah. Ini tentu di samping doa pribadi orang tersebut untuk memohon. Orangtua dapat berdoa bagi anaknya. Guru dapat berdoa bagi muridnya. Hamba Tuhan dapat berdoa bagi jemaat-Nya. Mereka adalah pengurus pohon itu, mereka adalah pengurus seseorang (dan umat) itu agar tidak langsung ditebang oleh Pemilik pohon. Meski kita harus sadari, semua doa dan permohonan itu tergantung kehendak-Nya yakni Tuhan kita Yesus Kristus. Manusia hanya meminta, tetapi seperti pengurus kebun yang meminta pohon ara diberi 1 tahun untuk kesempatan berbuah, dan Tuhan Yesus mengabulkannya.
Nats minggu ini mengingatkan kita, bahwa Allah yang Mahabaik itu dapat memberi kesempatan kedua. Allah dapat memberi waktu lagi atas dasar doa dan permintaan orang tersebut dan dari mereka yang mengurus dan memelihara kehidupan rohaninya. Tetapi kesempatan kedua dengan 1 tahun dari nats ini mungkin merupakan kesempatan terakhir, yang harus dipergunakan sebaik-baiknya. Sebab, kalau tidak, maka hukuman Allah berupa kapak sudah siap menanti. Memang, ada saatnya kasih karunia Allah dapat ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan (bd. Luk 20:16; 21:20-24).
Maka, tanyalah diri kita, periksa, apakah sudah berbuah? Mari kita renungkan dan ambil kesempatan itu. Siapa tahu, ini adalah kesempatan kedua dan kesempatan terakhir bagi kita sekalian.
Kesimpulan
Minggu ketiga pra-paskah ini kita diberi pengajaran yang sangat baik tentang hak Allah untuk memberi hukuman bagi yang tidak bertobat dan berbuah. Allah yang memiliki kehidupan maka Allah berhak atas buah dari kehidupan yang kita jalani. Nats minggu ini juga mengajarkan agar kita tidak menghakimi cara kematian seseorang, sebab Allah yang Maha Tahu dan Maha Bijak. Bagi kita yang penting adalah kembali ke jalan Allah dan memberi yang terbaik bagi Dia. Mungkin kita masih ada yang belum setia dan memberi buah, maka Allah yang Maha Pengasih itu dapat memberi kesempatan kedua bagi seseorang. Pergunakanlah kesempatan itu, sebab siapa tahu, ini adalah kesempatan terakhir.
Tuhan Yesus memberkati.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII Setelah...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu XXVII Setelah PentakostaKhotbah (2) Minggu 24 November 2024 - Minggu Kristus Raja - XXVII...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 17 November 2024Kabar dari Bukit HUKUM DI DALAM HATI (Ibr. 10:11-25) ”Aku...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 12 guests and no members online