Thursday, November 21, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 6 Maret 2022

 

Kabar dari Bukit

 

PERSEMBAHAN SULUNG (Ul. 26:1-11)

 

 

Maka haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu (Ul. 26:2a)

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini dari Ul. 26:1-11, berpesan tentang mempersembahkan hasil pertama. Bagi kita warga gereja, ini sama dengan persembahan sulung. Biasanya dijalankan saat sidi, pernikahan, ditahbis/diteguhkan, dan saat lain yang dianggap memulai tahapan kehidupan baru.

 

 

Persembahan Sulung atau Buah Sulung hanya diatur dalam PL, dan sejatinya merupakan persembahan anak sulung dari ternak yang dilahirkan (Kej. 4:4) atau dari hasil pertama buah pohon (Im. 2:12; Neh. 10:35). Oleh karena itu dalam PL, hakekat persembahan sulung selain rasa syukur dan terima kasih, Tuhan berhak atas berkat hasil tangan pertama.

 

 

Ada banyak persembahan yang dipakai dalam PL dan kadang disebut korban. Ada korban bakaran (Ola), korban sajian (Minkha), korban penghapus dosa (Khatta’t) atau penebus salah (‘Asyam), dan korban perdamaian atau korban keselamatan (Zevakh dan Selamin). Selain itu ada persembahan lain, seperti unjukan, persepuluhan, dan persembahan sulung yang menjadi nas minggu ini.

 

 

Perjanjian Baru tidak berbicara banyak persembahan di atas. Hal yang utama dan ditekankan, persembahan tidak lagi sebagai penghapus dosa. Darah hewan yang dipercikkan tidak lagi menjadi simbol, sebab "persembahan" kita adalah tubuh Yesus Kristus yang tersalib, satu kali dan untuk selama-lamanya. Apabila itu kita imani, Dia adalah Penebus, Tuhan dan Juruselamat, maka kita layak menjadi anak-anak-Nya dan menerima semua janji-Nya.

 

 

Persembahan sebagai rasa syukur menurut PB, bentuknya berupa kekudusan tubuh (Rm. 12:1; 1Kor 6:15, 19; Yak. 1:27b; 3:5-10), persembahan hati dan mulut (Ibr. 13:15; Mzm. 28:7; Ef 5:19-20), persembahan waktu dan tenaga (Yak. 1:27; Mat. 25:31-46), persembahan uang dan materi (1Kor. 16:1-2; 2Kor. 9:6-9). Terakhir, persembahan nyawa kita, dalam arti kerelaan berkorban dan tetap setia hingga akhir hayat (Yoh. 15:13; 1Yoh. 3:16).

 

 

 

Ketika memberi persembahan, ada empat prinsip. Pertama, “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menabur banyak juga” (2Kor. 9:6). Prinsip kedua, setia menyisihkan sesuai penghasilan (1Kor. 16:1-2). Tujuannya, membangun komitmen, ketaatan, tanggungjawab bagi gereja dan sesama, serta selalu hidup dalam pengucapan syukur.

 

 

 

Prinsip ketiga, yang memperoleh penghasilan besar maka memberi jumlah yang besar; dan yang memperoleh penghasilan kecil, memberi lebih kecil (Luk. 12:48b). Prinsip keempat, memberi dengan hati sukacita dan sukarela, bukan sedih hati atau karena paksaan (2Kor. 9:7). Dasar memberi persembahan adalah iman (Ibr. 11:4; 10:6), rasa kasih dan tanggungjawab sosial dan imamat (Ul. 14:22-29; 2Kor. 8:13-14), dan tujuan persembahan sebagai batu hidup untuk pembangunan rumah rohani dan imamat kudus (1Pet. 2:5).

 

 

 

Hal terakhir, ukuran persembahan yang baik dan hebat adalah, kita merasakan sakitnya saat memberi. Mari kita jadikan persembahan sebagai hal yang sulung dalam hidup kita dan ucapan syukur terbaik bagi-Nya dan berkat bagi sesama.

 

 

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 440 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7414409
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
57524
61324
167175
7204198
449271
1386923
7414409

IP Anda: 108.162.226.2
2024-11-21 23:43

Login Form