Sunday, November 24, 2024

Khotbah Minggu 27 Februari 2022

 KHOTBAH MINGGU TRANSFIGURASI – TUHAN YESUS DIMULIAKAN

 IMAN DAN MUKJIZAT DOA SYAFAAT (Luk. 7:1-10)

Pendahuluan

 

Kita telah banyak mendapatkan kisah dan renungan tentang pelayanan Tuhan Yesus, termasuk berbagai mukjizat yang dilakukan-Nya. Selain itu, diberikan juga tentang pengajaran dalam menghadapi kehidupan ini, agar setiap orang percaya dapat meneladani Dia dan berbuat nyata bagi orang lain. Melalui nats yang kita baca, minggu ini kita diberi kisah tentang seorang perwira Yahudi yang hambanya sakit, meski ia bukan pengikut Tuhan Yesus, tetapi percaya akan kuasa-Nya dan sangat menghormati Yesus. Dari kisah ini kita mendapatkan pengajaran sebagai berikut.

 

 

Pertama: rajin mendengar dan mengasihi pekerja (ayat 1-2)

 

 

Salah satu kunci dalam keberhasilan hidup adalah mengetahui banyak informasi. Terlebih dalam era media dan teknologi yang semakin berkembang cepat saat ini, maka informasi semakin mudah diperoleh. Memang informasi yang diperoleh perlu dipilah-pilah, apa saja yang bermanfaat bagi kita dan diuji kebenarannya. Sering informasi tidak bermanfaat (junk) dan malah palsu (hoax). Informasi adalah pengetahuan dan pengetahuan jelas salah satu kunci dalam memyelesaikan masalah dalam kehidupan. Iman jelas diperlukan, tetapi keduanya sangat berhubungan dan saling mendukung. Sebagaimana dikatakan Einstein, iman tanpa ilmu akan buta, dan ilmu tanpa iman akan pincang.

 

 

Perwira Yahudi yang cukup tinggi kedudukannya memiliki seorang hamba yang sakit. Dalam kehidupan saat ini, hamba zaman dahulu bisa kita sejajarkan dengan orang upahan baik di tempat kerja maupun di rumah tangga. Memang zaman dahulu  hamba diperlakukan sebagai orang "upahan saja", dan tidak perduli dengan keadaan dan terjalinnya hubungan pribadi yang baik.  Bahkan dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai sebenarnya adalah budak (duolos) yang bisa diperjual-belikan. Tetapi hamba ini sangat disayang dan dihargai oleh perwira tersebut, sehingga tatkala ia sakit, perwira ini berusaha keras untuk mencari pengobatan dan penyembuhannya. Oleh karena itu, ada yang berkata bahwa untuk mengetahui pribadi yang sejati dari seseorang, maka tanyakanlah pembantu atau bawahannya, bagaimana mereka diperlakukan. Sebab dari merekalah informasi yang lebih akurat a kita dapatkan tentang pribadinya, bukan sekedar tampak dari luar atau pencitraan saja.

 

 

 

Sikap perwira ini jelas sesuatu yang harus kita teladani. Siapapun yang bekerja untuk kita, maka kita harus mengajarkan dan mendidik mereka untuk bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh. Ketika kita mendapatkan hasil yang baik, maka mestinya otomatis kita memiliki tanggungjawab dan memperlakukan mereka sebagai bagian dari diri kita. Apabila mereka dalam kesulitan dan kesusahan, ada tanggungjawab kita untuk menolong dan membantu, tanpa melihat iman dan agama mereka, sebab hal itu akan menjadi garam dan terang bagi kehidupan mereka. Dengan demikian, melalui kehidupan kita, nama Tuhan Yesus ditinggikan dan dimuliakan oleh setiap orang. Dari perlakuan perwira ini, dapat kita belajar tentang banyak hal dan pergunakanlah itu untuk jalan mengasihi orang lain, sehingga nama Tuhan Yesus dipermuliakan.

 

 

 

Kedua: perantara permohonan (ayat 3-5)

 

 

 

Perwira ini tidak meminta langsung kepada Tuhan Yesus untuk kesembuhan hambanya. Mungkin karena faktor politis, perwira ini tidak bisa secara terbuka menyatakan diri sebagai pengikut atau percaya kepada Yesus, sebab akan menjadi hambatan bagi karir dan hidupnya. Namun, ia mengetahui bahwa Yesus adalah Pribadi yang istimewa, khusus, yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit (band. Yoh. 4:46-54; Mat. 8:5-13). Kuasa penyembuhan Yesus memang sangat istimewa, tidak perlu memberi obat-obatan, cukup dengan kata-kata saja sudah memiliki kuasa yang dahsyat. Perwira itu tahu, apabila sepatah kata saja dinyatakan sembuh saja oleh Yesus, tanpa perlu melihatnya, hambanya pasti sembuh.

 

 

 

Ia juga tidak mengenal langsung Tuhan Yesus, tetapi ia mempunyai hubungan yang baik dengan para tua-tua Yahudi, sehingga ia meminta lewat para tua-tua sahabatnya itu. Sebagai orang yang banyak memberikan kebaikan kepada umat Yahudi, termasuk memberi bantuan untuk pembangunan rumah ibadat (sinagoge), maka para tua-tua ini tidak keberatan untuk menolong menyampaikan permohonan perwira ini kepada Yesus. Kebaikan menghasilkan kebaikan. Pertolongan berbalas pertolongan. Itulah kehidupan yang diatur oleh Allah dengan cara yang misterius. Meski tidak diminta oleh perwira tersebut melainkan oleh perantara, Yesus mengabulkan permintaan perwira tersebut. Hambanya sembuh dari penyakitnya. Haleluya.

 

 

 

Hal yang kita lihat dari peristiwa ini adalah makna dan pentingnya doa syafaat. Memang masih banyak yang kurang memahami arti syafaat, yang arti harafiahnya adalah perantara. Jadi, doa syafaat adalah kita mendoakan orang lain, bukan diri sendiri. Oleh karena itu, doa syafaat biasanya panjang dan luas lingkupnya, karena banyak yang perlu didoakan. Sebagaimana dilihat dari peristiwa perwira dan hambanya di atas, doa syafaat akan lebih dahsyat kuasanya apabila permohonan itu datang dari yang berkepentingan dengan sungguh-sungguh, dan disampaikan (=didoakan) oleh "hamba Tuhan" yang mengetahui dan mengenal yang memohonkan kepada Tuhan Yesus. Memang tidak mutlak oleh hamba Tuhan, tetapi mengambil dari peristiwa perwira di atas, alangkah lebih baik kalau prosesnya demikian (band. Yak. 5:14).

 

 

 

Ketiga: meminta dengan kerendahan hati (ayat 6-7a)

 

 

 

Perwira ini memiliki pola pikir militer untuk urusan pribadi. Seorang atasan tidak layak mengunjungi rumah bawahan. Seorang atasan cukup memerintah dengan kata-kata saja, maka semua akan terjadi dan menjadi kenyataan. Semua bawahan akan berusaha mewujudkan apa yang disampaikan oleh atasan. Bahkan, pada zaman dahulu, ketika hukum belum dijalankan secara benar, seorang atasan memiliki wewenang penuh atas hidup - mati bawahannya.

 

 

 

Pola pikir militeristik ini memang mengandung kerendahan hati, meski kadang dapat menjadi kecongkakan juga. Namun dalam peristiwa sakitnya hamba perwira ini, tidaklah demikian. Ia bahkan mengetahui Yesus memiliki otoritas yang melebihi kewenangan seorang atasan. Ia tahu Yesus memiliki kuasa khusus, sehingga apapun yang dikatakan-Nya, pasti terjadi. Itulah yang membuat dia mengutus beberapa orang untuk meminta Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, cukup memerintahkan penyembuhan saja atas hambanya yang sakit. Ia berpikir Yesus tidak layak untuk datang ke rumahnya, bukan karena ia enggan menerima Yesus, akan tetapi lebih kepada upaya untuk menghormati Tuhan Yesus, agar tidak merepotkan Yesus yang dia anggap utusan Allah. Ia berpikir bahwa sebagai perwira, ia memiliki kuasa dari Raja di Roma, maka Yesus juga memiliki kuasa dari sorga untuk melaksanakan-Nya termasuk penyembuhan jarak jauh.

 

 

 

Sikap merendahkan hati dalam memohonkan kepada Tuhan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam berdoa. Alkitab berkata, barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Mat. 23:12). Orang yang sombong akan dikecewakan, sebab Allah tidak berkenan kepada mereka yang sombong. Dalam Perjanjian Lama, sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan biasanya diperlihatkan dengan meratap menangis, berpuasa, berjalan dengan perlahan, memakai baju robek-robek. Maka dalam Perjanjian Baru sebagaimana Yesus, sikap kerendahan hati diekspresikan dengan tidak mempertahankan kedudukan (Flp. 2:8-9). Perwira ini memperlihatkannya. Orang yang rendah hati, Allah sangat mengasihaninya (Yak. 4:6) dan berkenan kepada Allah (Ef. 4:2).

 

 

 

 

 

Keempat: iman yang kuat dalam meminta (ayat 7b-10)

 

 

 

Keutamaan kisah perwira dan hambanya ini sebenarnya bukan kisah tentang penyembuhan semata, melainkan lebih kepada iman. Tuhan Yesus tidak melihat kebaikan yang dilakukan oleh perwira tersebut, dan Ia juga tidak melihat kebaikan yang dilakukan oleh tua-tua Yahudi dalam meminta kesembuhan hambanya itu. Tetapi Tuhan Yesus lebih melihat keutamaan iman perwira tersebut, yang begitu kuat percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan otoritas atas hidupnya dan juga hidup hambanya, termasuk kesembuhan dari sakitnya.

 

 

 

Tuhan Yesus mengabulkan permohonan perwira tersebut didasarkan oleh imannya sehingga Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" (ayat 9). Iman ini didasarkan kepada sikap berserah dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Sikap itu kemudian dilanjutkan dengan prinsip bahwa seluruh hidupnya benar-benar ada di dalam kuasa dan tangan Tuhan. Artinya, ada pengakuan, kuasa di luar dirinya yang mengatur segala kehidupannya, baik atau buruk. Maka ketika ia tidak sanggup lagi, sikap totalitas berserah memperlihatkan iman yang menggantungkan diri pada kuasa tersebut. Dalam bahasa lain sering disebutkan, ketika kita angkat tangan, maka Tuhan akan turun tangan.

 

 

 

Iman akan diperkuat dengan sikap pengakuan ketidaklayakan di hadapan Tuhan. Yesus melihat sikap hormat dari perwira ini. Oleh karena itu Tuhan Yesus memuji (dalam Alkitab Yesus sangat jarang memuji) secara terbuka iman perwira itu, dan akhirnya Yesus mengabulkan permohonannya. Bahkan, secara tidak langsung Tuhan Yesus menyindir para tua-tua dan orang Yahudi yang ada pada saat itu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal Yesus, dan memiliki respons aktif atas situasi yang kita hadapi setiap saat. Apabila kita tidak mengenal-Nya, maka sikap kita juga dapat berbeda, dan acap kali kemudian doa permohonan kita tidak dikabulkan.

 

 

 

 

 

Penutup

 

 

 

Dalam minggu ini kita diberi pengajaran pentingnya untuk memiliki pengetahuan dan informasi. Belajar adalah kunci dari keberhasilan. Tidak selamanya kita harus meminta sendiri. Nats minggu ini menjelaskan tentang kuasa doa syafaat, yang bukan fokus untuk diri kita sendiri, tetapi bagi orang lain. Doa yang dipanjatkan dengan kerendahan hati, maka peluang dikabulkan akan sangat besar. Terlebih, apabila doa itu didasari oleh iman yang mengenal Tuhan Yesus dan percaya bahwa hidup kita seluruhnya tergantung kepada-Nya. Seberapa jauh dan dalam pengenalan kita akan Yesus? Ayo melihat seberapa besar iman kita kepada-Nya sehingga kita siap diberi atau menjadi saluran berkat. 

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 19 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7550915
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4025
65942
4025
7247234
585777
1386923
7550915

IP Anda: 172.69.165.75
2024-11-24 16:07

Login Form