Sunday, November 24, 2024

Khotbah Perayaan Natal 2021

 

 

 

  Khotbah Perayaan Hari Natal 2021

 

 

 

MARILAH KITA PERGI KE BETLEHEM (Luk. 2:8-20)

 

 

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes. 62:6-12; Mzm. 97; Tit. 3:4-7

 

 

 

Pendahuluan

 

Setiap orang percaya dari segala bangsa pasti bersukacita menyambut tanggal 25 Desember ini. Bahkan mungkin sejak awal bulan, meski dalam dua minggu adven yang seharusnya lebih mengingatkan hidup kita agar (kembali) sejalan dengan firman Tuhan,  ternyata sukacita ini sudah timbul. Rumah-rumah mulai memasang pohon natal, mal-mal telah berhias dan mengumandangkan lagu-lagu pujian natal, sehingga bulan Desember layak disebut sebagai bulan sukacita. Desember bukanlah bulan suci, sebab bagi umat Kristen tidak ada bulan suci khusus; bagi kita setiap hari adalah hari-hari suci, minggu suci dan bulan suci, karena kita sudah disucikan oleh Tuhan Yesus yang kita sambut kelahirannya di bulan Desember ini.

 

 

 

Bacaan firman Tuhan dalam Luk. 2:1-20 ini menceritakan kepada kita beberapa berita sukacita yang besar.

 

 

 

Pertama: Berita sukacita melalui gembala (ayat 8-9)

 

Alkitab menceritakan kelahiran Yesus disampaikan kepada para gembala. Pilihan para gembala untuk menerima berita sukacita itu memiliki alasan yang khusus. Dalam pandangan manusia saat itu, gembala termasuk kelas yang rendah, pekerja kasar dan keras yang harus bekerja siang malam untuk menjaga kawanan ternaknya. Mereka tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan yang membanggakan sebagaimana nenek-moyang mereka Musa dan Daud, yang pekerjaan awalnya adalah gembala.  Tetapi dalam pandangan Allah, mereka adalah orang-orang yang khusus, yang layak menerima berita itu, sebab gembala adalah para penyedia korban untuk persembahan kepada Allah. Mereka adalah penyedia ternak korban untuk dipersembahkan umat Yahudi kepada Allah. Dan Yesus adalah korban dalam rencana Allah untuk penebusan dosa-dosa manusia.

 

 

 

Berita sukacita yang disampaikan itu bahwa Allah kini telah menjadi manusia, menjadi daging yang tinggal bersama manusia. Pada mulanya adalah Firman, Logos; Logos itu bersama-sama dengan Allah, dan Logos itu adalah Allah. Dan Logos itu kini telah menjadi manusia, dan diam di antara kita. Logos menjadi manusia itu sangat penting karena masa diam selama 400 tahun sejak nabi Maleakhi itu sudah berakhir. Tuhan telah mengutus begitu banyak nabi kepada umat Yahudi semata-mata untuk menunjukkan kasih dan kepeduliaan Allah kepada manusia yang sudah jatuh begitu dalam ke dalam dosa. Melalui pesan nabi, manusia tidak cukup kuat untuk melawan iblis dalam kehidupannya. Mereka perlu diselamatkan tidak hanya pesan kepada nabi, tetapi pesan yang menjadi Manusia. Itulah berita sukacita itu.

 

 

 

Berita sukacita akan kelahiran Anak itu merupakan penggenapan dari beberapa janji dan nubuatan. Ada begitu banyak ayat dalam Perjanjian Lama yang menubuatkan datangnya Mesias tersebut, mulai dari janji meremukkan Iblis kepala ular karena menggoda Hawa (Kej. 3:15) hingga tempat kelahiranNya di kota Betlehem melalui nabi Mikha (5:1). Janji Allah adalah pasti terwujudkan. Tidak ada keraguan dan kekuatiran bahwa Ia adalah Allah yang setia.

 

 

 

Bagaimana dengan hidup kita? Adakah hidup kita selama tahun 2012 yang akan berakhir ini, ada penggenapan janji Allah kepada kita? Kalau belum terjadi, mungkin kita belum meminta dengan serius, mungkin kita kurang berdoa, mungkin kita belum bekerjasama dengan Allah dalam memenuhi permintaa kita itu, mungkin Allah juga berfikir kita tidak sesuai menerimanya, atau mungkin waktunya belum tiba. Tetapi setiap doa dan permintaan pasti ada jawaban. Mari kita merenungkannya dan membuat janji Allah sebagai sebuah penggenapan dalam hidup kita.

 

 

 

Kedua: Kesukaan besar bagi semua (ayat 10-12)

 

Berita yang disampaikan kepada para gembala itu bukan berita tanggung, melainkan berita besar. Oleh karena itu malaikat datang dengan sinar yang terang, mengagetkan dan menakutkan, tetapi pesannya mengatakan: berita sukacita itu adalah berita untuk segala bangsa. Jadi berita itu tidak saja untuk mereka para gembala, bukan hanya untuk orang Israel, bukan hanya pembaca website ini, atau pembaca Alkitab, tetapi untuk segala bangsa dan segala umat di dunia.

 

 

 

Artinya, kerinduan para gembala dan umat Israel yang selama ratusan tahun dijajah dan ditindas oleh berbagai bangsa, ketakutan yang terus menghantui kehidupan mereka sehari-hari, kini seolah terbuka jalan untuk bebas dari itu. Mesias Kristus itu telah lahir. Juruselamat itu kini telah lahir. Para gembala pada saat itu tentu tidak berfikir jauh, bahwa pengertian Juruselamat itu terkait dengan dosa-dosa mereka. Mereka tidak menyadari sebetulnya penyebab situasi mereka dijajah berbagai bangsa merupakan buah dari dosa-dosa generasi mereka sebelumnya. Bagi mereka, berita pentingnya justru yang terus menerus ada dalam pengharapan mereka, yakni tiga kata datangnya: Saviour (Juruselamat – Penyelamat), Kristos (Kristus - yang dalam bahasa Ibraninya Mesias dan berarti Yang Diurapi), dan Kurios (Tuhan – yang berarti Tuan atau Pemilik).

 

 

 

Berita sukacita itu disampaikan bagi semua orang: bagi pemulung, tukang ojek, pengusaha, supir, professional, pengusaha, dan lainnya; juga bagi yang jahat dan yang baik, bagi pencopet dan bagi pendeta, bagi koruptor dan bagi presiden. Itulah sasaran berita itu. Tujuan berita sukacita disampaikan agar semua orang menerima dan percaya kepadaNya, yakni menjadikan Yesus dalam hidupnya sebagai Juruselamat, sebagai Kristus dan sebagai Tuhan.

 

 

 

Sudahkah kita menjadikan Yesus yang berita kelahiranNya kepada gembala itu dan sebenarnya untuk kita; sudahkah kita jadikan sebagai Juruselamat, sebagai Yang Diurapi, dan sebagai Pemilik hidup kita? Sudahkah pesan itu juga kita sampaikan kepada semua orang dan semua bangsa?

 

 

 

Ketiga: Kemuliaan Allah dan Damai di bumi (ayat 13-14)

 

Hal ketiga dalam berita sukacita itu merupakan penegasan akan pentingnya kemuliaan bagi Allah dan datangnya damai sejahtera di bumi. Kemuliaan bagi Allah dalam peristiwa itu dinyatakan dengan kehadiran bala tentara sorga yang datang bersama malaikat dan memuji-muji Allah. Kemuliaan Allah itu adalah sukacita puji-pujian, bukan ketakutan, penindasan, seremoni dan jabatan. Allah telah begitu lama dilupakan oleh umat Israel sebagai pengharapan mereka. Allah tidak lagi dimuliakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Umat Israel melalui kedudukan para imam dan para rabi lebih mementingkan aturan-aturan legalistik, pengutamaan jabatan dan seremoni, bukan hakekat saling mengasihi, khususnya bagi mereka yang berkekurangan.

 

 

 

Inilah yang ditekankan dalam pesan tersebut. Bagamana Allah yang begitu mulia harus lahir di kandang domba, hanya berbalut kain lampin dan ditempatkan di palungan tempat makan domba. Kemuliaan bagi Allah pada hakekatnya ada dalam kesederhanaan, bukan dalam hal yang glamour, dalam hal berlebihan yang tidak wajar. Sering kita lihat gereja-gereja mengadakan perayaan natal yang begitu mewah dan berlebihan menghabiskan ratusan juta (bahkan mungkin milyar rupiah), tetapi miskin dan minim dalam menciptakan damai sejahtera di bumi. Gereja-gereja sering lupa akan tanggungjawabnya dalam memberikan dan membagikan sukacita natal itu kepada kaum yang membutuhkan, mereka yang haus akan perlunya “juruselamat” dan “majikan/pemilik” dalam kehidupan mereka sehari-hari. Gereja sering ibarat kumpulan para imam dan ahli taurat yang mengutamakan seremoni dan bukan perwujudan hakekat kasih dalam pelayanan duniawinya.

 

 

 

Gereja perlu melihat bagi kemuliaan Allah hanya mungkin kalau ada damai dan sejahtera di bumi. Damai sejahtera di bumi hanya mungkin kalau ada damai sejahtera di lingkungan RT/RW, desa, kecamatan, kota, kabupaten, propinsi dan seluruh wilayah nusantara ini. Kalau kita berjalan ke wilayah desa-desa, mereka begitu rindu atau lupa akan damai sejahtera itu, karena mereka lebih bergulat akan beratnya kehidupan sehari-hari, beratnya tantangan yang dihadapi. Itulah tugas kita semua dan gereja dalam menciptakan damai sejahtera itu dan dengan demikian kemuliaan Allah dinyatakan di bumi.

 

 

 

Keempat: Marilah kita ke Betlehem Memuliakan Allah (ayat 15-20)

 

Sama seperti respon para gembala itu atas pesan malaikat, mereka langsung percaya dan mewujudkannya dalam perbuatan. Mereka bergegas pergi ke Betlehem untuk merespon berita sukacita itu. Seperti juga respon Allah dalam perbuatan kasihNya yakni Firman itu telah menjadi manusia, respon gembala, maka kepada kita juga diminta respon positip dalam perwujudan pesan Allah kepada kita. Pesan baik tanpa respon ibaratnya kita “Ndableg”. Kalau respon itu juga hanya sebatas di mulut, tidak dalam tindakan dan perbuatan, maka kita adalah “Pembohong”.

 

 

 

Inilah yang diminta, bagaimana yang utama bagi kita adalah memberi kemuliaan bagi Allah dalam hidup kita. Memuliakan Allah berarti menempatkan Allah di atas segalanya, menempatkan Allah sebagai prioritas dan utama dalam kehidupan sehari-hari. Sehabis bangun tidur, maka Allah adalah yang utama. Di dalam kegiatan harian, Allah juga sebagai hal yang utama, dalam rencana dan tindakan, Allah yang utama, dengan demikian Allah kita muliakan. Menjauh dari dosa dan perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah dalam keseharian kita, memberi sukacita bagi sesama dalam pergaulan sehari-hari, berbagi kasih dan sukacita, itulah gambaran nyata memuliakan Allah dalam kehidupan kita.

 

 

 

Memuliakan Allah hanya dimungkinkan dengan adanya damai sejahtera. Kerajaan Allah adalah kerajaan damai, kerajaan syalom. Itulah pesan natal bagi kita, yakni bagaimana kita setiap hari merasakan damai sejahtera itu. Damai sejahtera itu bukan ada pada makanan dan minuman, bukan ada dalam perjalanan-perjalanan yang menghabiskan dana, bukan kepada baju mahal, tetapi ada dalam kesederhanaan, bersahaja, mudah, gampang, dan tidak membuat jadi rumit, membuat jadi ruwet (complicated). Hidup yang mudah dan melihatnya sederhana adalah sumber mendapatkan damai sejahtera itu.

 

 

 

Pengharapan dunia akan datangnya kerajaan damai kerajaan syalom hanya diwujudkan melalui kita yang sudah menerima berita sukacita itu. Bagi mereka yang belum menerima dan percaya akan berita sukacita itu, maka mari kita lihat ajak mereka melihat Yesus, Anak Allah itu, begitu sederhananya, begitu bersahajanya. Damai lahir di Betlehem, damai lahir di hati kita, dalam kehidupan kita.

 

 

 

Penutup

 

Pesan natal melalui nats ini mengingatkan kita bagaimana Allah merencakan segala sesuatu pasti ada dasarnya dan kuat pilihanNya, sebagaimana Allah memilih para gembala penerima berita pertama lahirnya Raja Damai itu. Berita sukacita natal itu adalah bagi kita semua, bagi yang sudah mendengar dan percaya, bagi mereka yang belum mendengar atau belum percaya, bahwa bagi semua: “Telah lahir bagimu Juruselamat, Kristus Tuhan” di Betlehem.

 

 

 

Mari kita memuliakan Dia dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga tampak bahwa Yesus itu lahir dalam hidup kita, Yesus itu menjadi Pemilik kita. Kita ciptakan damai sejahtera dalam hidup kita, damai sejahtera dalam keluarga kita, dalam lingkungan kita, dengan demikian kita memuliakan Allah; sehingga pesan natal ini akan berkumandang bagi segala orang. Mari kita pergi ke Betlehem, melihat peristiwa Raja yang lahir itu dan kembali seperti gembala yang memuji dan memulikan Allah dalam kehidupannya. Joy to the world…The Lord is come… Hai Dunia, gembiralah… telah lahir Rajamu….

 

 Selamat Hari Natal 2021. Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 11 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7551064
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4174
65942
4174
7247234
585926
1386923
7551064

IP Anda: 162.158.163.199
2024-11-24 18:15

Login Form