Sunday, November 24, 2024

Khotbah Minggu 3 Oktober 2021

Minggu XIX Setelah Pentakosta 

IMAN ANAK KECIL (Mrk. 10:2-16)

 

Ia (Yesus) marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Mrk. 10:14).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 10:2-16, menjelaskan tentang perceraian dan iman anak-anak. Perceraian merupakan topik yang selalu hangat (termasuk dalam pergunjingan) dan ternyata sejak zaman Musa hal itu telah menjadi trending topic. Kaum Farisi ingin menguji Yesus tentang Musa yang "membenarkan" perceraian. Padahal, Musa melakukan itu dengan dasar pentingnya penghargaan terhadap perempuan. Kita tahu dalam budaya Yahudi, kedudukan perempuan tidak setara dengan laki-laki dan sering haknya terabaikan, terlebih bila ada perzinahan. Status ini penting dinyatakan dengan ada "surat cerai" (Ul. 24:1-4). Dengan adanya kejelasan tersebut, kaum perempuan pun memiliki hak kebebasan dalam menata hidupnya. Tetapi Yesus juga mengingatkan bahwa itu dilakukan Musa karena kedegilan hati mereka.

 

Yesus kemudian mengembalikan makna pernikahan yang benar seperti yang ditetapkan Allah dari semula. Pernikahan bukan didasarkan kebutuhan daging (dan materi), tetapi merupakan lembaga pertama yang dibentuk Tuhan untuk tugas mulia yakni membangun keluarga Allah. Melalui pernikahan, kehadiran dan pengenalan Allah menjadi nyata dalam ikatan janji suci, dan menjadi perjalanan bahtera yang penuh dinamika suka dan duka, harapan dan pergumulan. Hubungan pernikahan lebih dalam dari hubungan orangtua dengan anak (band. Kej. 2:24). Maka pernikahan harus dilihat sebagai rencana dan kehendak Allah.

 

Namun kita juga mencoba memahami jika saat ini ada gereja yang melihat dari sisi kasih dan kemanusiaan. Mereka menerima perceraian, jika itu sudah menyangkut bahaya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun pesan utama nas minggu ini adalah: Prinsip satu daging seumur hidup harus dipertahankan (ayat 7-9; Ibr. 13:4a). Perlu pengorbanan diri, sejauh mungkin pasangan berusaha mempertahankan pernikahannya. Kita pun, tidak mudah menghakimi terjadinya perceraian. Prinsip yang perlu dipegang, perceraian tidak mendapat tempat di mata Allah. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (ayat 9).

 

Bagian kedua ayat 13-16 nas kita berbicara tentang Yesus memberkati anak-anak. Kegagalan anak banyak terjadi karena mereka tidak dibekali tentang kehadiran Tuhan dalam hidup mereka saat anak-anak. Pola pikir anak yang putih polos merupakan kekuatan untuk menerima dasar-dasar kehidupan. Ketergantungan anak-anak dan berserah penuh, merupakan model iman yang sederhana, sehingga Tuhan Yesus mengatakan: "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (ayat 15).

 

Kedua nas ini tentang perceraian dan anak-anak mengajar kita dalam menempatkan iman. Iman seperti anak kecil dan menomor-duakan peran akal pikiran membuat kita bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa. Iman yang demikian itu yang dapat melihat Allah bekerja, dan kita pun akan merasakan karya kasih-Nya. Percayalah. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

 

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 13 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7551141
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
4251
65942
4251
7247234
586003
1386923
7551141

IP Anda: 162.158.163.22
2024-11-24 19:34

Login Form