Thursday, November 21, 2024

Khotbah Minggu 29 Agustus 2021

Minggu XIV Setelah Pentakosta

MUNAFIK DAN NAJIS

(Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23)

 

"Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.... Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk. 7:15, 23).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23 merupakan tiga bagian yang satu kesatuan, berbicara tentang sikap munafik yang tampak taat dalam adat istiadat tetapi mengabaikan hukum Allah, dan dua hal tentang yang najis. Kisahnya kaum Farisi dan ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus, setelah melihat beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan yang tidak dibasuh. Mereka menuduh itu najis, dengan berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka. Respon Tuhan Yesus sangat keras, menyebut mereka orang-orang munafik, dan berkata: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku" (band. Yes. 29:13).

 

Kaum Farisi dan ahli Taurat merujuk pada Talmud dan Misna, yakni kumpulan penjelasan dan penjabaran rinci aturan dan hukum-hukum Taurat. Hal-hal sepele pun dibuat menjadi aturan ketat, legalisme, akhirnya makna kasih hilang sebagai hukum utama (Im 19:18; Ul 6:5). Apalagi, kadang aturan dibuat untuk kepentingan tertentu, seperti syarat persembahan hewan tidak bercacat dibuat rinci tetapi tujuannya agar kaum Farisi dapat menjual hewan di gerbang bait Allah. Persepuluhan bahkan ditarik dari tumbuhan obat yang ditanam di halaman rumah (Mat 23:23). Ini yang membuat Yesus menyebut mereka munafik! Munafik, berarti berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; bermuka dua (www.kbbi.web.id).

 

Bagian kedua nas minggu ini berbicara tentang hal najis. Yesus berkata bahwa "apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya" (ayat 15). Betul. Sederhananya, ketika orang lain bersikap atau berucap tidak baik pada kita, respon dan ucapan yang keluar dari mulut kitalah yang membuat kita berdosa. Respon kita positip dengan kasih, maka tidak ada yang najis terjadi. Hal tidak najis dari luar juga sering dikaitkan dengan makanan, seperti pantangan makan ikan yang tidak bersisik (lele, ular dsb), darah (saksang, tinorangsak) dsb. Kopi juga berpantang bagi denominasi tertentu. Dosa, sebutnya. Padahal pastinya, muntahan dan yang di jambanlah najis.

 

Bagian ketiga yang masih terkait hal kedua tadi menegaskan, semua hal-hal jahat timbul dari dalamlah yang menajiskan orang. Yang jahat itu dari hati yang timbul ke dalam pikiran, seperti percabulan, kesombongan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, irihati, dan lainnya (ayat 21-23). Jadi berlebihan, misalnya, memberi ulos sebagai simbol kasih bagi orang Batak, disebut dosa. Lihat hatinya saat memberi.

 

Nas minggu ini ditujukan kepada kita semua untuk terus menjaga hati kita tetap bersih dan murni (Kis. 23:1; 2Kor. 6:5-6). Ketika kita memegang sebuah sikap atau aturan, perlu melihat dasar, motivasi dan tujuannya. Tujuan nasihat ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas (1Tim. 1:5). Apalagi sampai menggembar-gemborkan dan ingin menjadi hakim atau polisi rohani. Kelegaan rohani yang lebih dibutuhkan umat, jangan malah membuat lebih sesak, sumpek. Dalam memegang sikap atau aturan sesuatu, jangan juga berstandar ganda, tidak berintegritas, tidak satunya kata dengan perbuatan. Artinya, kita memakai topeng, bermuka dua yang buruk. Inilah yang dikecam Tuhan Yesus. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt Ramles Manampang Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 704 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7405690
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
48805
61324
158456
7204198
440552
1386923
7405690

IP Anda: 162.158.170.108
2024-11-21 20:00

Login Form