Monday, November 25, 2024

Kabar dari Bukit (7Juni 2020)

AMANAT KEHIDUPAN

 

"Kamu harus lulus dari ITB!! Meski harus kuliah puluhan tahun, saya siap membiayai, sebab itulah tujuanmu ke Bandung"

Itulah amanat ayah saya ketika berkunjung ke penjara, saat saya ditahan karena melawan pemerintahan Suharto di tahun 1978 awal. Saya baru tingkat dua akhir, perjalanan kuliah masih panjang, bahkan belum ada gambaran berapa lama akan dipenjara. Tetapi puji Tuhan, setelah dua tahun hilang waktu kuliah (setahun dipenjara dan setahun mengikuti pengadilan), saya lebih belajar serius, kemudian lulus dengan baik dari ITB. Amanat dituntaskan. Ayah dan ibu saya hadir saat wisuda, dan saya dapat melihat betapa berbahagianya mereka. 

Firman Tuhan di Minggu Trinitas hari ini, Mat. 28:16-20, kita kenal semua sebagai perintah untuk memberitakan Injil atau Amanat Agung Tuhan Yesus - https://alkitab.app/v/0e26407fb663.

Kita pasti pernah mendapat amanat: dari orang tua, bos kantor, keluarga, bahkan mungkin dari teman. Orang yang berpikir positip dan memiliki daya juang, tentu senang bila menerima amanat. Ia merasa amanat diberikan pertanda dipercaya, dan dianggap sanggup mewujudkan amanat tersebut. Bagi orang yang bertanggung jawab, biasanya amanat diselesaikan tuntas. Ada rasa puas dan bahagia. Tetapi bagi yang tidak bertanggung jawab, ia melakukannya setengah hati. Bila tidak selesai, tidak merasa bersalah. Seribu satu alasan akan disusun, atau mencari kambing hitam. Tidak becus, itulah istilahnya. 

Ketika kita menjadi pengikut dan murid Kristus, dan mengakui-Nya sebagai Juruselamat pribadi, Penebus dosa-dosa kita, maka kita sebenarnya sudah menjadi bagian diri-Nya. Menyatu. "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku..." (Gal. 2:20a). 

Oleh karena itu untuk Amanat Agung Tuhan Yesus, marilah kita berusaha menyelesaikannya sesuai dengan talenta dan kemampuan yang ada. Amanat-Nya jelas: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku..." (ayat 19a). Menjadikan segala bangsa menjadi murid, berarti memberitakan Injil bagi yang belum menerima Yesus Kristus. 

Kongres Penginjilan Sedunia di Lausanne tahun 1974, menetapkan penginjilan berarti menyebarkan Kabar Baik. Penginjilan bukanlah khotbah di mimbar gereja hari Minggu. Penginjilan berarti memberitakan ke luar gereja. Bentuknya, ada dengan cara diakonia, presensi, yakni hadir memberi bantuan kasih di tengah-tengah mereka yang susah. Ada cara marturia, yakni dengan proklamasi dan persuasi melalui penginjil-evangelis yang diutus.

Apakah kita sudah mengambil bagian? Melalui doa, pikiran tenaga, waktu, atau uang kita, apakah telah ikut terlibat dalam penginjilan ke luar gereja? Perintah-Nya jelas, setiap orang harus mengambil bagian dalam amanat dan misi itu. Kita tidak bisa lari, berkelit. Tidak boleh juga ragu-ragu, seperti sebagian murid-Nya saat itu (ayat 17), sehingga Tuhan Yesus perlu menegaskan "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (ayat 18b). Alangkah sedih hati kita, bila saatnya tiba, Tuhan Yesus berkata kepada kita dengan terus terang: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku... (Mat. 7:23; 25:41). Kesempatan masih ada. Ikutlah, agar Tuhan Yesus berbahagia, seperti ayah saya melihat saya diwisuda. Finish well. Mission completed. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah di rumah. Tuhan memberkati dan melindungi kita sekalian, amin.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 177 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7554522
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3213
4419
7632
7247234
589384
1386923
7554522

IP Anda: 162.158.163.183
2024-11-25 12:18

Login Form