Thursday, November 21, 2024

Minggu 31 Mei 2020 - Minggu Pentakosta

Minggu 31 Mei 2020 - Minggu Pentakosta

 

ADA RUPA-RUPA KARUNIA, TETAPI SATU ROH

(Khotbah 1Kor. 12:3b-13)

 

Bacaan lainnya: Kis. 2:1-21 atau Bil. 11:24-30; Mzm. 104:24-34,35b; Kis. 2:1-21; Yoh. 20:19-23 atau 7:37-39

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

Nas 1Kor. 12:3b-13 selengkapnya:

12:3b … dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus. 12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. 12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. 12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. 12:7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. 12:8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. 12:9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. 12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 12:11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. 12:12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus 12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.

-------------------------

 

Pendahuluan

Karunia rohani yang diberikan kepada setiap orang percaya oleh Roh Kudus adalah kemampuan khusus yang dipergunakan untuk pelayanan sesuai dengan kebutuhan jemaat. Daftar dalam nas minggu ini tentang karunia rohani, perlu digabung lebih lengkap dengan ayat-ayat lainnya (lihat Rm. 12; Ef. 4; 1Pet. 4:10-11 dan ayat lainnya). Ada banyak karunia rohani namun setiap orang memiliki yang berbeda. Beberapa orang memiliki lebih dari satu, bahkan seseorang bisa memiliki karunia rohani yang "lebih baik". Yang jelas, setiap karunia rohani tidak perlu dianggap lebih hebat dari karunia rohani yang lain. Hal ini disebabkan semuanya bersumber dari Roh Kudus dan tujuannya adalah untuk membangun tubuh Kristus yakni gereja. Seluruh bentuk karunia yang ada pada manusia, pada hakekatnya bersumber dari Allah Bapa melalui Tuhan Yesus dan dipimpin oleh Roh Kudus. Memang, pemahaman tentang karunia rohani seringkali tidak sama: ada yang suka dan ada yang tidak suka, ada yang bingung. Tetapi paling tidak, berdasarkan nas bacaan kita minggu ini dan ayat-ayat lain kita diberi gambaran sebagai berikut.

 

Pertama: Pengakuan "Yesus adalah Tuhan", karunia dan pelayanan oleh Satu Roh (ayat 3b-5)

Yesus memiliki banyak sebutan "gelar" sesuai dengan pemahaman masing-masing, meski panggilan yang sering oleh murid-murid-Nya adalah dengan sebutan Guru. Perempuan Samaria dalam percakapan dengan Yesus menyebutnya sebagai seorang nabi. Ada juga yang menyebutnya sebagai Rasul. Serdadu-serdadu menyebutnya dengan Raja Israel meski dengan sikap awal hanya olok-olok namun kemudian diakui sebagai Raja segala Raja. Saudara kita umat lain menyebut Yesus sebagai Nabi yang memiliki sejumlah kekhususan, seperti lahir dengan tidak dari benih laki-laki, memiliki kemampuan penyembuh dan lainnya, meski dengan nama Isa. Petrus menyebut Yesus sebagai Mesias yang kemudian ditegaskan Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga (Mat 16:17). Akan tetapi yang penting dari semua itu adalah pengakuan dan panggilan Yesus sebagai Tuhan, yang menurut ayat kita baca: "tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus" (band. 1Yoh. 4:2-3).

Pengakuan Yesus sebagai Tuhan bukanlah dari hasil olahan pikiran manusia. Manusia dengan segala kehebatannya hanya mampu mengakui Yesus sebagai Nabi, sebagai Guru, Rasul, Raja, Mesias (Yang Diurapi), namun untuk mengaku sebagai Tuhan dan Anak Allah, maka itu adalah iman dan anugerah Allah semata. Alkitab berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada Yesus, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus-Nya” (Yoh. 6:44). Jadi, sangat jelas, bahwa yang datang dan percaya kepada Yesus (dan mengaku sebagai Tuhan) adalah mereka yang ditarik dan dipilih Allah Bapa. Hal ini juga diteguhkan dengan prinsip Kristiani bahwa dari berbagai bentuk karunia yang diberikan kepada manusia, iman (kepada Yesus) adalah karunia rohani khusus orang percaya kepada-Nya. "Kasih karunia atau karunia-karunia" (bahasa Yunani charismata berasal dari kata charis) dan Roh atau Pneuma menunjuk kepada karunia Roh Kudus, yakni penyataan Ilahi berupa kemampuan khusus yang diberikan kepada orang percaya untuk pelayanan dan kepentingan bersama. Pengertian penyataan Ilahi (bahasa Yunani phanerosis berasal dari kata phaneros yang berarti "berwujud") menekankan bahwa karunia rohani itu menjadi penyataan langsung dan dianugerahkan sebagai tanda bukti kelihatan kehadiran Roh Kudus di dalam persekutuan jemaat.

Berdasarkan telaah Alkitab, ada 18 karunia rohani yang diidentifikasi dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian utama, yakni:

 

·         karunia rohani melalui perkataan atau berbicara, terdiri dari 7 karunia

·         karunia rohani melayani dan memberi, terdiri dari 6 karunia

·         karunia rohani untuk membuat mukjizat, terdiri dari 5 karunia.

Masing-masing karunia rohani tersebut dijelaskan pada bagian berikut.

 

Kedua: Karunia berbicara oleh satu Roh (ayat 8)

Sebuah kata atau rangkaian kata dapat menjadi pedang bermata dua, yakni membedah untuk tujuan baik, atau memotong/menyayat dengan tujuan buruk. Rangkaian kata-kata buruk dapat merusak suasana, menghancurkan mental dan motivasi, dan bahkan membuat seseorang merasa dirinya tidak berharga dan terhina. Sebaliknya rangkaian kata-kata indah dapat membuat seseorang menjadi senang dan bersukacita, membangun semangat dan motivasi, dan bahkan menimbulkan keberanian sehingga jauh dari rasa khawatir dan takut. Kemampuan dalam olah "berbicara" itu tentu juga didasari oleh hikmat kemampuan batin dan rohani yang dalam, termasuk dalam memahami pengetahuan dan keilmuan. Dalam hal ini pengertian berbicara juga dimaksudkan dengan menulis sebagaimana para rasul Tuhan, dipakai dalam menulis surat-surat rasuli atau kitab-kitab sebagaimana dalam Alkitab. Oleh karena itu, Allah menggunakan kemampuan mengeluarkan kata-kata sebagai karunia khusus bagi orang yang Tuhan pakai untuk menyampaikan pesan dan membangun jemaat-Nya (band. 1Ptr. 4:10).

Dalam Alkitab paling tidak ada tujuh karunia yang berhubungan dengan berbicara, yakni:

1. Karunia rasuli (Ef. 4:11; 1Kor. 12:28)

2. Karunia bernubuat/kenabian (Ef. 4:11; 1Kor. 11:14-15; 12:2)

3. Karunia penginjilan (Ef. 4:11; 2Tim. 4:5; Kis. 21:8)

4. Karunia penggembalaan (Ef. 4:11)

5. Karunia mengajar (Rm. 12:7; 1Kor. 12:28-29)

6. Karunia menasihati berkata-kata dengan hikmat (Rm. 12:8; 1Kor. 12:8)

7. Karunia berkata-kata dengan pengetahuan (1Kor. 12:8; 2Kor. 8:7)

Lima karunia yang pertama diambil dari Ef. 4:11 yang dianggap sebagai karunia jabatan yang ada dalam tubuh gereja, seperti rasul, penginjil, gembala dan pengajar (guru), terkecuali jabatan kenabian/nubuatan yang lazim dalam masa Perjanjian Lama. Namun dalam hal ini bernubuat tidak semata-mata berhubungan dengan ramalan-ramalan masa depan. Yohanes Calvin mengatakan bahwa menyampaikan firman dan pesan Allah kepada kumpulan orang percaya adalah kemampuan bernubuat yang dilaksanakan dalam berbagai khotbah sepanjang sejarah gereja. Nubuatan dalam khotbah disampaikan di tengah-tengah jemaat dalam rangka meneguhkan dan menguatkan jemaat tersebut. Memang, sebagian lain berkata bernubuat bukankah berkhotbah, tetapi sesuatu yang spontan, pesan yang diinspirasi Roh Kudus. Namun Alkitab mengatakan, Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur (1Kor. 14:3; band. Rm. 12:6; Yoel. 2:28). Sementara kemampuan dalam menyampaian kata-kata nasihat dengan penuh hikmat seperti isi kitab amsal, ini termasuk bagi mereka yang belajar psikologi konseling. Yang terakhir pada bagian ini adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan yang bisa menjelaskan tentang gejala-gejala dan proses alam (scientist), maupun bidang sosial yang meliputi peristiwa-peristiwa sosial termasuk interaksinya, seperti antrhropolog, sosiolog, ahli sejarah, dan ilmu sosial lainnya.

Semua ini penting kita ketahui bahwa Allah benar-benar terlibat di dalam memberi, menggunakan, dan memberdayakan karunia rohani. Penggunaan karunia rohani, tempat pelayanan, jenis pelayanan, semua akan menjadi lebih efektif ketika karunia itu dipakai untuk membangun jemaat. Allah menciptakan tempat dan waktu yang tepat bagi setiap orang percaya di dalam tubuh Kristus. Karunia rohani dan pelayanan mungkin kadang tampak tumpang tindih, tetapi setiap orang percaya memiliki kekhususan, sebab Allah mendisain peran bagi kita semua. Salah satu yang menarik dan menantang dalam mengikut Kristus adalah menemukan karunia rohani dalam diri kita dan juga pada diri orang lain, dan menggunakannya dengan baik untuk kepentingan bersama dalam pembangunan jemaat (1Kor. 14:12; Ef. 4:12).

 

Ketiga: Karunia melayani oleh Roh yang sama (ayat 9a)

Kita orang percaya dipanggil untuk melayani. Kita hidup bukan untuk diri kita sendiri tetapi untuk Kristus dengan melayani orang lain. Allah memanggil anak-anak-Nya untuk melayani, dan tidak semua pelayanan dalam bentuk atau wujud yang tampak "hebat". Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, setiap karunia rohani tidak lebih hebat dari karunia rohani yang lain. Ketika para rasul sibuk dengan pemberitaan Injil, harus ada yang mengurus meja dan agar mereka bisa lebih memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. Untuk itu mereka menunjuk tujuh orang untuk melayani meja, dalam pengertian pelayanan sosial kepada janjda-janda miskin (Kis 6:1-4). Mereka yang dipilih melayani ini juga bukan sembarangan, sebab mereka adalah orang-orang yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat untuk melaksanakan tugas itu. Jadi sebenarnya tugas mereka melayani didasari oleh iman dan kemurahan hati.

Maka berdasarkan pengelompokan pelayanan khususnya yang berhubungan dengan waktu dan tenaga, kemurahan hati dan pelayanan, ada lima karunia, yakni:

1. Karunia iman (1Kor. 12:9)

2. Karunia melayani (1Kor. 12:7)

3. Karunia menolong (1Ko.r 12:28; Kis. 6:2)

4. Karunia memberi dengan murah hati (Rm. 12:8)

5. Karunia memberi tumpangan (1Pet. 4:9; 1Tim. 5:10)

6. Karunia memimpin atau mengelola (Rm. 12:8; 1Kor. 12:28)

Dalam hal ini karunia iman dikelompokkan ke dalam pelayanan sebab iman dilihat sebagai keteguhan hati dan kesungguhan dalam penyerahan diri, yang bermanfaat dalam pelayanan ke luar dirinya. Setiap orang percaya memiliki iman. Tetapi bagaimana pun, memiliki karunia iman merupakan ukuran yang tidak biasa atas kepercayaan dalam kekuasaan Roh Kudus (band. Mat. 17:19,20; 1Kor. 13:2). Penting kita ingat firman Tuhan yang mengatakan, karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Flp. 2:13). Memang dalam hal ini pengelompokan yang diberikan dapat disebut sebagai pelayanan diakonia, yang mengutamakan kerendahan hati dan kesedian memberi yang bukan terbatas pada materi semata, dan juga bersikap benar-benar sebagai hamba pelayan (band. 1Kor. 12:27-31). Hal yang terpenting dalam kelompok ini adalah kemampuan dalam mengelola dan memimpin, baik dalam pengertian kepemimpinan tradisional dan kegembalaan, maupun dalam pengertian modern berbentuk organisasi yang komplek dan layanan multi dimensi. Ini jelas sebuah karunia yang khusus yang sangat diperlukan dalam dunia modern saat ini.

 

Keempat: Karunia membuat mukjizat (ayat 9b-10)

Dunia ini penuh dengan guru-guru palsu. Setiap orang dapat mengatakan telah berbicara dengan Allah. Di lain pihak ada yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada namanya mukjizat. Bagi mereka semua proses atau kejadian yang terjadi harus mengikuti hukum alam, baik itu sains, psikologi, ataupun ilmu sosial. Kalau ada sesuatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan oleh akal pikiran, maka sebenarnya itu hanya misteri yang belum dan menjadi tantangan bagi pikiran manusia untuk membukanya. Bagi mereka, adanya pelangi adalah gejala alamiah dan bukan tanda busur dari Allah sebagai ikatan janji. Kesembuhan seseorang dari penyakit tanpa melalui pengobatan medis, bagi mereka itu terjadi karena kembalinya kekuatan tubuh, adanya asupan makanan, dan lingkungan yang mendukung. Jadi kesembuhan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kuasa doa, urapan kudus atau campur tangan Ilahi. Memang pengakuan tidak adanya mukjizat bukan selalu berarti atheis dan tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Mereka hanya tidak mau mengakui campur tangan Tuhan dalam hidupnya dan berusaha melakukan sebaik mungkin berdasarkan usahanya sendiri. Bagi kita orang percaya, itu adalah hikmat dunia dan tidak menggunakan hikmat Allah.

Dalam Alkitab peristiwa mukjizat bukanlah monopoli Perjanjian Baru. Dalam peristiwa Musa mengeluarkan umat-Nya dari Mesir, mukjizat dipakai Tuhan sebagai alat untuk menyatakan kuasa dan kehadiran-Nya. Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, para murid juga melakukan banyak pekerjaan mukjizat, sesuai pesan Yesus kepada murid-murid-Nya (Mat. 10:1; Mrk. 16:18). Berdasarkan telaah dalam Perjanjian Baru, ada lima jenis karunia rohani yang berhubungan dengan pekerjaan mukjizat atau tanda-tanda, yakni:

1. Karunia menyembuhkan (Mat. 10:1; 1Kor. 12:9, 28, 30)

2. Karunia mengadakan mukjizat (1Kor. 12:10, 28-29; Ibr. 2:4)

3. Karunia berbahasa lidah dan berbahasa roh (Kis 1; 1Kor. 12:10)

4. Karunia membedakan roh (1Kor. 12:10; 14:28)

5. Karunia menafsirkan bahasa roh (1Kor. 12:10)

Kisah-kisah mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus membuktikan bahwa mukjizat itu nyata. Penyertaan kuasa Ilahi dalam proses alam yang khusus bukanlah hal aneh, meski unik, sepanjang seseorang itu bersedia melihat dan Allah berkenan memberikan untuk maksud dan tujuan-Nya. Allah dapat bekerja sendiri tanpa manusia, akan tetapi sebagaimana dalam Kisah Para Rasul para murid membuktikan karunia itu ada dan bekerja efektif pada murid dalam pekerjaan pekabaran Injil. Memang saat ini belum ada yang bisa membuktikan bahwa karunia itu ada pada orang-orang tertentu. Kita perlu berhati-hati dalam karunia berbahasa roh, dengan klaim memiliki kemampuan dalam berbahasa roh dan bahkan belajar berbahasa roh. Kita tidak mengingkari adanya bahasa roh (1Kor. 12:10, 30). Yang penting Alkitab mengatakan bahwa ketika seseorang berbahasa roh, harus ada yang mampu untuk menerjemahkannya, Kalau tidak, ini hanya seperti omongan yang tidak berarti dan lebih baik diam (1Kor. 14:26-28; band ay. 13). Dalam hal ini Rasul Paulus memberikan kita sebuah metode pengujian untuk membedakan apakah pesan yang diterima seseorang itu datang dari Allah atau tidak; apakah orang itu mengaku Kristus sebagai Tuhan. Kita tidak boleh bersikap naif dengan menerima kata-kata yang diakui dari Tuhan, tetapi ujilah apakah pengajarannya sesuai dengan Alkitab dan perkataan Kristus.

 

Kelima: Satu tubuh satu baptisan (ayat 11-13)

Meskipun kerunia roh itu dibeda-bedakan dan dikelompokkan sebagaimana di atas, namun sebenarnya itu saling melengkapi dan bahkan tidak mudah memberi batas yang tegas tentang kemampuan khusus yang diberikan kepada masing-masing orang. Semua kemampuan ibarat paduan tubuh yang terdiri dari anggota-anggota tubuh dan dibangun menjadi kesatuan utuh dalam jemaat. Namun alih-alih membangun dan menyatukan gereja sebagaimana di Korintus, karunia rohani bisa mencerai-beraikan. Karunia rohani dibuat menjadi kuasa rohani, menyebabkan persaingan, sebab beberapa orang berpikir mereka merasa "lebih rohani" dari yang lain karena adanya karunia tersebut. Ini menjadi hal yang buruk dan salah dalam penggunaan karunia rohani, sebab tujuan yang sebenarnya adalah membantu gereja agar lebih efektif, bukan untuk memecahnya. Kita dapat menjadi pemecah belah jika kita mengotot menggunakan karunia rohani dengan cara kita sendiri tanpa memerdulikan pihak lain. Kita tidak boleh menggunakan karunia rohani untuk memanipulasi orang lain, apalagi untuk kepentingan diri sendiri.

Seluruh karunia itu hakekatnya adalah rupa-rupa pelayanan, dan bersumber dari satu Tuhan. Meski ada berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya pada semua orang percaya, sesuai dengan tugas dan misi Allah yang diberikan padanya. Kita perlu memperhatikan kesatuan dari semua karunia, kesatuan sumber dan tujuan penggunaan karunia itu. Sebagian orang akan diberi kemampuan dalam berbicara, sebagaian diberikan dalam kemampuan melayani, meski memang tidak mudah mendeteksi apakah kemampuan membuat mukjizat ini ada dalam jemaat. Alkitab berkata, “berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Ef. 4:3-7). Baptisan "dalam satu Roh" bukanlah menunjuk kepada baptisan air tetapi mengacu kepada tindakan Roh membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16) dan menjadikan orang percaya satu secara rohani dengan yang lainnya.

Kita tidak boleh seperti jemaat di Korintus yang mengutamakan karunia-karunia yang paling dirasakan hebat dan penuh tanda-tanda. Mereka lebih menonjolkan kehebatan karunia yang mereka punyai tanpa ingin mengetahui rencana Allah memberi karunia-karunia itu. Mereka meniru upacara-upacara kafir yang penuh dengan ritual “keanehan” demi untuk mendapatkan perhatian dan keistimewaan. Ini tidak terlepas dari jemaat Korintus yang dianggap masih bayi dengan sifat kanak-kanak dan belum dewasa, sebagaimana dijelaskan pada pasal-pasal sebelumnya. Rasul Paulus menekankan dengan perumpamaan tubuh manusia dengan anggota-anggota yang banyak menjadi satu, demikian pula pelayanan karunia rohani sebagai alat pemersatu dan penguatan gereja-Nya (Rm. 12:5; band. Gal. 3:28; Kol 3:11). Tujuan semua itu adalah memuliakan Yesus sebagai Tuhan atas gereja, dengan Roh sebagai pemberi karunia yang berdaulat dan kita hanyalah alat dan hamba-Nya. Hal yang penting justru ketika karunia itu diberikan kepada kita, maka kita memakainya dengan baik dan terus bertumbuh, dengan berprinsip menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh sehingga Tuhan Yesus semakin dipermuliakan.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diberikan sebagian pelajaran tentang karunia rohani dan berdasarkan tambahan ayat-ayat lainnya kita mencoba memadukannya, sehingga ditemukan delapan belas karunia rohani yang disediakan bagi orang percaya. Sebagian orang diberi kemampuan dalam berbicara, sebagian diberikan kemampuan melayani, dan sebagian (memang tidak mudah mendeteksi) kemampuan membuat mukjizat. Semua itu bersumber dari satu Roh dan kita juga melihatnya bahwa karunia-karunia yang kita miliki semata-mata dari Allah dan diperuntukkan bagi kemulian-Nya. Dengan karunia yang kita miliki maka tujuan dan motivasi kita haruslah membangun jemaat, sehingga penggunakan karunia rohani itu lebih efektif. Kita harus menjauhkan diri dari tindakan memanipulasi karunia yang diberikan, termasuk menggunakan untuk kepentingan diri sendiri, atau menonjolkan karunia-karunia yang dianggap hebat dan mempertunjukkan tindakan-tindakan yang dianggap spektakuler. Hal semacam itu adalah egoisme yang menonjolkan diri dan tidak ada faedahnya, sebab semua karunia itu suatu saat akan lenyap. Sikap kita haruslah menyatakan bahwa Dia satu-satu-Nya Tuhan bagi jemaat-Nya yang mendahulukan kasih dan kasih adalah hal yang terbesar. Sebagaimana ayat lanjutan dari pasal ini dinyatakan, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” (1Kor 13:1). Tuhan Yesus memberkati.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 651 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7410412
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
53527
61324
163178
7204198
445274
1386923
7410412

IP Anda: 172.70.92.158
2024-11-21 21:55

Login Form