Saturday, November 23, 2024

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus 

 

KEKUASAAN DAN KEMULIAAN KRISTUS

(Ef. 1:15-23)

Bacaan lainnya: Yeh. 34:11-16, 20-24; Mzm. 100 atau Mzm. 95:1-7a; Mat. 25:31-46

 

Nas Ef. 1:15-23 selengkapnya dengan judul: Doa untuk pengertian kemuliaan Kristus

1:15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 1:16 aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 1:19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, 1:20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 1:21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 1:22 Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 1:23 Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

 

-------------------------------

 

Pendahuluan

Peringatan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga pada hari ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut, dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Tuhan Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya.

Melalui bacaan nas ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu akan membantu informasi tentang dia, akan tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesuangguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya adalah sebuah buku yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua akan tercatat dan dapat dinilai orang lain (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka akan isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang terlihat dan tertulis di sana, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik, dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam dukungan mereka bagi orang-orang kudus, dalam hal ini mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini jelas pengenalan dan kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat di Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan dengan pengenalan melalui berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan ilahi dari-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar akan Yesus pasti merubah hidup kita selamanya.

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

Doa Rasul Paulus yang kedua bagi jemaat Efesus adalah agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan yang diberikan dalam sebuah panggilan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita adalah baik, melainkan itu suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak akan mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor 4:6; Ibr 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup dengan penuh semangat dan daya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kekayaan kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji akan masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya dalam damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut akan kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah milik dan ciptaan Allah yang merupakan bagian alam semesta. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang telah dikerjakan dalam membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga akan diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut akan hal itu sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni dalam kekekalan tadi (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah   mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah dalam menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini juga merupakan penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian ini berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm. 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan sekaligus tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator atau sebuah bangsa, atau kematian dan bahkan setan itu sendiri. Kekuasaa Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kita sebuat semua nama, maka tiada yang abadi. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9,10).

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti akan berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Ini sudah merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian ini telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia itu mudah mengalahkan keinginan daging, namun begitu menghadapi hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

Dalam Mzm 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah akan menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi di dunia ini.

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa yang diberikan pada Kristus adalah sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian kumpulan orang ini yang disebut dengan jemaat atau gereja-gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistim, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef. 4:15; 5:23; Kol. 1:18; 2:10). Tubuh tidak akan berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Dengan pemberian itu yakni kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus adalah Raja yang kita peringati dan teguhkan minggu ini.

 

Penutup

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur sebab dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus yang tersedia bagi setiap orang percaya. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah sebab Ia duduk di sebelah kanan Allah, yakni tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan kekekalan yang akan datang. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 11 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7549950
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3060
65942
3060
7247234
584812
1386923
7549950

IP Anda: 162.158.163.112
2024-11-24 04:15

Login Form