Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2020
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2020
Perayaan Tahun Baru
IA MEMISAHKAN DOMBA DARI KAMBING (Mat 25: 31-46)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Pkh 3: 1-13; Mzm 8; Why 21:1-6a (berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)
Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.
Ayat Mat 25: 31-46 selengkapnya dengan judul: Penghakiman terakhir
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.
---------------------------
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dari sisi tampak luar, agak sedikit sulit membedakan murid Yesus yang sejati dengan murid yang asal-asalan. Seringnya seseorang hari Minggu ke gereja dan menyatakan Pengakuan Iman Rasuli tidak menjadi jaminan bahwa apa yang dinyatakannya itu sesuai dengan perbuatanya sehari-hari. Ada orang yang pintar menyembunyikan kejahatannya atau dosa-dosa di tengah-tengah masyarakat, dan ada juga yang melakukan perbuatan baik tapi bertujuan kamuflase atau pencitraan. Namun Tuhan pasti mengetahui semua itu dan menjadi ukuran masuknya seseorang dalam kerajaan-Nya dan akan terlihat saat penghakimam di akhir zaman. Melalui nats minggu ini kita memperoleh pelajaran hidup penting sebagai berikut.
Pertama: Penghakiman dan pemisahan (ayat 31-33)
Dalam sebuah seminar di Eropa baru-baru ini tentang masa depan bumi dan seluruh isinya, seorang ahli mengatakan bahwa nasib bumi ini tergantung kepada manusia. Meski sudut pandangnya adalah soal kecukupan pangan, energi, perubahan lingkungan dan lainnya, memang hal ini benar di satu sisi. Maksudnya adalah kelangsungan hidup manusia dari sisi fisik-biologis tersebut sangat tergantung kepada hikmat manusia sendiri, bagaimana manusia akan mengelola dan menyepakati masa depannya sendiri. Beberapa hal yang pokok, misalnya, adalah soal pertumbuhan penduduk, pengelolaan dalam soal kebutuhan makanan, penghematan energi penjagaan lingkungan hidup, akan sangat menentukan dalam ketahanan dan daya dukung alam ini. Apakah bangsa-bangsa penghuni bumi, misalnya, dapat melakukan kebijakan pertumbuhan nol penduduk (zero population growth) atau bahkan "satu anak cukup" sepertidi negeri China, tentu sangat menentukan nantinya. Mungkin dalam hal ini kita sedikit optimis bahwa suatu saat bangsa-bangsa akan dapat menyesuaikan diri sendiri, dalam arti muncul apa yang disebut sebagai "wisdom of the nations" atau "wisdom of the crowd" yakni bersatunya bangsa-bangsa dan penduduk dalam menghadapi masalah bersama.
Namun di sisi lain di samping faktor fisik-biologis, masa depan dunia ini juga ditentukan oleh sikap dan tingkah laku manusia itu sendiri secara moral rohani. Sudut pandang rohani seperti, misalnya, bagaimana manusia mensikapi keberadaannya dan tentang peran Tuhan dalam perjalanan hidupnya sebagai pribadi, sebagai komunitas atau bangsa-bangsa. Dengan teknologi dan informasi yang semakin maju, memang ada kecendrungan bahwa manusia semakin mengandalkan akal pikirannya sendiri, lebih ego-sentris, dan bahkan tidak lagi memerlukan Tuhan. Manusia berpikir bahwa kemegahan manusia dapat dicapai dengan teknologi dan persoalan manusia yang ada sebenarnya hanyalah ketidakmampuan manusia itu sendiri dan tidak memerlukan Tuhan dalam penyelesaiannya. Dalam keadaan seperti itu, mungkin peristiwa menara Babel akan terulang kembali dan akhirnya Allah menghukum manusia. Itulah akhir zaman.
Di lain pihak manusia belum bisa menafsirkan nubuatan akhir zaman secara pasti. Ramalan demi ramalan dilakukan beberapa orang dengan tanda-tanda zaman seketika, tapi semua meleset, dan bahkan semuanya hanya untuk kepentingan pemimpin rohani itu saja. Alkitab sendiri menggambarkan akhir zaman atau datangnya Kristus kedua kalinya itu dengan berbagai tanda-tanda, namun sangat sukar menggabungkannya menjadi sebuah tanda atau tafsir yang pasti. Demikian juga dengan beberapa istilah, seperti kerajaan seribu tahun, penderitaan besar, bertakhta di atas awan, bunyi sangkakala, dan lainnya, sangat sukar dibayangkan. Meskipun demikian, satu hal yang pasti bahwa dunia ini akan berakhir, dan pada saat itu akan ada penghakimam bagi mereka yang taat dan berbuat baik dengan mereka yang murtad dan tidak melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam penghakiman itulah Yesus akan datang sebagai Raja dengan malaikat-Nya, memisahkan mereka yang taat dan berbuah serta dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan domba, dan mereka yang murtad dan egoistis dikelompokkan-Nya dengan perumpamaan kambing. Perumpamaan ini berangkat dari gembala pada masa itu biasanya menggembalakan kedua hewan itu bersamaan, dan setelah menjelang malam mereka dipisahkan. Masa penghakiman pun dimulai, pemisahan antara orang fasik dengan orang benar, antara domba dan kambing, yang kuasa-Nya telah diberikan kepada Yesus, sesuai dengan pesan-pesan-Nya dalam Alkitab. Pertanyaannya, apakah kita masuk kelompok domba atau kambing?
Kedua: Terimalah kerajaan yang disediakan (ayat 34:40)
Alkitab mengatakan bahwa saat akhir zaman dan Ia kembali ke dunia, masih banyak orang hidup yang ditemui-Nya (1Tes 4:15-16; band. Yoel 3:1-2). Maka pemisahan orang yang hidup (dan yang mati dibangkitkan) menjadi kelompok domba dan kambing akan dilaksanakan dengan dua kriteria utama: apakah ia beriman kepada Yesus Kristus, dan apakah imannya itu berbuah nyata atau hanya OMDO, yakni Omong Doang. Jadi iman orang tersebut bukan hanya di mulut atau di hati, tetapi juga dalam perbuatan. Pada saat penghakiman tidak ada lagi keistimewaan atau preferensi sebagai bangsa terpilih, negara kaya atau miskin, mayoritas Kristen atau muslim, kumpulan orang, pengusaha kaya, seorang pendeta, atau preferensi lainnya, melainkan semua dihakimi berdasarkan kedua hal tersebut: iman dan perbuatannya. Dalam hal ini perbuatan yang paling diutamakan adalah hukum kasih, yakni mereka yang mengasihi orang-orang yang memerlukan sebagaimana diuraikan pada nats ini.
Tuhan Yesus sendiri ketika pertama kali masuk dalam pelayanan, setelah Ia menyerukan agar manusia bertobat sebab Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 4:17), Ia menyampaikan bahwa tujuan-Nya secara implisit melalui perkataan-Nya, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku. untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4:18-19). Memang ini merupakan kutipan dari yang disampaikan oleh nabi Yesaya dengan nuansa baru oleh Yesus. Dengan demikian sangat jelas bahwa hal yang menjadi perhatian utama Tuhan Yesus adalah mereka yang miskin, para tawanan, mereka yang tertindas, dan kelepasan.
Maka menjadi tidak mengherankan bahwa kriteria yang dipakai oleh Tuhan Yesus dalam menghakimi adalah dasar dan buah iman itu, yakni sikap dan respon ketika mereka melihat yang miskin, lapar dan haus, apakah mereka memberi makan dan minum; ketika melihat mereka yang tuna wisma (seorang asing), apakah memberi tumpangan; ketika melihat yang telanjang, apakah memberi mereka pakaian; ketika melihat yang sakit, apakah mereka melawatnya; ketika ada orang yang di penjara, apakah kita mengunjunginya? Personifikasi Tuhan Yesus dengan orang-orang yang lemah ini sangat sah, demikian juga bagi murud-murid dan hamba-Nya, sebab bagi merekalah kedatangan yang utama Tuhan Yesus. Orang yang benar adalah mereka yang memahami dan mengikuti tujuan Yesus, dan mereka inilah para domba-Nya, sehingga Tuhan Yesus mengatakan kepada para domba-Nya, "kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan."
Ketiga: Enyahlah hai orang-orang terkutuk (ayat 41-44)
Anugerah keselamatan memang adalah kasih karunia berdasarkan pertimbangan Allah semata. Namun prinsip itu tidak boleh diterjemahkan sederhana, bahwa Allah itu baik, kita manusia berdosa, dan kalaupun kita berdosa terus, sepanjang KITA juga melakukan perbuatan baik, maka kita tidak masuk neraka. Prinsip seperti ini salah dan berbahaya. Itu bukan iman Kristen. Iman Kristen yang benar adalah kita manusia berdosa dan tidak bisa menghilangkan kecendrungan berdosa. Keberdosaan kita hanya bisa dihilangkan dengan memohon pengampunan dan pengakuan bahwa Yesus menjadi tebusan-Nya, dan kemudian beriman dan taat kepada-Nya, menyerahkan seluruh hidup kita di bawah pimpinan-Nya untuk berbuah bagi banyak orang.
Maka apabila kita melakukan perbuatan baik, itu bukanlah sebagai "balasan" atas anugerah keselamatan yang diberikan-Nya, melainkan semata-mata karena pimpinan dan kasih-Nya memampukan kita melakukan perbuatan baik itu. Pemikiran perbuatan baik sebagai "balasan" seolah-olah membuat ada perhitungan besar kecilnya yang harus kita lakukan. Padahal, secara prinsip semua yang kita lakukan haruslah merupakan "perbuatan baik" dan khususnya kepada sesama, terlebih-lebih lagi untuk mereka yang membutuhkan, seperti yang disebutkan Tuhan Yesus dalam nats ini. Jadi perbuatan baik atau melakukan hal baik itu bukan hanya untuk diri sendiri atau keluarga saja, atau hitung-hitungan pamrih dengan pengharapan upah yang besar.
Bagi mereka yang mengabaikan tujuan-Nya yakni kepedulian kepada mereka yang membutuhkan dan menderita, maka Allah akan mengelompokkannya menjadi sekumpulan kambing yang tidak penurut. Mereka yang berbangga hati dan mengharapkan upah yang besar juga akan dikatagorikan pada kelompok ini, sebab tidak melakukannya dalam semangat pengorbanan, ketulusan dan kerendahan hati, melainkan hanya bermotivasi untuk memuliakan diri sendiri. Bagi mereka ini, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya." Mereka tidak layak mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah, sebab apa yang mereka imani hanya di mulut, tetapi bukan pada kehidupan sehari-hari. Mereka akan dihukum setelah kelompok domba diberkati, agar anak-anak Tuhan dapat melihat apa yang terjadi.
Keempat: Masuk ke tempat siksaan kekal (ayat 45)
Gambaran hukuman yang diberikan kepada mereka yang taat dan setia, yakni mereka yang hanya melakukan sebagian saja perintah Tuhan, memiliki dua aspek: pertama siksaan, dan kedua kekal. Gambaran yang sangat umum di dalam Alkitab tentang siksaan ini adalah dalam bentuk api neraka, mendambakan setetes air saja demikian sulitnya, api yang panas membakar yang menahan sakitnya saja akan penuh ratapan dan kertakan gigi (Mat 13:42, 50). Namun gambaran siksaan lainnya ada juga dalam Alkitab yang berbentuk penyakit bisul yang dahsyat, dimakan ulat, dan lainnya yang membuat kesakitan seperti melahirkan, atau menggigit lidah karena rasa sakitnya (Why 12:2;16:11).
Aspek kedua dari hukuman itu adalah bentuknya yang kekal. Ini sejajar dengan mereka yang mendapatkan bagian dalam kerajaan Allah juga akan mengalaminya dalam kekekalan. Pengertian kekekalan disini adalah waktu yang sangat lama sekali, bukan hanya ratusan atau ribuan tahun, tapi waktu yang bagi manusia tidak mungkin menghitungnya. Pengertiannya abadi dan selama-lamanya. Kekekalan hanyalah milik Tuhan sebab Dia adalah Allah yang kekal. Jadi pengertian penghukuman yang kekal dan selama-lamanya adalah semata-mata waktu yang ditetapkan Tuhan saja, namun itu yang pasti lama sekali. Hukuman itu tidak hanya diberikan kepada mereka yang tidak taat dan tidak mengasihi tadi, tetapi juga bagi iblis dan malaikat-malaikat jahatnya.
Mereka yang taat dan terus berbuat baik haruslah seperti domba, penurut dan lembut, sabar, bukan seperti kambing yang susah diatur dan liar. Domba-domba-Nya yang berkenan kepada-Nya layak ditempatkan di sebelah kanan, sebagai simbol kepercayaan dan akan dibawa masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal (band. Mat 13:43; Why 20:4). Dan bagi mereka yang tidak taat, yang melupakan tanggung jawab bagi mereka yang miskin, sakit, tertindas dan menderita, serta tidak membagikan anugerah kabar baik, maka mereka ini layak dihukum dengan siksaan yang kekal. Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat.
Penutup
Firman Tuhan melalui nats di tahun baru ini mengajak kita untuk memeriksa diri dalam memasuki tahun yang baru, hari-hari yang baru agar iman yang selalu kita nyatakan benar-benar sesuai dengan perbuatan kita. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Kita harus menyadari bahwa kita pasti mati dan dunia ini akan berakhir serta akan ada penghakiman bagi seluruh manusia berdasarkan iman dan perbuatannya. Pertanyaannya adalah apakah kita akan ditaruh di sebelah kiri sebagai kelompok kambing, dan dimasukkan dalam penghukuman siksaan yang kekal, atau dikelompokkan kedalam kelompok domba yang memperoleh berkat dan masuk ke kerajaan-Nya. Seandainya kita melakukan yang benar maka hendaklah itu bukan motivasi mendapatkan upah yang besar semata, melainkan untuk menyenangkan hati-Nya.
Tuhan Yesus memberkati.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu 1 Desember 2024 - Minggu Adven IKhotbah Minggu 1 Desember 2024 – Minggu Adven I KERAJAAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu 1 Desember 2024 - Minggu Adven IKhotbah (2) Minggu 1 Desember 2024 – Minggu Adven IRead More...
BERTAMBAH... -
Kabar dari Bukit, Minggu 24 November 2024Kabar dari Bukit ADA, SUDAH ADA DAN AKAN DATANG (Why. 1:4-8) ”Berbahagialah...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 7 guests and no members online