Sunday, November 24, 2024

Khotbah Minggu 28 Juli 2019 - Minggu VII Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 28 Juli 2019 - Minggu VII Setelah Pentakosta

 

MINTALAH, MAKA AKAN DIBERIKAN KEPADAMU

(Khotbah Luk 11:1-13 dan Mat 6:9-13)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Hos 1:2-10 atau Kej 18:20-32;  Mzm 85 atau Mzm 138;  Kol 2:6-15, 16-19 (http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

 

Pendahuluan

Minggu ini bacaan kita adalah tentang Doa Bapa Kami dan hal pengabulan doa. Meski teks dalam nats Lukas ini tidak selengkap dengan Mat 6:9-13, namun dalam sistim leksionari tahun A (Matius) bacaan Mat 6 ini tidak dicantumkan, maka pada nats Lukas ini kita akan membahas Doa Bapa Kami tersebut secara bersamaan. Juga pada kitab Luk 11 ini, Doa Bapa Kami digabungkan dengan hal pengabulan doa, yang pada kitab Matius itu nats ini terpisah dalam Mat 7:7-11. Maka pembahasan nats Luk 11 ini sebenarnya merupakan pembahasan kedua nats dalam kitab Matius tersebut.

 

Dari bacaan tersebut kita memperoleh banyak hal tentang pedoman hidup tentang Doa Bapa Kami sebagai berikut.

 

Pertama: berdoa kepada Allah Bapa (ayat 11:1-2a,11-13 dan Mat 6:13b)

Berdoa adalah menaikkan permohonan kepada Allah yang Maha Kuasa. Kita berdoa kepada-Nya sebab Ia adalah Raja kita dan berkuasa atas diri kita. Ia pencipta kita bagaikan tukang periuk yang menciptakan kita sebagai periuk tanah liat (Rm 9:20-21). Ia berdaulat tetapi Ia juga Bapa kita yang dapat berinteraksi dengan kita dalam mencapai tujuan-Nya melalui hidup kita. Ia menjadi Bapa sebab kita telah percaya dan menerima-Nya sehingga diberi-Nya kuasa dan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya (Yoh 1:12).

 

Allah Bapa kita adalah Allah yang penuh rahmat dan penuh kuasa. Ia adalah Allah yang penuh kasih dan selalu memberi yang terbaik bagi kita. Pada ayat 11 dan 12 dikatakan, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?” Demikian juga Bapa kita akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kita dalam mengemban misi yang diberikannya dalam hidup kita. Allah kita adalah Allah yang baik dan selalu peduli, meski kata peduli ini tidak harus diterjemahkan sebagai pemenuhan semua keinginan kita. Ia perkasa sebab Ia mampu memberikan semua keperluan itu. Tetapi Ia tidak akan memberikan segala keinginan kita. Keperluan dan kebutuhan sangat berbeda dengan keinginan, apalagi keinginan yang sudah dikuasai oleh keinginan daging. Jelas keinginan seperti itu justru akan merusak dan membahayakan kehidupan kita dan Allah tidak akan mengabulkannya.

 

Kita menyebut Allah Bapa di sorga bukan berarti Ia jauh dari kita. Ia bukan Allah yang bertakhta bagaikan tuan tanah pemilik bumi dan alam semesta yang sedang berpergian ke sorga. Pengertian sorga lebih kepada pemberitahuan bahwa Allah adalah agung dan berdaulat (band. 2Taw 20:6; Mzm 115:3). Pernyataan Bapa di sorga adalah Bapa yang bertakhta dan berdaulat, seorang Bapa yang memerintah atas segala sesuatu. Dia adalah Raja segala Raja.

 

Kedua: berdoa bagi Allah (ayat 112b; Mat 6:10)

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa kita berdoa bagi Allah? Bukankah Allah itu Maha Kuasa dan Perkasa? Mengapa Ia masih membutuhkan doa kita? Apakah ada manfaatnya? Sebelum menjawab hal itu, perlu kita lihat isi bagian doa bagi Allah ini, yakni ada tiga bagian: berdoa bagi nama Allah, berdoa bagi kerajaan Allah, dan berdoa bagi kehendak Allah.

 

Allah memang Maha Kuasa dan Perkasa. Namun Ia tidak menginginkan semua rencana-Nya dilakukan-Nya sendiri. Allah telah menetapkan menciptakan manusia yang serupa dan segambar dengan Dia dalam mewujudkan misi dan rencana-Nya untuk dunia ini. Allah tidak menciptakan robot-robot yang bertindak menurut program “Tukang Periuk”, melainkan Ia menetapkan menciptakan manusia yang memiliki hati dan kehendak. Manusia yang diciptakan-Nya memiliki “kebebasan” (relative) dalam memutuskan apakah manusia itu ingin bekerjasama dengan Allah dalam mewujudkan rencana dan misi-Nya tersebut? Dalam hal inilah kita sebagai anak-anak-Nya diminta bekerja sama dalam tugas itu.

 

 

Kita berdoa bagi nama Allah sebab nama Allah harus dipertahankan dalam keagungan dan kemuliaan-Nya. Sama seperti dalam sambutan protokol, nama-nama selalu disebutkan didahului dengan “yang terhormat”, “yang dimuliakan” (biasanya bagi pembesar dan raja-raja di bumi), atau sebutan lainnya. Nama Allah harus kita pertahankan agar tetap Agung dan Mulia. Demikian juga dengan kerajaan-Nya, kita berdoa bagi kerajaan-Nya dalam pengertian agar semakin banyak orang yang bekerja untuk memperluas dan memperbesar kerajaan-Nya. Kita berdoa bagi kehendak-Nya karena Ia menginginkan agar semua isi dunia ini mengaku dan mengikut Dia melalui Tuhan Yesus yang diutus-Nya sebagai Juruselamat manusia. Allah berkehendak agar tercipta damai sejahtera bagi isi dunia ini sebagaimana pesan pertama Tuhan Yesus bagi dunia. Itulah yang dikehendaki agar kita ikut berpartisipasi dalam tugas itu melalui doa dan perbuatan kita.

 

Ketiga: berdoalah bagi diri/kita sendiri (ayat 11:3-4; Mat 6:11-13a)

Tuhan Yesus tidak melupakan bahwa kita sebagai manusia memerlukan beberapa kebutuhan. Dalam Doa Bapa Kami ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar meminta tiga hal pokok yakni: makanan, pengampunan, dan perlindungan.

 

Tubuh fisik kita terdiri dari beberapa unsur materi dan dapat berkurang atau rusak sesuai dengan faktor waktu dan usia. Ada proses dalam tubuh kita dengan prinsip kimia-fisika bahwa tubuh membutuhkan materi dan energy, agar bisa berproses lanjut, terutama apabila tubuh dalam pertumbuhan dan melakukan pergerakan maka dibutuhkan energi akan lebih besar lagi. Semua proses itu berlangsung dalam tubuh daging kita yang diciptakan dengan sempurna. Oleh karena itu, kita membutuhkan makanan (dan minuman) untuk proses tersebut. Tubuh tidak baik menyimpan makanan untuk dipakai dalam 1 minggu ke depan. Yang terbaik adalah asupan makanan dan minuman dipakai dan dibutuhkan dalam satu hari ke depan termasuk untuk pertumbuhan fisik. Ini dilakukan secara kontinu. Apabila ada kelebihan, maka akan disimpan dalam bentuk lemak dan itu sangat tidak menyehatkan. Keserakahan memang membawa hal buruk. Kalau ada berkat jasmani yang berlebih, maka sebenarnya itu mesti dipakai untuk kepentingan yang lebih panjang sesuai dengan rencana Allah, bukan untuk dihabiskan atau berfoya-foya dalam sehari. Oleh karena itu, dalam doa tersebut hanya diminta makanan untuk hari ini. Allah kita itu adalah Allah Penyedia (Provider) yang mengetahui kebutuhan kita.

 

Hal kedua yakni pengampunan. Kita secara sadar atau tidak sadar melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan dan juga kepada sesama manusia. Perbuatan yang menyakitkan hati Tuhan dan sesama manusia itu akan menimbulkan luka, apalagi bila kita terlihat tidak menyesalinya. Tiadanya pengampunan dari Tuhan membuat segala sesuatunya menjadi sulit dan buyar. Tanpa pengampunan dari Tuhan (termasuk usaha kita mendapatkan pengampunan dari manusia, terlepas apakah mereka memberikan atau tidak), maka tidak akan ada pengudusan. Tanpa pengudusan, maka komunikasi dan hubungan dengan Allah akan terputus. Dalam konteks Doa Bapa Kami ini, permohonan pengampunan itu menjadi penting, dan Allah kita adalah Allah Pengampun (Pardoner).

 

Hal ketiga adalah perlindungan. Meski kita berusaha hidup dalam kebenaran dan ketulusan, namun tidak bisa dipungkiri kita berada dalam lingkungan atau masyarakat yang belum benar dan tulus. Banyak hal jahat di sekeliling kita, baik atas inisiatif dari iblis dan setan-setan maupun didorong oleh kedagingan manusia. Kadang hal yang jahat itu datang tidak terelakkan baik atas seizin Tuhan maupun karena godaan iblis pada kita, yang mengetahui titik-titik lemah untuk menyerang kita. Oleh karena itu dalam Doa Bapa Kami kita memohon perlindungan dari-Nya agar menjauhkan kita dari yang jahat, sebab Allah kita itu adalah Allah Pelindung (Protector).

 

Keempat: tentang meminta, mencari, dan mengetuk (ayat 11:5-10)

Pada ayat 5 Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seseorang yang pergi ke rumah seorang sahabatnya di tengah malam karena membutuhkan roti untuk tamunya yang baru tiba dari perjalanan, kemudian berusaha mengetuk pintu rumah sahabatnya agar ia mendapatkan roti untuk disajikan. Tuhan Yesus memberi contoh bagaimana orang tersebut harus berusaha meski di tengah malam dan meminta kepada sahabatnya itu, mengetuk pintu rumahnya, meski ada konsekuensi bahwa sahabatnya tersebut akan memberikan dengan “berat hati”, karena ia tidak mau diganggu lebih lama (band. Luk 18:1-8 tentang hakim yang tidak benar dengan seorang janda).

 

Tuhan Yesus menakankan bahwa kita harus meminta. Tanpa meminta maka Allah tidak tahu akan kebutuhan yang sesuai dengan rencana kita dalam menjalani hidup sesuai dengan rencana-Nya. Permintaan harus spesifik dan tidak berlebihan. Meminta itu bukan sesuatu yang salah dan sebagaimana dikisahkan oleh Tuhan Yesus, orang tersebut pergi meminta walau malam hari. Artinya dalam meminta tersebut ada perjuangan dan perlu pengorbanan. Hal yang perlu dilihat juga adalah orang tersebut meminta bukan untuk dirinya melainkan untuk sahabatnya yang datang berkunjung yang sedang kelaparan.

 

Jawaban sahabatnya tidak mungkin mengatakan bahwa pintu sudah tertutup meski sudah malam hari. Artinya, peluang selalu ada dan kita perlu gigih dalam meminta. Tuhan Yesus ingin menekankan bahwa kesungguhan dan kegigihan dalam berdoa merupakan pertimbangan utama bagi Allah untuk mengabulkan doa kita, sepanjang Allah berpikir bahwa hal itu memang kita perlukan. Ketekunan, kegigihan dan pengabulan doa merupakan faktor yang berkaitan. Tetapi kuncinya tidak berhenti disitu, sebab Tuhan Yesus juga menekankan kata mencari, maka kita harus berusaha melihat alternatif yang lebih baik dan setelah berusaha untuk mengetuk kembali agar doa kita mendapatkan jawaban. Kita harus berprinsip bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha Baik dan peduli kepada keperluan kita dalam menjalankan misi-Nya di dunia ini.

 

Kesimpulan

Dalam minggu ini kita diberikan pengajaran isi Doa Bapa Kami dan kaitannya dengan pengabulan doa. Kalau dalam sebelum nats ini Tuhan Yesus menekankan pentingnya doa yang benar (tidak di persimpangan jalan tetapi masuk ke kamar), maka dalam minggu ini kita diajarkan tentang berdoa kepada Allah yang benar, berdoa bagi Allah untuk menyatakan kita adalah bagian dari misi-Nya dan berdoa bagi diri/kita sendiri. Dalam berdoa itu perlu ketekunan dan kesungguhan agar doa kita terjawab, sebab Allah kita adalah Allah Penyedia (Provider), Allah Pengampun (Pardoner) dan Allah Pelindung (Protector). Maka berdoalah: mintalah, carilah dan ketuklah terus menerus.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 8 guests and no members online

Statistik Pengunjung

7551324
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
15
4419
4434
7247234
586186
1386923
7551324

IP Anda: 162.158.162.18
2024-11-25 00:30

Login Form