Tuesday, December 03, 2024

Khotbah (1) Minggu V Pra Paskah – 17 Maret 2024

Khotbah (1) Minggu V Pra Paskah – 17 Maret 2024

 

 DOSA DAN DOSA ASAL (Mzm. 51:1-15)

 

 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku (Mzm. 51:7)

 

 

 

Pada saat manusia lahir ke dunia, ada yang mengibaratkan jiwanya bagaikan selembar kertas putih, putih polos, tidak berdosa. Tetapi, Alkitab mengajarkan bahwa ada dosa yang ditanggung oleh keturunan seseorang, hingga yang ketiga dan keempat, bila ia melakukan dosa dan tidak membereskannya (Kel. 20:5). Raja Daud dalam ayat di atas juga menegaskan hal tersebut. Para ahli pun menyebut hal ini sebagai dosa asal, dosa turunan, dan menjadi kodrat manusia. Tetapi doktrin ini masih sering diperdebatkan.

 

 

 

Ayat di atas yang menjadi bagian dari firman Tuhan bagi kita minggu ini, yakni Mzm. 51:1-15, dapat juga dimaknai berbeda, dan dapat diterima semua pihak, bahwa manusia sejak lahir telah memiliki kecendrungan berbuat dosa. Bila seseorang tidak dekat dan mengenal Tuhan dengan baik serta tidak lahir baru, maka kecendrungan itu semakin besar. Demikian pula jika orang tersebut lebih mengikuti keinginan daging dan hati manusianya yang egois, godaan dunia dan iblis, maka dosa semakin tidak tertahankan lagi menjadi jerat yang kuat. Jerat, berarti terperangkap, satu dosa melahirkan dosa lain, dan seterusnya, hingga tidak bisa lepas.

 

 

 

Mzm. 51 ini merupakan pengakuan dosa yang indah dari Raja Daud, atas kesalahannya mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Semula Batsyeba adalah istri Uria, komandan perang Daud. Jahatnya Daud tidak berhenti, ia kemudian menjerat Uria dengan membunuhnya secara tidak langsung, dan berpikir Batsyeba akan sebagai janda pahlawan yang diselamatkannya. Sayangnya, Tuhan Mahatahu semuanya, dan mengirim nabi Natan untuk menegur Daud. Setelah dituduh telak oleh Natan, bahkan dengan nubuatan, Daud akan menanggung dosa tersebut dengan kematian empat anak-anaknya. Terbukti, Daud harus melewati hidupnya dengan penuh tangis dan dukacita atas kematian anak-anaknya itu.

 

 

 

Daud melakukan dosa karena ada kecendrungan dosa atau natur dosa dalam dirinya. Saat melihat Batsyeba sedang mandi, ia tidak berkuasa melawannya; Ia jatuh, terpuruk, dan dihukum. Demikian pula kita dalam kehidupan ini. Dan Alkitab mengatakan, “semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). “Upah dosa ialah maut” (Rm. 4:4).

 

 

 

Kadang memang hukuman tidak seketika atau di dunia ini, tetapi di dalam pengadilan Allah yang kelak tidak seorangpun dapat menyangkalnya. Mereka yang tidak bisa membereskan dosanya saat di dunia, maka kita tahu neraka kekekalan dengan jerit tangis dan kertak gigi menjadi bagiannya (Mat. 13:50). Namun sering terjadi, masalah yang timbul adalah: Penyesalan, frustasi, merasa tidak bisa apa-apa, kemudian mengasihi diri sendiri, dan yang lebih parah muncul paralisis, tidak bisa melupakan, menjadi depresi.

 

 

 

Mari kita belajar dari Daud dan sekaligus tahu pengampunan yang diberikan. Selama sembilan bulan Daud bergulat dengan kesalahannya, disimpan dalam hati, tetapi sikapnya kemudian berubah ketika Natan datang kepadanya. Setelah ia telah mendengar semua “kutukan” perbuatannya dari nabi Natan, ia pun mengakui dosanya. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan setelah menyadari kesalahan adalah sebagai berikut:

 

 

 

1.         Nyatakan bahwa Allah itu setia dan mengampuni  (ay. 1)

 

2.         Akuilah hal itu merupakan kegagalan terhadap dirimu (ay. 3)

 

3.         Akuilah kesalahanmu kepada Tuhan (ay. 4)

 

4.         Akuilah bahwa kita lemah, sejak dari lahir  (ay. 5)

 

5.         Minta kepada Tuhan untuk memulihkan (ay. 10)

 

6.         Janji untuk kembali ke jalan yg benar (ay. 13)

 

7.         Memberitakan keadilan Tuhan (ay. 15)

 

 

 

Sangat perlu memohon pengasihan: kasihanilah aku ya Allah (ayat 3a). Ya, semua memang bermula dari belas kasih, bukan kuasa, bukan pembelaan diri. Ia jujur dengan mengaku sadar akan pelanggarannya, meski Tuhan telah memberinya hikmat dan kebenaran. Daud juga tidak menyalahkan Batsyeba atau iblis penggoda. Ia menerima sebab ia tahu Allah adalah adil (ayat 6).

 

 

 

Ia juga tahu Allah Maha Kuasa dan mampu memulihkannya. Tuhan berkuasa untuk membersihkan dosanya dengan hisop, yang kotor dibasuh dan menjadi lebih putih dari salju! Daud rindu kegembiraan hatinya bersama Tuhan dipulihkan. Lalu, ia pun memohon pentahiran, karena itulah kunci untuk kembali ke dalam kasih setia Tuhan. Ia tidak mau Roh Tuhan diambil dari dalam hatinya (ayat 13), seperti meninggalkan Saul yang digantikannya sebagai raja (1Sam. 16:14).

 

 

 

Langkah berikutnya adalah, ketika kita memohon pengampunan, kita perlu berjanji melakukan sesuatu untuk Tuhan. Tidak cukup hanya berubah, tapi harus berbuah. Jika ingin Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, berjanjilah untuk melakukan sesuatu. Sama seperti Daud, berjanji untuk mengajarkan jalan kebenaran Tuhan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Nya. Daud juga berjanji akan terus bersorak-sorai memberitakan keadilan Tuhan (ayat 15). Sudahkah kita melakukan itu? Kasih setia Allah selalu tersedia. Kesalahan bukanlah terminal terakhir, itu merupakan ujian untuk kesempurnaan kita.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 779 guests and no members online

Statistik Pengunjung

8030733
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2791
80866
182018
7546890
182018
883577
8030733

IP Anda: 172.70.188.58
2024-12-04 00:58

Login Form