Wednesday, March 12, 2025

Khotbah (2) Minggu 2 Februari 2025 - Minggu IV Setelah Epifani

Khotbah (2) Minggu 2 Februari 2025 - Minggu IV Setelah Epifani

 

 PERCAYA DAN BERSERAH (Luk. 4:21-30)

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV setelah Epifani ini diambil dari Luk. 4:21-30. Nas ini berbicara tentang Yesus ditolak di Nazaret, kampung halaman-Nya, tempat Ia dibesarkan. Dalam kisah itu Yesus disebutkan masuk ke rumah ibadat, membaca nubuatan Yes. 61:1-2 lalu menutup ayat tersebut dengan berkata: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (ayat 21). Artinya, Yesus menyatakan Ia adalah Mesias yang dinubuatkan, yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan, membebaskan, dan menghadirkan tahun rahmat Tuhan (lihat ayat 18-19).

 

 

 

Mereka semula kagum dengan pengajaran Tuhan Yesus. Tetapi kemudian mereka berbalik menolak setelah menyadari, Yesus adalah anak Yusuf tukang kayu. Dalam pandangan mereka, tidak mungkin Ia adalah Mesias yang dinubuatkan nabi Yesaya. Mereka pun sinis merendahkan Yesus. Ini didasari dua hal: kecongkakan diri, dan iri hati melihat hikmat pengajaran Yesus. Tuhan Yesus lantas berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya (ayat 24). Ia menguatkan pernyataan-Nya dengan mengambil contoh dua nabi besar Israel yakni Elia dan Elisa, yang tidak dihormati nenek moyang mereka.

 

 

 

Kedua nabi itu membawa peringatan untuk mereka dengar, tapi mereka mengabaikannya. Akhirnya berkat diberikan kepada janda di Sarfat dan Naaman orang Siria (ayat 24-27). Keduanya bukanlah umat Yahudi. Mereka pun sangat marah mendengar respon Tuhan Yesus. Mereka ingin melempar-Nya dari tebing. Ajaib, tapi Tuhan Yesus berlalu, menghilang.

 

 

 

Dalam keseharian kadang-kadang kita juga dapat bersikap demikian. Tidak sepenuhnya percaya pada Tuhan Yesus dan firman-Nya, dan kepada hamba-hamba-Nya. Itu membuat kuasa Allah sulit untuk bekerja dalam hidup kita. Teguran atau nasihat bagus - yang mungkin diberikan Tuhan melalui hamba-Nya atau orang lain - kepada kita, sering kita anggap remeh, seperti angin lalu. Yang mendasari sikap kita itu: kesombongan dan merasa lebih pintar.

 

 

 

Sikap sombong dan meninggikan diri serta menganggap hikmat dunia lebih hebat, sangatlah berbahaya. Hikmat dunia tentu bermanfaat dan bernilai, tetapi terbatas. Hikmat dari sorga melalui firman-Nya atau hamba-Nya yang rendah hati, mestinya di atas segalanya. Iman percaya ini penting, dan harus kita jadikan dasar berpijak dan melakoni hidup. Selalulah rendah hati dan berada dalam kasih. Dalam kehidupan, kadang-kadang kita tidak mengerti, mengapa sebuah peristiwa atau persoalan (berat) datang. Mengeluh dan kecewa berkepanjangan, tentu tidak menyelesaikan masalah. Dengan kerendahan hati, kita dapat memahami adanya rencana Tuhan yang indah.

 

 

 

Solusi tentu mesti dicari. Nasihat diperlukan. Berangkat dengan doa, mutlak dilakukan, meski hikmat dunia yang kita ambil sebagai jalan tambahan. Jika sakit berobatlah ke dokter, jika nilai ujian buruk belajarlah lebih keras, jika tidak naik jabatan bekerjalah lebih keras dan cerdas, jika sering sakit rajinlah berolah raga. Ini penting. Jika mengambil jalan pintas dengan langsung menuntut mukjizat Tuhan, dapat berarti menguji-Nya dan tidak berhikmat. Perlu dipahami, sering ada maksud dan rencana Allah yang perlu kita cari dan pahami maknanya dengan iman. Kadang-kadang tidak masuk akal, tetapi itulah iman. Itulah penyerahan diri. Itulah bukti kita mengasihi Allah. Dan, Allah tidak pernah memberikan hal buruk kepada kita anak-anak-Nya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 41 guests and no members online

Statistik Pengunjung

11792374
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
1456
2449
12152
11734053
64105
151926
11792374

IP Anda: 162.158.108.32
2025-03-12 11:38

Login Form