Tuesday, May 13, 2025

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

Khotbah (2) Minggu V Paskah - 18 Mei 2025

 

 TEMBOK DAN JEMBATAN (Kis. 11:1-18)

 

 (Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yoh. 13:31-35; Mzm 148; Why 21:1-6)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Paskah ini diambil dari Kis. 11:1-18. Nas ini menceritakan upaya Rasul Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem. Kaum Yahudi yang sejak awal bersunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya (Kej. 17:11), masih merasa sebagai umat khusus, umat pilihan. Mereka yang kemudian percaya dan mengikut Kristus, sebagian merasa keselamatan dari Tuhan Yesus hanya untuk kaum Yahudi saja, sehingga kabar sukacita tersebut dan bahkan baptisan tidak perlu diberikan kepada "orang asing", orang yang tidak bersunat. Tetapi Rasul Petrus melakukannya dan membaptis Kornelius, seorang tentara Romawi. Maka ia pun ditentang.

 

 

 

Allah menciptakan manusia yakni Adam dan Eva, dan kemudian setelah ribuan tahun menyebar ke seluruh penjuru bumi. Faktor alam dan campuran genetika membuat terjadinya keragaman manusia dengan ras, suku, bangsa, tempat, bahasa dan lainnya. Begitu juga dengan sifat, karakter, warna kulit, tradisi, kepercayaan, dan lainnya. Tidak ada manusia yang sama. Pengelompokan manusia terjadi atas kesamaan tersebut, atau oleh kepentingan dan tujuan yang sama, meski itu dapat sesaat.

 

 

 

Alkitab mengatakan, keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Banyak orang menyembah Tuhannya yang tidak mereka kenal, tetapi kita menyembah Allah yang kita kenal yakni dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang memang bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Kita mengenal Allah dalam Pribadi Yesus karena ada gambaran utuh-Nya: hidup, kuasa, teladan, pelayanan, dan terutama kasih-Nya. Tidak ada agama lain di dunia ini yang bisa lebih baik menggambarkan Allah yang seperti Dia. Tawaran jalan keselamatan kekal yang diberikan-Nya, sungguh luar biasa. Kita memang layak memuji, menyembah, dan mengikuti-Nya.

 

 

 

Kabar sukacita itulah yang mesti disebarkan. Kita tidak perlu meributkan legalisme kaku dengan meributkan hal yang tidak prinsip, seperti makanan bercampur darah (ayat 9), baptisan air yang benar (ayat 16), hari raya Kristiani, atau format tata ibadah. Semua menjadi tidak produktif. Merasa unggul juga - seperti "bersunat" dalam nas ini, harus ditiadakan yang semua itu justru membangun tembok pemisah dan perbedaan. Apalagi, bila kepentingan pribadi sebenarnya dibungkus menjadi kepentingan kelompok, atau dalam nama agama dan bahkan demi nama Tuhan.

 

 

 

Perbedaan selalu ada. Di tengah hubungan sesama, perbedaan terus ada termasuk dalam iman dan kepercayaan, termasuk dalam ritualnya. Sungguh sangat disayangkan kalau perbedaan itu sampai membuat polarisasi terjadi dan tembok terbangun,

 

 

 

Tetapi melalui kasih yang menjadi ciri khas orang percaya, kita perlu membangun jembatan bagi mereka yang merasa seolah ada ketidakadilan dan kalah/tersisihkan. Memang tidak mudah membangun kembali relasi antar manusia. Tetapi kita harus siap menerima mereka dengan hati yang penuh kasih. Upaya mesti terus dilakukan, terutama oleh kita anak-anak Tuhan. Mencari buah dan Roh Kudus akan bekerja (ayat 17). Seperti ayat penutup dalam nas Minggu V Paskah ini: karunia itu diberikan kepada segala bangsa, pertobatan, atau perubahan yang terus memimpin kepada hidup (ayat 18). Itulah utamanya, intinya, bangunlah selalu jembatan, bukan tembok.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 35 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12165524
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
5859
8337
5859
12100419
89633
0
12165524

IP Anda: 162.158.163.192
2025-05-13 10:32

Login Form